RADIKALISME ada di semua agama pada masa dan temÂpat tertentu. Ia tak pernah mati. Hanya redup sesaat, lalu hidup kembali pada masa dan tempat yang lain. Radikal pada tataran makna netral tak perlu dicemaskan. Namun dalam catatan sejarah, radikalisme memiliki imÂpressi negatif. Faham ini menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan gerakan mereka.
Munculnya kasus pembakaran gereja di Aceh Singkil, pembakaran masjid di perkamÂpungan Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, dan pembantaian umat muslim Rohingnya membuktikan secara empirik bahwa radikaÂlisme bukan monopoli satu agama. Karena itu, argumen yang disampaikan para pemuka agama harus memperahatikan fakta-fakta emÂpirik ini dengan arif dan bijaksana.
Tak ada satu agama pun yang mengaÂjarkan umatnya untuk menista umat agama lain secara biadab. Anak kandung radikalime adalah ekstremisme dan terorisme. Dalam masyarakat Yahudi, Kristen, Islam, Hindu, BudÂha dan lainnya, terorisme dan ekstremisme bisa tumbuh berkembang sesuai dengan peÂluang dan potensi yang ada.