DALAM tiap dansa, tidak ada yang memimpin dan tidak ada yang mengikuti. Dalam ballroom dance, sepasang pedansa bekerja sama untuk menciptakantarian yang indah.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Menjadi pelatih dansa tidak hanya mengasah kreatifitas. Dansa, juga sudah merupakÂan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang.
Meski tidak banyak orang yang memiliki keahlian melakukan gerakan dansa, Tjetjep Soelaeman yakin, danÂsa memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat Bogor. Dansa sudah ada di Bogor mulai sejak 1960 an.
Tjetjep mulai menekuninya sebagai dan sedikit demi sedikit mempelajari berbagai seluk beluk dansa. Ia berusaha mengembangkan dansa yang semula hanya digeluti oleh segelintir orang saja. “Kini, peminat dansa sudah mulai bagus. Dansa sudah mulai berkembang dan diminati berbagai kalangan,†ujar pria asli Bogor yang lahir pada 7 Mei 1944 ini.
Tjetjep bahkan merasa bangga dan bahagia, karena dansa diakui oleh KONI. “itu merupakan kesempatan agar pedÂansa berprestasi,†tambahnya.
Walaupun Tjetjep melihat dansa dipandang sebelah mata, Tjetjep terus berusaha memajukan dansa di Kota Bogor. “Saya bangga dengan dansa di Kota Bogor karena sudah menghasilÂkan banyak prestasi terbaik di tingkat nasional maupun internasional,†tamÂbahnya.
Untuk tingkat nasional, prestasi dansa diraih pada 9 November 2013 kemarin di Jakarta. “Di tingkat interÂnasional pedansa Bogor menjadi perÂwakilan Indonesia pada ajang lomba dansa di Hongkong beberapa waktu lalu,†paparnya.
Tjetjep berharap tumbuhnya komÂpetensi dansa di Bogor yang tidak hanya muncul dari komunitas maupun sangÂgar saja, tapi juga perorangan.
“Agar saya dapat melihat individu yang memang berpotensi untuk saya bina potensinya untuk mengikuti olimÂpiade. Saya ingin Bogor dikenal danÂsanya di kancah nasional maupun inter
nasional,†ujarnya.
Tjetjep berharap agar dansa lebih dikenal oleh masyarakat. Gerakan danÂsa yang membutuhkan kerjasama dan menghasilkan gerakan yang indah, seoÂlah menggambarkan keberagaman dan kebersamaan.