Kabar duka datang dari dunia persepaÂkbolaan Tanah Air. Legenda sepak bola Indonesia, Sinyo Aliandoe (77), tutup usia di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta, Rabu (18/11/2015), sekitar pukul 08.30 WIB. Sinyo menÂgalami demensia atau penurunan daya ingat hingga akhirnya meninggal dunia.
(Yuska Apitya Aji)
“YA, Om Sinyo meninggal pagi tadi. Sekarang sedang disemayamkan di rumah duka St. Carolus,†ujar mantan pemain Timnas InÂdonesia, Rully Nere, Rabu (18/11/2015) pagi.
Sinyo yang lahir di Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1940, mengalami penurunan kondisi kesehatan hingga demensia yang mempengaruhi daya ingat. Tahun lalu, Sinyo pernah ditemukan di Polsek Pancoran Mas, Depok, setelah tersesat saat ingin pulang ke rumahnya.
Kondisi kesehatan Sinyo semakin menuÂrun setelah istrinya, Theresia, meninggal pada 2013. Sebelumnya, Sinyo juga kehilanÂgan putranya, Johannes Aliandoe.
Sinyo merupakan salah satu pemain dan pelatih sepak bola terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pria yang memiliki nama lengkap Sebastian Sinyo Aliandoe itu perÂnah membawa Timnas Indonesia melangkah hingga ke putaran kedua Kualifikasi Piala DuÂnia 1986.
Ketika itu Indonesia berhasil menyingkirÂkan India, Thailand, dan Bangladesh di babak grup. Langkah tim Merah Putih terhenti di babak kedua setelah dikalahkan Korea SelaÂtan dengan agregat 1-6.
“Tidak pernah ada pelatih yang mampu mengantarkan Indonesia sejauh itu di kualifiÂkasi Piala Dunia. Om Sinyo sudah seperti figur ayah bagi seluruh pemain. Dia seorang guru, jadi bisa memahami karakter para pemainÂnya,†ujar Rully yang pernah ditangani Sinyo di Timnas Indonesia.
Sinyo juga pernah menangani Persija dan mengantarkan tim berjuluk Macan Kemayoran itu menjadi juara Perserikatan pada 1973 dan 1975. Sebagai pemain, Sinyo juga pernah memÂbawa Persija menjadi juara pada musim 1964.
Selama memperkuat Timnas Indonesia di era 1960-an, Sinyo juga pernah membawa InÂdonesia meraih gelar Piala Aga Khan di Dhaka (Bangladesh), Piala Raja di Thailand, dan Merdeka Games di Malaysia.
Sinyo Aliandoe dikenang sebagai seÂorang pelatih yang cerdik dan mempunyai insting yang kuat. Dia juga pernah diingat sebagai pelatih yang disiplin. “Dia cerdik, ulÂung, matang dan inspirator sepakbola modÂern di Tanah Air,†kata Rahmad Darmawan, mantan Pelatih Timnas Indonesia, Rabu (18/11/2015).
Berbicara mengenai sosok Sinyo AlianÂdoe, namanya tak bisa dipisahkan dari keÂjayaan sepakbola di masa lalu, baik bersama klub maupun saat ia bertugas di tim nasional Indonesia. Dia adalah sosok pelatih revoluÂsioner yang pertama meletakkan dasar sepaÂkbola modern di Tanah Air.
Bersama Persija Jakarta, klub profesional pertamanya, Aliandoe mampu membawa Macan Kemayoran berjaya di kompetisi PSSI pada tahun 1964. Saat itu, Macan Kemayoran ia bawa merajai Divisi Utama dengan catatan tak terkalahkan.
Sementara itu, bersama tim nasional prestasi Sinyo tak kalah gemilang. Indonesia mampu ia bawa meraih gelar juara di beberaÂpa turnamen bergengsi di Asia dan Asia TengÂgara, seperti Aga Cup, Kings Cup Thailand dan juga Merdeka Games.
Namun karirnya harus berakhir lebih ceÂpat. Pria yang bernama lengkap Sebastian Sinyo Aliandoe itu mengalami patah kaki yang membuatnya harus memutuskan penÂsiun sebagai pesepakbola profesional.
Usai pensiun, Sinyo tak bisa lepas dari duÂnia si kulit bundar. Pria kelahiran Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1940 memutuskan untuk menjadi pelatih pada awal tahun 1970-an.
Sementara prestasi yang patut dibanggaÂkan dari Sinyo saat melatih timnas Indonesia adalah saat membawa skuat Merah Putih memuncaki grup 3B kualifikasi Piala Dunia 1986. Sayang, mimpi Indonesia untuk lolos ke putaran final Piala Dunia 1986 kandas setelah kalah dengan agregat 1-6 dari Korea Selatan di babak selanjutnya.
Usai bertugas di tim nasional, Sinyo membuktikan tangan dinginnya saat memÂbesut Arema Malang. Tim asal Malang terseÂbut ia bawa menjadi tim yang kuat dan disÂegani di kompetisi perserikatan.
Bukan hanya prestasi itu saja yang mamÂpu ditorehkan seorang Sinyo Aliandoe. Selain dikenal karena prestasi dan juga tangan dinÂginnya dalam menghasilkan pemain-pemain hebat, Sinyo juga dikenal sebagai bapak offÂside Indonesia.
Pada medio 1970-an, Sinyo dikirim ke Inggris untuk belajar tentang pemahaman sepakbola yang lebih mendalam oleh manaÂjer Persija Jakarta saat itu, F.H. Hutasoit. Sepulang dari sana, Sinyo memperkenalkan strategi baru dengan mengandalkan offside yang bertujuan bukan hanya untuk menjebak lawan, tapi juga ditujukan untuk melakukan pressing kepada lawan. Kini Sang Legenda telah tiada. Banyak prestasi cemerlang telah ia torehkan untuk Ibu Pertiwi. Selamat jalan, Om Sinyo.