INI cara manis Bupati Bogor Hj Nurhayanti menagih janji para pelaku usaha dalam melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan. Dia mengundang sejumlah pemimpin perusahaan untuk berdialog dengan tema Harmony for Bogor Regency’ di Hotel Lor-In, Sentul, Selasa (1/12/2015).
RISHAD NOVIANTO
[email protected]
Menurut Yanti, panggilan akrab NurhayÂanti, pemerintah tiÂdak mungkin mampu menjadi Kabupaten Bogor sebagai kabupaten termaju di Indonesia tanpa keterlibatan dunia usaha. ‘’Hanya kebersamaan yang harmonis yang bisa mewujudkan Kabupaten Bogor sebagai kabupaten termaju di Indonesia,’’ ujar Yanti dalam dialog dengan para pelaku usaha di Kabupaten Bogor.
 Dialog ini dipandu oleh presenter TransTV Bunga Harum Dani.
Sesuai UU Nomor 74 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas serta PP Nomor 47 Tahun 2012 Tentang TangÂgung Jawab Sosial dan Lingkungan PerÂseroan Terbatas, perusahaan memiliki kewajiban menyisihkan 2,5 persen dari laba bersih untuk dikembalikan kepada masyarakat melalui program CSR (CorÂporate Social Responsibility). Namun dalam praktiknya, banyak perusahaan yang enggan mejalankan tanggungjawÂab sosial perusahaan tersebut.
Karena masih banyaknya perusaÂhaan yang enggan menyalurkan dana CSR, Nurhayanti membentuk Tim FasiliÂtasi TJSL (Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan) perusahaan di Kabupaten Bogor yang beranggotakan unsur SKPD di Kabupaten Bogor.
Dunia usaha sebagai salah satu peÂmangku kepentingan di Kabupaten Bogor, sepakat untuk ikut membangun KabupatÂen Bogor dengan mendukung program prioritas pembangunan daerah melalui pelaksanaan program TJSL Perusahaan.
Umumnya, dunia usaha mengklaim sudah melaksanakan program CSR seÂcara mandiri. Kelemahaannya, program CSR yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan itu tidak terintegrasi denÂgan program pembangunan Pemkag. Akibatnya terjadi tumpang tindih. Untuk menghindari hal tersebut, Bupati Bogor telah membentuk Tim Fasilitasi TJSL yang tujuananya untuk mengoptimalÂkan penyelenggaraan program tersebut.
Dengan dibentuknya Tim Fasilitasi TJSL ini, menurut Nurhayanti, perusaÂhaan bisa mendukung program prioritas pembangunan daerah yang bisa berÂdampak pada meningkatnya kesejahterÂaan masyarakat serta mewujudkan visi kabupaten termaju di Indonesia pada 2018. “TJSL harus dioptimalkan oleh perusahaan. Karena ini bersinggungan langsung dengan pembangunan KabuÂpaten Bogor. Jadinya, secara bertahap kita bisa mereduksi permasalahan sosÂial dan menjadikan masyarakat mandiri dan berdaya saing,†ujarnya.
Menurut Yanti, beberapa TJSL atau CSR yang telah diberikan terbukti mamÂpu membantu pengentasan rumah tidak layak huni (rutilahu), pembenahan saraÂna pendidikan, perbaikan jalan lingkunÂgan masyarakat, penghijauan, dan banÂyak program fisik dan non-fisik lainnya yang sangat penting bagi masyarakat.
Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) KaÂbupaten Bogor ini menambahkan, pemerÂintah siap menjamin optimalisasi pendayÂagunaan TJSL agar tepat sasaran dengan membentuk tim fasilitasi beranggotakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Tim ini untuk membantu peruÂsahaan dalam mencari, merumuskan dan merekomendasikan objek sehingga memudahkan perusahaan menjatuhkan TJSL yang tepat sasaran. Ini juga untuk menghindari duplikasi program pada objek yang sama,†tandasnya.
Komunikasi, kata Yanti, juga salah satu tujuan dibentuknya forum TJSL. “Forum TJSL juga menjadi wadan komunikasi dan membangun kebersamaan antar pihak terkait dengan pelaksana TJSL. Dengan komunikasi intens, maka kerjasama dapat berjalan dengan lebih baik,†tambahnya.
Tujuh Objek
Penggagas ‘Harmony for Bogor Regency’, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dr Ir Syarifah Sofiah mengatakan, dukungan pelaku usaha dalam mendukung proÂgram prioritas Pemkab Bogor sangat diperlukan.
Sedikitnya, ada tujuh objek yang bisa dijadikan TJSL perusahaan demi keÂpentingan Kabupaten Bogor pada tahun 2016. Seperti sektor pendidikan, kesÂehatan, pekerjaan umum, lingkungan hidup, ekonomi, sosial dan keagamaan dengan total 2.374 kegiatan dengan toÂtal perkiraan anggaran Rp 651 miliar.
“Hari ini, lima perusahaan siap berÂpartisipasi dalam 10 kegiatan dengan anggaran kurang lebih Rp 3,7 miliar. Kami juga menandatangi nota kesepaÂhaman (MoU) dengan PT Bio Farma dan PT Reckitt Benckiser Indonesia,†kata Ifah, panggilan Syarifah.
Hadir dalam acara ini antara lain diÂrektur Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Holcim, PT Antam Tbk, Cevron Gunung Gede, Bio Farma, para pimpinan SKPD, para camat, dan tamu undangan lain.
CSR Astra International
Salah satu CSR yang paling terasa ialah yang diberikan PT Astra InternaÂtional Tbk dalam mendirkan SMPN 4 Leuwiliang tahun ajaran 2007/2008 sebesar Rp 3,73 miliar.
Wakil Kepala Bagian Kurikulum, Suparti, berkisah banyak tentang ihwal lahirnya sekolahan tempat ia mengabdi. Awalnya, pada Tahun Ajaran 2006/2007, siswa-siswi di SMPN 4 Leuwiliang terÂpaksa numpang belajar di gedung SMPN 1 Leuwiliang. Atas inisiasi Disdik KabuÂpaten Bogor, sekolahpun diiris dua.
Akhirnya pada Tahun Ajaran 2007/2008, Disdik Kabupaten Bogor mendeklarasikan sekolah baru bernama SMPN 4 Leuwiliang, dengan otoritas rumah tangga sendiri dibawah Pemkab Bogor. Pun memiliki nama baru, siswa-siswinya tak kunjung memiliki gedung tempat belajar. Atas inisiatif dewan sekoÂlah, anak didiknya terpaksa diungsi belajarÂkan di gedung SDN Angsana 1 Leuwiliang.
Mukjizat pun datang. Pada pertengahan Tahun Ajaran 2007/2008, PT Astra International Tbk turun tangan dan memberi bantuan. Perusahaan yang berdiri pada 1957 ini berinisiÂatif mendirikan gedung sekolah untuk siswa-siswi SMP N 4 Leuwiliang.
Suparti mengisahkan, tidak ada perÂsyaratan yang dibebankan oleh pihak Astra. “Tidak ada syarat ini itu,†kata dia. “Perwakilan Astra datang sendiri kesini dan mensurvei. Mereka juga mencari laÂhan untuk dibangunkan sekolah. Disini (Desa Cibeber II), sebelum ada sekolah ini, wilayah ini masih sangat rawan. Tingkat pendidikan warga disini juga hanya sampai kelas enam SD. Karena mereka berpikir untuk melanjutkan ke SMP, jaraknya jauh. Setelah selesai sekitar bulan Agustus, baru gedung ini diserahterimakan kepada Pak Rachmat Yasin dan kami bisa menempati gedung baru,†kata Suparti, menerangkan.
Wanita berkerudung asli Yogyakarta ini nampak antusias menceritakan asal muasal kantor tempat ia mengabdi. Maklum, sekolahnya jarang terkena jeÂpretan kamera media.
Dengan gamblang, Suparti juga menerangkan berapa besaran bantuan yang diberi oleh Astra. “CSR dari PT AsÂtra International untuk sekolah ini Rp 3,73 miliar. Ini untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah seperti enam ruÂang belajar, satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru. kursi, meja, laboratoÂrium komputer serta 10 unit komputer dan laboratorium IPA,†kata dia. (*)