YANE Ardian, istri Walikota Bogor Bima Arya, ternyata memiliki gagasan besar yang patut segera diwujudkan. GagaÂsannya ialah membuat gerakan moral edukatif mengembaÂlikan anak-anak usia dini pada peradaban. Loh kok bisa?
(Alfian Mujani)
WANITA berparas cantik itu tampak bersemangat menceritakan idenya untuk melakukan gerakan moral ‘’Anti Gadget’’ bagi anak-anak usia dini. ‘’Saya benar-benar risau dengan perkembangan anak terÂdampak negatif,’’ kata Yane, ‘’Bukan berarti gadget tidak kita butuhkan, tetapi khusus bagi anak-anak perlu kita batasi dengan ketat,’’ tambahnya, Rabu (16/9/2015). Gagasan besar Yane terseÂbut disampaikan kepada paniÂtia lomba mainan edukasi: Brick Competition Bogor Today Cup memperebutkan piala bergilir Ibu Walikota Bogor. Lomba akan digeÂlar pada Minggu, 27 September 2015 di The Jungle, Bogor Nirwana Residen, Kota Bogor. ‘’Saya sudah melakukan pembatasan itu terÂhadap putra dan putri saya,’’ ujar mantan presenter itu.
Yane lantas menceritakan beberapa lagkah yang sudah diÂlakukannya dalam rangka menÂgendalikan anak usia dini dari kecenderungan kecanduan gadÂget. Subyek didik pertama yang menjadi kelinci percobaan Yane adalah putra putrinya sendiri, KinÂaura Maisha dan Kenatra MaheÂsha. Kedua anak Walikota Bogor ini berhasil dijauhkan dari smartÂphone dan gadget oleh Yane. ‘’AwÂal-awalnya sih mereka berontak. Seperti juga anak-anak sekarang pada umumya, anak saya juga terÂkena sihir gadget,’’ tuturnya.
Namun dengan ketelatenan, kesabaran, dan kecerdasan Yane dalam menjelaskan tentang baÂhaya kecanduan gadget bagi naka-anak, akhirnya anak-anaknya itu bisa menerima. Bahkan, kedua anak Yane tidak merasa asing dan minder ketika berada di tengah-tengah anak lain yang masih sibuk dengan gadget. ‘’Anak-anak saya tidak merasa terasing dari perÂgaulan, tetapi justru mereka meraÂsa unik dan melakukan hal benar,’’ ujar Yane yang mengaku terkeÂjut juga mendengan pengakuan anaknya yang merasa unik itu.
Karena merasa berhasil menÂgajari anak-anaknya untuk tidak bergantung pada gadget, Yane lantas menyebarkan gagasan anti gadget-nya kepada kawan-kawan dan ibu-ibu muda lainnya. Tak muÂdah, memang. Banyak yang pesiÂmis. ‘’Mereka selalu bilang mana bisa menjauhkan anak-anak dari gadget. Saya bilang bisa, buktinya anak-anak saya,’’ ujar Yane yang selalu membawa kedua anaknya pada saat mensosialisasikan gaÂgasannya itu, ‘’Saya selalu bawa anak-anak untuk memberikan testimoni di depan ibu-ibu,’’ tamÂbahnya. Yane juga mengangkat kedua anaknya sebagai ‘’AmbasÂsador Anak Anti Gadget.’’
Lantas Yane menjelaskan menjelaskan dampak negatif gadÂget bagi anak-anak yang mebuat dia risau. Antara lain anak-anak menjadi tidak sensitif terhadap lingkungan. Mereka cuek terhaÂdap orang yang ada di sekitarnya karena asyik dengan game yang ada di aplikasi gadgetnya. ‘’MerÂeka asyik dengan dirinya sendiri,’’ katanya.
Hal lain yang membuat Yane risau juga anak-anak yang keÂcanduan gadget memiliki emosi yang agak meledak-ledak, kurang bertanggungjawab, dan cenderÂung anti sosial. ‘’Saya tidak tahu, apakah sudah ada lembaga yang melakukan penelitian terhadap dampak negatif penggunaan gadÂget pada anak-anak,’’ katanya.
Yang pasti, lanjut Yane, treatÂment menjauhkan gadget dari kedua anaknya berdampak sangat positif. ‘’Emosi mereka lebih stabil, lebih peduli, dan sangat bertangÂgungjawab atas apa yang mereka lakukan,’’ ujarnya. Sebagai contoh Yane menyebutkan, jika ada tamu menginap di rumahnya, kedua anaknya itu sibuk menginapkan tempat tidur, memberi tahu kepaÂda tamunya di mana kamar mandi yang bisa digunakan, dan sikap kepedulian lain terhadap tamu.
Berangkat dari pengalaman menjauhkan anak-anaknya dari gadget, perempuan kelahiran Bogor 1 Juli 1979 ini, ingin berbagi dengan ibu-ibu lain di Kota Bogor khususnya, di Indonesia pada umumnya. ‘’Saya ingin membuat gerakan mengemÂbalikan anak kepada peradaban meÂlalui media mainan tradisional anak-anak dan mainan-mainan edukasi,’’ ujar Yane mengakhiri perbincangan.