Kebiasaan makan dan jajan sembarangan di sekolah tanpa memperdulikan kebersihan lingkungannya menyebabkan anak menderita tifus perut (demam tifoid).
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dinas kesehatÂan tahun 2014 terhadap 684 samÂpel makanan jajanan di sekolah, diÂdapati ada 100 jajanan yang positif mengandung bakteri Salmonella.
Satgas Imunisasi Dewasa Prof dr. SamsuriÂdjal Djauzi, SpPD KAI FINASIM mengatakan, saat ini Tifoid tengah menyerang kalangan siswa SD yang disebabkan dari kebiasaan jaÂjan di sekolah dan kurangnya ilmu pengetaÂhuan akan pentingnya mencuci tangan.
“Jajanan di sekolah masih belum terkonÂtrol dengan baik, makanan dan minuman yang dijual perlu diawasi kebersihannya seÂcara khusus,†ungkapnya kepada BOGOR TOÂDAY.
Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Siti Robiah menuturkan, Demam Tifoid, TyÂphus abdominalis, Typhid fever, atau Enteric fever merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan dengan gejala demam seÂlama satu minggu atau lebih.
“Penyebab Tifoid disebabkan oleh bakteri salmonella thyphi atau salmonella paratyphi. Bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh meÂlalui makanan atau air yang kita konsumsi,†paparnya.
“Penularan tifoid dapat terjadi ketika Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) minÂim,â€
Berdasarkan hasil penelitian World Health Organization (WHO) tahun 2009, memperkiÂrakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia SeÂlatan dan Tenggara termasuk China pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penÂduduk per tahun. Serta Insidens rate di InÂdonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan raÂta-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita.
“Semua harus berkesinambungan, selain Dinas Kesehatan yang selalu mengingatkan. Masyarakat juga harus mendukung dengan melaksanakan pola hidup sehat,†sarannya.
Kini pihaknya terus menggencarkan program pembinaan bagi para penjual jaÂjanan sekolah, dengan memberikan contoh bagaimana mengolah makanan yang baik. Kini pihaknya baru membina 600 pedagang dalam satu tahun selebihnya belum dilakukan karena minimnya anggaran.