Untitled-11EL Clasico jilid ke-230 menjadi milik Barcelona. Berstatus sebagai tamu pada laga yang digelar di Stadion Bernabeu, kesebelasanberjuluk Blaugrana itu sukses mencukur Real Madrid dengan skor telak, 4-0. Luis Suarez mencetak dua gol pada laga ini, sementara dua gol lain disumbang NeymarJr. dan Andres Iniesta.

Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]

Real Madrid memang tampil inferior. Meski lawan tak menurunkan Lionel Messi sejak menit pertama, Los Galacticos tetap kerepotan menghadapi lini serang Barca. Bahkan sebelum Messi dimainkan pada me­nit ke-57, papan skor telah menunjukkan skor 3-0 untuk Barca.

Skema yang diterapkan pelatih Madrid, Rafael Benitez, tak berjalan sesuai harapan. Hal yang paling jelas terlihat adalah pressing Madrid yang tak bekerja dengan baik. Barca mampu lepas dari tekanan dan menemukan celah untuk masuk ke pertahanan Madrid.

Gaya bertahan Real Madrid berubah to­tal pada El Clasico kali ini. Sejak ditangani Rafael Benitez, Madrid melanjutkan taktik Carlo Ancelotti yang mengandalkan seran­gan balik. Namun pada laga ini Madrid justru berusaha tampil menekan.

Madrid langsung melakukan pressing saat Barca membangun pertahanan di lini pertahahanan. Dengan enam pemain terde­pan, Madrid berusaha menutup jalur operan dengan melakukan penjagaan antar pemain terdekat.

Karena strategi ini pula tampaknya Benitez tak menurunkan Casemiro. Di ten­gah, Benitez memasang trio Luka Modric, Toni Kroos, dan James Rodriguez. Ketiganya merupakan tipikal gelandang kreatif, yang mampu memberikan suplai bola bagi trio lini serang Madrid yang dihuni Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Gareth Bale.

Namun nyatanya skema ini tak berjalan sesuai rencana. Para pemain Madrid tampak belum mahir melakukan pressing agresif se­dini mungkin. Karena pada kenyataannya, Barca sama sekali tak terlalu terganggu keti­ka membangun serangan meski para pemain Madrid memberi tekanan.

Barca unggul penguasaan bola dengan 56% berbanding 44%. Selain itu, Barca me­lepaskan 648 kali operan dengan 564 kali yang menemui sasaran. Jumlah ini lebih ban­yak dari Madrid yang ’hanya’ melepas 429 kali operan dengan keberhasilan mencapai 354 kali.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Soto Ayam Bening Kuah Kaldu yang Segar dan Nikmat

Perlu diketahui, statistik Barca musim ini menunjukkan bahwa rata-rata operan yang dilepaskan Barca per pertandingan adalah 610 kali. Dengan Barca pada laga ini yang berhasil melepaskan 648 kali operan, ini artinya Barca tetap bisa menampilkan skema bermain andalannya seperti biasa seperti pertandingan-pertandingan La Liga lainnya.

Meski dihuni oleh pemain-pemain terbaik dunia, nyatanya pressing Madrid memang terlihat kacau. Saat satu pemain mendekati pemain yang menguasai bola, pemain lain terlambat memberikan tekanan pada pemain lainnya. Pergerakan pemain Madrid saat melakukan pressing tak serempak.

Pada menit 14:25 terlihat bagaimana Ben­zema dan Ronaldo melakukan pressing tapi rekannya yang lain terlambat memberikan pressing terhadap Sergio Busquets dan Jordi Alba. Bale bahkan memiliki tanggung jawab menjaga dua pemain, Dani Alves dan Ivan Rakitic. Claudio Bravo yang menguasai bola pun dengan mudah memberikan bola pada Busquets.

Sementara situasi pada menit 18:20, Ben­zema sudah memberikan pressing terhadap Bravo. Namun Modric terlambat mengikuti pergerakan Busquets yang kemudian mener­ima bola dengan leluasa sebelum mengoper pada Iniesta. Jarak Bale dengan Mascherano pun sebenarnya terlalu jauh yang bisa mem­buat Mascherano menguasai bola dengan tenang jika Bravo mengoper padanya. Se­mentara perhatikan juga Alba yang tak ada satupun pemain yang mengawalnya.

Pressing yang kacau ini pun menjadi pintu masuk bagi Barca dalam memasuki lini pertahanan Real Madrid. Ketika bola seran­gan Barca berhasil lewat area tengah, trio lini tengah Madrid (Kroos-Modric-James) me­mainkan zonal marking. Ini yang menyebab­kan lahirnya jarak antara baris pertahanan terakhir dan tengah Madrid.

Untuk masuk ke celah di antara empat pemain belakang dan tiga pemain tengah, Barca akan mengirimkan bola ke pemain sayap yang berada di pintu masuk sepertiga akhir. Dari sini, pemain sayap bisa melaku­kan penetrasi ke tengah, bukan bergerak lu­rus mendekati tiang corner, atau memberi­kan bola pada pemain yang masuk ke celah tersebut.

Jika melihat keseluruhan proses gol Bar­ca pun semuanya terjadi karena pemain Bar­ca berhasil memanfaatkan area depan kotak penalti Madrid ini untuk memberikan ump­an matang. Dari sini kita bisa melihat bahwa lini tengah Madrid benar-benar kewalahan.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Selasa 16 April 2024

Gaya bermain Madrid pada laga pada umumnya bertujuan untuk merusak tempo permainan Barca yang lambat dengan oper­an-operan pendek. Pressing sedini mungkin dengan tekel agresif ketika mendapatkan serangan, dikombinasikan dengan serangan cepat melalui umpan pendek ke tengah yang diakhiri dengan pendistribusian bola ke say­ap, menjadi upaya Madrid untuk memper­cepat tempo permainan.

Secara umum, Madrid memang mengan­dalkan serangan sayap untuk mengirimkan bola ke kotak penalti. Untuk mengalirkan bola ke sayap, bola didistribusikan dulu ke area tengah, di mana ini mungkin menjadi alasan Benitez menempatkan tiga gelandang kreatif.

Namun skema ini gagal total pada babak pertama. Dalam 45 menit, Madrid hanya mampu menciptakan satu upaya tembakan. Delapan umpan silang Madrid tak satupun yang berhasil disambut pemain yang kerap berada di kotak penalti yaitu Ronaldo dan Benzema.

Tak salah sebenarnya skema ini dilaku­kan mengingat pada jantung pertahanan lawan, Barca menduetkan Pique dan Masch­erano. Mascherano dengan tinggi tubuhnya hanya 174cm, lebih pendek dari Ronaldo, Bale, apalagi Benzema, kemungkinan besar akan kewalahan menghadapi umpan silang Madrid.

Namun Mascherano hanya tampil selama 27 menit karena harus ditarik keluar dan digantikan Jeremy Mathieu karena cedera. Sementara Mathieu merupakan bek yang cukup handal mengantisipasi bola-bola atas.

Hanya saja para pemain sayap Madrid selalu mengirimkan bola ke tiang dekat, se­hingga umpan silang tersebut tak menghasil­kan duel bola udara. Ini yang membuat um­pang silang para pemain Madrid pada babak pertama selalu gagal menemui sasaran.

Sementara pada babak kedua, umpan silang mulai lebih baik. Hal ini terjadi kare­na Kroos mulai diinstruksikan bergerak ke sayap untuk kemudian memberikan umpan silang. Dani Carvajal yang masuk pada babak kedua pun langsung menyumbangkan satu umpan kunci melalui umpan silangnya.

============================================================
============================================================
============================================================