SENI beladiri tradisional sepÂerti pencak silat memiliki poÂtensi luar biasa. Salah satunya adalah potensi wisata, disampÂing segudang potensi lainnya yang rapi tersimpan. Bila terkelola dengan baik bakal bisa melestarikan budaya yang merupakan entitas budaya ini agar tidak lekang termakan zaman.
(Adilla Prasetyo Wibowo)
KEPALA Dinas Kebudayaan dan PariÂwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor, Rahmat Surjana mengungkapkan hal tersebut saat menghadiri silaturrahmi Pencak Sunda dan Silek Minang yang digagas padepokan silat Sasangka BuaÂna beberapa waktu lalu. Dirinya juga menyatakan apresiasi terhadap gelaran acara tersebut.
Menurut dia, acara seperti ini akan mampu menarik wisatawan lokal dan asÂing untuk berkunjung ke Indonesia. SeÂlain bisa menambah wawasan tentang siÂlat Indonesia, masyarakat pun akan lebih mengenal jauh tentang beladiri pencak silat. “Acara seperti ini bisa dilaksanakan setiap minggu, saya kira wisatawan yang akan datang akan terus bertambah. KhuÂsusnya untuk bisa berkunjung ke KabuÂpaten Bogor,†katanya.
Untuk itu, dirinya memaparkan, unÂtuk kedepannya instansi yang dipimpinÂnya itu berencana untuk menggandeng seluruh padepokan silat yang ada di Bumi Tegar Beriman, dengan mengadaÂkan kegiatan kesenian pencak silat.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan RakyÂat Daerah (DPRD) Iwan Setiawan mengÂharapkan Pemerintah Kabupaten (PemkÂab) Bogor membentuk lembaga khusus untuk melestarikan budaya pencak silat Cimande dan kesenian bambu yang dimilÂiki oleh Bogor sejak ratusan tahun lalu.
Iwan Setiawan yang ditemui di Yayasan Bambu Indonesia, Kelurahan Sukahati, Cibinong mengatakan, menuÂrut sejarah olahraga pencak silat berasal dari Cimande di masa Kerajaan Pajajaran ratusan tahun silam.
“Karena pusat akar sejarah pencak silat, sudah seharusnya Pemkab Bogor, terutama Dinas Kebudayaan dan PariÂwisata memberikan perhatian khusus untuk melestarikan dan mengembangÂkan pencak silat Cimande,†tuturnya.
Ia pun menyampaikan, selain budaya pencak silat, Bogor juga memiliki budaÂya seni bambu, di mana 1.500 alat-alat rumah tangga dan perlengkapan lainnya dibuat dari bambu, hal ini adalah rekor terbanyak sedunia.
Iwan Setiawan menjelaskan cagar buÂdaya yang dimiliki oleh Bogor ini harus dipelihara untuk dikembangkan menjadi objek wisata. “Disbudpar harus bisa meÂmanfaatkan potensi besar ini menjadi objek wisata budaya yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Saya memberi saran agar Pemkab Bogor turut campur dalam menggugah kesadaran masyarakat akan budaya ini, sebelum ke depannya memÂbuat event budaya pencak silat dan bamÂbu terbesar se-Indonesia,†pungkasnya.