BANGSA kita harus mempersiapkan diri menghadapi bonus demografi. Bonus ini akan mengarah negatif jika tidak ada arah yang tepat. Dunia pendidikan dan pelajar yang berprestasi menjadi penopang bonus demografi. Itulah sebabnya, Yayasan Dharma Setia Kosgoro (YDSK) memberi perhatian untuk menjawab tantangan bangsa.
Oleh: RIFKY SETIADI
[email protected]
Indonesia akan memperoleh bonus demografi, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar semenÂtara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Bonus demografi itu akan mencapai titik puncak pada periode 2020 – 2035. Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial-ekonomi. Salah satunya adalah menyeÂbabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat renÂdah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.
Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka keterÂgantungan penduduk Indonesia akan terÂus turun sampai 2020. Di satu sisi, tentu saja ini merupakan suatu berkah. MelimÂpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Imbasnya adalah meningkatkannya keÂsejahteraan masyarakat secara keseluÂruhan. Berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. “Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerÂjaan dan bekal keahlian. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu meÂnyediakan lapangan pekerjaan dan mempersiapkan generasi terampil untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2035?,†ujar H. Iwan RusÂwandi, SE, MM, Ketua Yayasan Dharma Setia Kosgoro (YDSK).
Menghadapi itu, YDSK menggelar Saresehan “VoÂnus Demografi, Peluang atau Ancaman?†yang digelar pada Sabtu (12/09/2015) di Graha Solidaritas, Kampus SMA Kosgoro Bogor, Jl. Pajajaran 217 A, Bogor, sebagai salah satu bentuk kepedulian lembaga pendidikan terhadap kondisi penting itu. “Permasalahn bonus demografi erat kaitannya dengan kesiapan kompeÂtensi Sumber Daya Manusia (SDM) baik soft skills maupun hard skills. Disinilah letak dan peran dunia pendidikan sebagai salah satu kunci penting pembenÂtukan generasi,†papar Iwan. Ia menyayangkan, isu penting ini masih termarjinalkan dan tidak mendapat perhatian dari banyak kalangan. “Kami terpanggil untuk membangun kesadaran dan kepedulian untuk memposisikan bonus demografi sebagai persoalan penting bangsa ini,†tegasnya.
Sebab itu pula, YDSK mengundang para Kepala Sekolah mulai dari SD, SMP hingga tingkat SMA/SMK di Kota Bogor, para pendidik, tenaga kependidikan hingga peserta didik dan pemangku publik dalam acaÂra Saresehan tersebut. Tak tanggung-tanggung, YDSK bersama dengan Yayasan Bhakti Bangsa (YBB) akan menghadirkan Ir. Sarwono Kusumaatmadja, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI dan Wakil Ketua DPR RI sebagai Ketua Umum YBB, Ir.D. Aditya Sumanagara, Ketua Pembina YDSK dan Prof.DR.Fasli JaÂlal. Ph.D, pemerhati dan penggiat bonus demografi, dengan menghadirkan Prof. Dr.Ir. Asep Saefuddin, M.Sc, Rektor UniversiÂtas Trilogi Jakarta.
Melalui kegiatan ini, YDSK memberi bukti komitmen dan kepeduÂlian terhadap masa deÂpan generasi dan bangsa sesuai dengan semangat juang yang dibangunnya. “Ini bagian dari nilai juang kamiL pengabdian, kerakyatan dan solidaritas. Kami juga ingin memberikan bekal agar lembaga pendidikan bersama-sama membangun kesadaran dan mensosialisasikan bonus demografi bagi peserta didik, dengan cara penguatan kompetensi SDM dalam meÂmanfaatkan bonus demografi,†tambah Iwan. Ia menegaskan, mau tidak mau, bonus demoÂgrafi itu akan datang dan sekolah harus memÂpersiapkan keterampilan.
Berbagai proses kreatif diharapkan hadir dalam proses pembelajaran di sekolah, misÂalnya membekali para siswa dengan berbagai pengetahuan global yang bersifat softskill dan hardskill. “Pembengkelan ini menjadi pentÂing. Ini momen yang tidak boleh dilewatkan. Kita bisa membangun karakter kepemimpiÂnan dan harus siap menghadapi pasar globÂal Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Kalau manusia kita tidak dipersiapkan, kita bisa gigit jari,†tegasnya. YSDK yang menaungi SMP, SMA dan SMK Kosgoro juga bersiap diri melakukan berbagai program, mulai dari In House Training (IHT), pemilihan Duta SekoÂlah hingga berbagai pendidikan khusus yang ditujukan meningkatkan keterampilan dan prestasi para pelajar di lingkungan kampus Kosgoro. (*)