Untitled-15JAKARTA, TODAY — Salah satu dampak serius dari pelemahan ekonomi adalah terganggunya tingkat kesehatan bank nasional. Antara lain laba turun dan kredit bermasalah (non performance loan/NPL) bisa naik tajam.

Ketua Umum Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, untuk menjaga kesehatan perbankan, Presiden Jokowi sebaiknya fokus pada kebi­jakan yang mendukung sektor riil, daripada kebijakan-kebijakan seperti insentif keuangan.

“Dalam kondisi sulit ini, sebaiknya pemer­intah dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) mem­bantu sektor usaha. Usaha riil gambaran kele­suan ekonomi kita. Beri perhatian lebih pada sektor riil. Insentif keuangan perlu, tapi sektor riil lebih penting,” jelas Sigit di per­helatan akbar Indonesia Banking Expo 2015 (IBEX), JCC Senayan, Jakarta, Rabu (9/9/2015).

Sigit mengungkapkan, dengan sehatnya pelaku usaha, secara ti­dak langsung akan mengerakkan kredit perbankan serta mengu­rangi angka kredit bermasalah. “Perbankan itu jantung ekonomi. Jantung genjot aliran darah ke semua bagian tubuh, kalau sektor riil sehat, aliran kreditnya juga lan­car,” terang Sigit.

Selain itu, menurut Sigit, pemerintah dan regulator keuan­gan harus selalu searah dalam se­tiap kebijakan ekonomi. “Koordi­nasi kebijakan di sektor keuangan, baik BI, OJK, LPS (Lembaga Penja­min Simpanan) sebagai otoritas pal­ing tinggi harus jaga keuangan. Baik saat normal maupun krisis, ini su­paya ada kepercayaan dan agar per­bankan bekerja optimal,” katanya.

BACA JUGA :  Kecelakaan Tunggal, Truk di Imogiri-Panggang Terbalik saat Menanjak

Sigit menegaskan saat kondisi kesehatan perbankan nasional masih dalam kondisi yang sehat, maka tak perlu khawatir adanya krisis tahun 2008, apalagi tahun 1998. “Krisis saat ini kita harus terus kerja keras dan bertindak cerdas dalam mitigasi risiko. Seka­rang perbankan kita secara umum sudah punya ketahanan dalam menghadapi krisis, mereka sudah lakukan stress test,” tambah Sigit.

Presiden Joko Widodo sendiri mengajak para pimpinan bank di dalam negeri membantu upaya penguatan rupiah terhadap dolar AS (USD). Jokowi berharap per­bankan bisa mengajak para pen­gusaha agar mencairkan dolarnya dari luar negeri di Indonesia.

Harapan ini disampaikan Jokowi saat meresmikan Indo­nesia Banking Expo 2015 (IBEX) yang berlangsung di JCC, Jakarta. Ia mengatakan forum IBEX sangat tepat bagi dirinya untuk menyam­paikan harapannya kepada pelaku perbankan.

Jokowi sempat bercerita ham­pir setiap hari memanggil para pen­gusaha untuk memberikan pan­dangan mengenai pertumbuhan ekonomi. Selain itu, mensosialisa­sikan apa yang dikerjakan pemer­intah. “Di situ juga saya kan hanya mengajak agar pengusaha itu mis­alnya mencairkan (hasil ekspor) dolarnya di Indonesia. Saya kan hanya bisa mengajak,” kata Jokowi.

BACA JUGA :  Polisi Amankan Chandrika Chika, Selebgram Cantik Terkena Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Jokowi, justru yang paling efektif untuk bisa mendorong pengusaha bisa mencairkan do­lar hasil ekspornya di dalam negeri adalah kalangan perbankan. “Se­benarnya mereka itu takutnya kepa­da direksi perbankan. Kan takut ng­gak ditambah kreditnya,” katanya.

Jokowi meminta dirut dan para direksi perbankan agar men­gajak nasabahnya, melakukan beberapa aksi nyata, antara lain menggunakan transaksi dalam negeri dalam bentuk rupiah. Hal ini untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap USD. Dolar AS ha­sil ekspor dicairkan di dalam neg­eri atau dijual di Indonesia. “Ini tolong sekali. Karena kita memer­lukan dolar,” katanya.

Selain itu, Jokowi mendorong agar perbankan bisa mengajak nasabahnya menaruh dolarnya di dalam negeri. “Ini kan yang bisa meminta seperti itu kan direksi perbankan,” katanya.

Jokowi juga berharap para na­sabah ini bisa diajak untuk tertib dalam membayar pajak. Namun pernyataan Jokowi ini sempat membuat hening suasana di ruang Cendrawasih JCC, Jakarta Pusat. “Kok diam? (langsung ketawa) kan memang kewajiban kita untuk membyar pajak,” kata Jokowi.

(Alfian Mujani)

============================================================
============================================================
============================================================