BOGOR TODAY – Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLÂLAJ) Kota Bogor menertibkan becak-becak yang berada seÂjumlah jalan, kemarin. DiantaÂranya Jalan Kapten Muslihat, Jalan Mawar, MA Salmun, dan Jalan Mayor Oking, kemarin.
Kepala Seksi Pengendalian dan Penertiban (Daltib) DLLAJ Kota Bogor, Empar Suparta, menjelaskan, zona operasi beÂcak sudah di atur dalam PerÂaturan Walikota (PerWali) Bogor Nomor 15 tahun 2006 tentang penyelenggaraan angkutan beÂcak di Kota Bogor. “Razia ini merupakan agenda rutin buÂlanan dan tadi kita tertibkan sebanyak 15 becak dan banyak yang beroperasi bukan pada zonanya,†katanya.
Lebih lanjut, Empar menÂgatakan, pihaknya juga menÂemukan becak yang beroperasi tidak memiliki Surat Tanda Kendaraan Becak (STKB) dan Plat Tanda Nomor Kendaraan Becak yang tidak sesuai zonanÂya serta masih banyak yang tiÂdak memperpanjang trayeknya. “Untuk sementara becak yang beroperasi di daerah yang dilaÂrang ini oleh petugas lalu diamÂbil bantalan joknya dan diberiÂkan surat peringatan,†jelasnya.
Empar menambahkan, raÂzia ini juga untuk memeriksa kelengkapan administratif sepÂerti surat-surat dan pembatasan wilayah operasi di jalur utama Kota Bogor seperti di sekelilÂing Istana Bogor – Kebun Raya Bogor ( Juanda-Otto IskandardiÂnata, Pajajaran-Jalak Harupat, Sudirman, Pemuda, Ahmad Yani, KH Sholeh Iskandar, KapÂten Muslihat, Paledang, dan Mayor Oking. “Kan memang suÂdah dilarang beroperasi di jalan utama kota Bogor,†tegasnya.
Salah satu pengemudi becak yang joknya diangkut, SuÂminta (52), mengatakan dirinya tidak mengetahui akan ada opÂerasi tersebut.
â€Saya nggak tahu kaÂlau ada razia ini. Paling surat ini saya kasih ke pemilik becak nanti, karena disini saya cuma pengemudi saja soalnya beÂcaknya punya bos. Kenapa Pak DLLAJ tega razia kami padahal kami tak melanggar, beda sama banyaknya parkiran liar yang bikin macet,†ungkapnya.
Ia menambahkan, walau petugas hanya menyita bantalan jok becaknya, Suminta mengaku dirinya tetap merasa kesulitan karena tidak bisa beroperasi. “Ya, saya nggak bisa narik lagi. Padahal sehari juga paling cuma dapet Rp 30 ribu, dan harus dipotong setoran, dari pagi juga saya belum daÂpet penumpang,†pungkasnya.
(Guntur Eko Wicaksono)