050649300_1442013258-150911155735-08-mecca-crane-0911-exlarge-169KABAR duka masih menghantui pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Pasca tragedi crane jatuh proyek renovasi Masjidil Haram, situasi pelaksanaan haji di Makkah menjadi terganggu. Beberapa bagian penting Masjidil Haram terpaksa ditutup sementara.

YUSKA APITYA AJI ISWANTO
[email protected]

Seorang pekerja konstruksi asal Indonesia untuk perluasan Mas­jidil Haram, Sriyono Bashier, mengatakan bahwa tempat tawaf bagian bawah yang terkena run­tuhan crane masih ditutup pagar. “Bagian bawah ditutup, agak mengganggu jamaah haji,” kata pria 37 tahun asal Sukoharjo itu, Minggu (13/9).

Bashier yang bekerja sebagai tukang besi, juga mengatakan, bagian sa’i Masjidil Haram masih ditutup sebagian. Sementara bagian atas yang terkena crane ditutup. Padahal, kata dia, bagian itu seharusnya di­buka setelah menjalani renovasi. “Pemban­gunan bagian atas sempat dikebut dan telah setengah jalan rampung, tinggal finishing. Seharusnya yang atas sudah bisa dipakai, tapi karena kejadian ini akhirnya ditutup lagi,” lanjut dia.

Insiden crane jatuh yang menewaskan tujuh orang jamaah asal Indonesia dan 100 jamaah asal negara lain, itu terjadi akibat tiupan angin kencang. Saat kejadian, Bashi­er tengah berteduh di depan Hotel Hilton di seberang Masjidil Haram.

Saat itu, kata dia, hujan sangat besar den­gan angin kencang yang suaranya menderu. Tiba-tiba crane jatuh di dekat pintu Safa Mar­wa dan menewaskan banyak jamaah haji.

Pantauan di Makkah kemarin, kondisi cuaca sangat cerah meski badan cuaca Arab Saudi memperkirakan angin kencang masih akan terjadi dalam dua hari ke depan. “Hari ini cuaca sangat cerah. Jumlah orang yang tawaf juga berkurang karena kebanyakan yang sudah melaksanakan tawaf tidak ma­suk kembali ke Masjidil Haram karena peris­tiwa kemarin,” lanjut Bashier.

Terpisah, Kepala Daerah Kerja Mekah Kantor Urusan Haji Indonesia Arsyad Hiday­at memastikan ada tujuh jamaah haji asal Indonesia yang tewas akibat jatuhnya crane di Masjidil Haram.

Kepastian jumlah korban tewas diu­mumkan setelah proses verifikasi selesai. “Selain dua yang sudah diumumkan sebel­umnya, lima jamaah baru dipastikan wafat setelah proses verifikasi,” kata Arsyad seb­agaimana tertulis dalam situs Kementerian Agama, kemarin.

Menurut Arsyad, Tim Daker Mekah telah melakukan proses verifikasi sejak Sabtu pagi hingga Ahad dinihari waktu setempat. Veri­fikasi melibatkan tim kesehatan dan perlind­ungan jamaah. Sebelumnya, empat WNI dikabarkan turut menjadi korban tewas, tapi belum dikonfirmasi kebenarannya karena tak ada certification of death (COD). “Hing­ga saat ini, COD atas empat jamaah belum diterbitkan, tapi kami telah melihat lang­sung jenazah mereka,” ujar Arsyad.

BACA JUGA :  Rapat Paripurna Terakhir Bima Arya - Dedie Rachim, Sahkan 2 Perda

Empat jamaah itu adalah Painem Dalio Abdullah dan Saparini Baharuddin Abdul­lah dari Kloter Medan, Nurhayati Rasad Usman asal Padang, serta Ferry Mauludin Arifin Kloter Jakarta-Bekasi. Satu jenazah lain dipastikan atas nama Adang Joppy Lili juga dari Kloter Jakarta-Bekasi. Lima korban tersebut menambah panjang daftar korban tewas asal Indonesia. Sebelumnya, Siti Rasti Darmini asal Jakarta dan Masnauli Sijuadil Hasibuan asal Medan sudah dipastikan me­ninggal dunia.

Masih Dikecam

Pembangunan di kawasan Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, menjadi sorotan setelah insiden ambruknya katrol besar menewaskan ratusan jamaah haji, pada Jumat (11/09).

Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama, Agus Sunyoto, menunjuk faktor keselamatan sebagai hal utama. “Ketika musim haji, seharusnya pembangunan dihentikan, tidak diteruskan begitu. Ini kan (menyangkut) keselamatan banyak orang. Akhirnya ketika terjadi ke­celakaan kerja, jemaah yang jadi korban, banyak,” ujar Agus kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Pandangan itusenada dengan argu­men Irfan Al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation. Cendekiawan itu mengatakan pemerintah Arab Saudi seha­rusnya mengutamakan keselamatan warga dan calon haji mengingat terdapat 15 katrol besar di sekeliling Masjidil Haram. “Seluruh kawasan (masjid) seperti area konstruksi. Arab Saudi harus memikirkan ulang strategi keselamatan dan kesehatan lantaran ada 800.000 orang di kawasan masjid, saat ke­celakaan terjadi,” kata Al-Alawi.

Dalam insiden Jumat (11/09), jumlah ko­rban meninggal dunia mencapai sedikitnya 107 orang, termasuk 7 orang dari Indonesia. Ketujuh WNI tersebut ialah Masnauli Ha­sibuan dari embarkasi Medan (MES 09), Siti Rasti Darmini dari embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 03), Painem Dalio Badullah (MES 8), Sapa­rini Baharuddin Abdullah (MES 8), Nurhayati Rasad Usman (PDG 4), Ferry Mauluddin Arifin (JKS 12), dan Adang Joppy Lili (JKS 16).

Pemerintah setempat masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab jatuhnya katrol. Raja Salman selaku pemimpin Kerajaan Arab Saudi berjanji bahwa hasil pe­nyelidikan itu akan dibuka ke publik. “Kami akan menyelidiki semua penyebab (jatuhnya katrol). Setelah itu kami akan mengumumkan hasilnya kepada khalayak,” kata Raja Salman sebagaimana dikutip kantor berita Arab Saudi, SPA. Raja Salman menyatakan akan membuka hasil penyelidikan kepada khalayak.

BACA JUGA :  Resep Membuat Sayur Gurih Nangka Muda, Dijamin Keluarga Nambah Terus

Peninggalan sejarah

Selain faktor keselamatan, pembangu­nan di kawasan Masjidil Haram menuai kritik karena menghancurkan semua peninggalan sejarah semasa Nabi Muhammad hidup.

Agus Sunyoto selaku Ketua PP Lesbumi yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama, merujuk rumah istri Nabi Muhammad perta­ma, Khadijah, yang kini dijadikan WC umum berkapasitas 1.400 orang. Kemudian sebuah hotel bintang lima berdiri di atas lokasi kedia­man khalifah pertama, Abu Bakar Siddiq.

“Memprihatinkan kebijakan pemerin­tah Arab Saudi. Bekas-bekas jejak sejarah zaman Rasulullah sudah tidak ada. Jadi, tempat di mana Nabi Muhammad dilahir­kan sudah hilang. Habis semua sudah. Kalau dilihat dari sudut pandang arkeologi, Nabi Muhammad seolah-olah tidak pernah ada. Kenapa? Karena jejak arkeologinya sudah tidak ada,” kata Agus.

Proyek pembangunan di kawasan Masjidil Haram juga dikritik karena dini­lai menghancurkan jejak sejarah semasa Nabi Muhammad hidup. Pemerintah Arab Saudi menganggarkan dana sebesar USD13 miliar untuk proyek perluasan kawasan Masjidil Haram hingga mencapai 400.000 meter persegi. Perluasan dilakukan dengan maksud agar kawasan Masjidil Haram bisa menampung 2,2 juta orang sekaligus.

Sebab, berdasarkan data Kementerian Haji Pemerintah Arab Saudi, kedatangan ja­maah haji di Mekah dan Madinah meningkat drastis seiring waktu. Pada 1921, misalnya, kedua kota itu menampung 57.255 orang. Lalu, pada 1996, jumlah jamaah haji menca­pai 1.865.234. Adapun sejak 2012, jumlanya melonjak hingga melampaui 3.100.000 orang.

Akan tetapi, Irfan al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation menepis. “Jika Anda menempuh dua mil dari Masji­dil Haram, terdapat gurun luas, tanah, ru­ang yang cukup untuk membangun gedung pencakar langit sesukanya. Tapi jangan di kawasan Masjidil Haram. Di dalam Quran, tempat ini disebut sebagai tempat suci, tidak ada di kota-kota lain. Anehnya, jika Masjid Al-Aqsa di Jerusalem diganggu, umat muslim akan memprotes. Namun, jika ada sesuatu yang dibuldoser atau diledakkan di Mekah dan Medinah, umat muslim tinggal diam,” ujarnya. (*)

Untitled-15

============================================================
============================================================
============================================================