B1-(3)SEKOLAH Tinggi Pariwisata (STP) Bogor Hotel Institute (BHI) patut berbangga saat salah satu ma­hasiswanya, Muhamad Edwin Gunawan memenangi kejuaraanFood Carving dalam ajang Culinary Challenge 2015 yang digelar di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran, Jakarta Pusat.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Saya tidak menyangka bisa juara dua. Namun ini tidak membuat saya cepat puas dan saya akan terus berlatih agar kemampuan saya semakin meningkat dan menghasilkan karya yang lebih baik kedepannya

Kompetisi yang telah berlangsung empat kali yang diselenggarakan Indonesian Chef Associ­ation (ICA) dalam event ‘SIAL Interfood 2015’ ini diikuti oleh juniot chef dari berbagai STP di seluruh Indonesia. Bahkan, tidak sedikit professional chef yang sudah bekerja di industri pariwisata seperti hotel dan restoran.

Meski belum berhasil meraih medali emas, Muha­mad Edwin Gunawan cukup bangga. Karena ajang ini pertama kalinya ia mengikuti lomba memasak. Ia pun berjanji akan terus mengasah kemampuannnya untuk meraih hasil yang lebih baik.

“Saya tidak menyangka bisa juara dua. Namun ini tidak membuat saya cepat puas dan saya akan terus berlatih agar kemampuan saya semakin meningkat dan menghasilkan karya yang lebih baik kedepannya,” kata Edwin yang berhasil menyingkirkan 12 pe­saingnya untuk menyabet juara dua.

Mahasiswa semester tiga ini men­gaku, kategori yang dipilihnya dalam ajang ini ialah ‘practical fruits & vegetables carving’ dengan tema kehidupan alam bawah laut.

Sementara itu, Anggota ICA, Chef Widy Cahyanto menjelaskan, dihelatnya ‘challenge’ tersebut untuk membentuk chef-chef muda yang handal.

“Yang handal bukan han­ya berjaya di negeri sendiri. Tapi berjaya di negeri orang. Konotasi penilaian terhadap Chef Indonesia masih miring, masih ke­cil, masih jelek. Untuk itu, ICA beru­saha untuk membangkitkan itu menjadi nilai lebih bahwa chef Indonesia sama dengan chef yang lain,” tegas Chef Widy.

Widy menambahkan, animo dari dunia pendidikan terhadap kuliner besar sekali. Itu terbukti dengan 80 persen peserta interfood berasal dari pelajar. Sisanya, 20 persen dari kalangan mahasiswa atau pegawai per­hotelan. “Kita sangat bangga dan senang,” ucapnya dengan nada bangga.

Lebih lanjut, Chef Widy mengatakan, cara lain un­tuk memperkenalkan makanan Indonesia yakni, den­gan melakukan berbagai pelatihan ke banyak sekolah.

“ICA punya pelatihan bekerja sama dengan seko­lahan-sekolahan untuk mengedukasi tentang ma­sakan Indonesia. Mereka tidak bisa masak rawon kita siap dan tidak perlu dibayar,” beber­nya seraya terse­nyum. (*)

BOGOR, Today – Seolah tak berseri bila membicarakan prestasi maupun inovasi yang dikembangkan Sekolah Menengah Ke­juruan (SMK) Negeri 1 Bogor. Yang terbaru, siswa berhasil membuat pakaian khas ‘Pa­sundan’ yang bahan mentahnya merupakan daur ulang limbah rumah tangga.

Karya siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan tersebut, dipamerkan saat kontes pakaian adat ber­tema ‘Guru Tanah Pasundan’ yang diadakan di Gedung Aula IPB Jalan Pajajaran, Bogor, baru-baru ini. Fesyen kreasi siswa SMKN 1 Bogor mendapat perhatian khusus dari para pengunjung maupun tim juri.

“Pola pembuatan pakaian Sunda ini ter­inspirasi dari pakaian keseharian para guru di SMKN 1,” kata Guru Pembimbing Pro­gram, Yulihartati.

Diterangkannya, dalam pembuatan busana daur ulang ini, sama sekali tidak membutuhkan biaya, sebab 97 persen kom­ponennya merupakan limbah rumang tang­ga seperti bekas bungkus kopi, bekas bung­kus snack sampai kantung plastik.“Hanya resleting saja yang bukan daur ulang,”terang Yulihartini.

Pembuatannya, kata dia, memakan waktu dua bulan. Atas prestasi ini pihak sekolah kian bergairah untuk membuat ber­bagai produk daur ulang kedepannya.

“Sejauh ini kita sudah punya tas laptop dari bungkus plastik kopi ataupun sabun cuci, dan itu sangat mendapat sambu­tan hangat dari para guru SMKN 1 sendiri. Dengan membelinya untuk dipakai sehari-hari,”ulasnya.

Kepala SMKN 1 Bogor, Chairil Anwar ber­harap, dengan adanya kegiatan serta ide-ide inovasi baru dari guru maupun siswa, otom­atis akan merangsang motivasi kepada anak didik lain untuk lebih mengembangkan kre­atifitasnya. “Semoga ini semua merupakan langkah besar menciptakan para pelajar yang mempunyai jiwa kewirausahan besar, kala melihat peluang usaha di setiap keg­iatan sehari-hari untuk menciptakan lapan­gan pekerjaan,” harapnya. (Latifa Fitria)

============================================================
============================================================
============================================================