Investasi Internasional Indonesia hingga kuartal III-2015 masih didominasi dalam benÂtuk utang. Terlihat dari Statistik Posisi InvÂestasi Internasional Indonesia (PIII), ditinjaudari jenis investasinya, kewajiban lebih besardari aset.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
BI mencatat, investasi dalam benÂtuk kewajiban termasuk di dalamnya utang (investasi lainnya) porsinya mencapai 28,15% atau senilai USD 151,3 miliar.
“Kita utangnya besar untuk membangun. Kita pilih utang dalam jangka panjang, sedangkan investasi untuk jangka pendek. Kewajibannya besar nggak masalah, tergantung jenis kewajibannya kemana,†kata Hendy dalam Bincang-Bincang MeÂdia di Gedung Bank Indonesia, JaÂkarta, Rabu (30/12/2015).
Investasi dalam bentuk kewajiban termasuk utang yang lebih besar dari aset, menurut Hendy, banyak diteÂmui di negara-negara berkembang. Sebab, negara berkembang sedang terus membangun dan butuh utang. Sejak tahun 1990-an, kewajiban swasta terus naik hingga melampaui kewajiban dari sisi pemerintah.
“Semua negara berkembang akan lebih besar kewajiban dibanding aset. Negara berkembang seperti kita terus melakukan pembangunan dan itu dari dana utang. Saat ini kecendeÂrungannya pun telah bergeser, utang swasta lebih besar dibanding utang pemerintah. Swasta sudah punya keÂmampuan dan bisa membangun jadi mulai banyak utang swasta ke luar negeri,†tutur Hendy.
Investasi internasional Indonesia berbentuk kewajiban terdiri dari inÂvestasi langsung (foreign direct inÂvestment) sebesar 38,9%, investasi portofolio misal dengan pembelian surat utang negara sebesar 32%, inÂvestasi lainnya misalnya dalam benÂtuk seperti utang luar negeri 28,15% dan sisanya merupakan derivatif fiÂnansial.
Sementara investasi internasiÂonal Indonesia dalam bentuk aset didominasi oleh investasi dalam benÂtuk cadangan devisa yaitu mencapai USD 101,7 miliar. Cadangan devisa tersebut nilainya mencapai 48,4% dari total investasi dalam bentuk aset USD 210,1 miliar hingga kuartal III-2015.
Posisi Investasi Internasional InÂdonesia (PIII) menunjukkan nilai investasi langsung pada kuartal III- 2015 sebesar USD 167,64 miliar.
Investasi tersebut tersebut turun 10,3% dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai USD 186,9 miliar.
Investasi langsung berdasarkan arah investasi lebih besar mengalir ke domestik dibanding ke luar negÂeri. Sebesar 85,3% investasi langsung mengalir ke domestik berupa PenaÂnaman Modal Asing (PMA) senilai USD 196,5 miliar.
Investasi langsung luar negeri meÂlalui pembelian saham sebesar USD 28,86 miliar atau 14,7%.
“Investasi langsung yaitu investaÂsi ke saham dengan kepemilikan 10%. Investasi langsung domestik misalnya kita investasi ke saham Toyota di Indonesia yang investaÂsinya dari Jepang,†ujar Hendy. Cadangan Devisa Turun
Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia hingga kuartal III-2015 tercatat sebesar USD 101,7 miliar atau turun 5,8% selama 3 bulan. Pada kuartal II-2015, cadanÂgan devisa berada pada level USD 108,03 miliar, sedangkan pada kuarÂtal I-2015 tercatat USD 111,5 miliar.
Sepanjang 2015, posisi cadangan devisa terus turun. Posisi cadangan devisa saat ini mencerminkan 48,4% dari total investasi internasional dalam bentuk aset.
“Bagian terbesar dari aset kita yaiÂtu cadangan devisa sebesar US$ 101,7 miliar. Aset kebanyakan cadangan devisa jangka pendek sebab untuk menjaga likuiditas,†kata Hendy.
Turunnya cadangan devisa memÂbuat investasi dalam bentuk aset pun ikutan turun 2,1% menjadi USD 210 miliar dari triwulan II-2015 sebesar USD 214,47 miliar. Posisi Investasi InÂternasional Indonesia (PIII) menunÂjukkan penggunaan dana dalam benÂtuk aset tersebut jumlahnya hanya 39,1% dibanding kewajiban.
Dari sisi investasi internasional dalam bentuk kewajiban pada kuarÂtal III-2015 membaik dibanding kuarÂtal II-2015. Kewajiban di antaranya dalam bentuk investasi langsung, inÂvestasi portofolio, derivatif finansial, dan investasi lainnya (utang dagang, uang muka, pinjaman, uang kertas asing dan simpanan).
Kewajiban total turun 7,9% dari USD 583,5 miliar pada kuartal II-2015 menjadi USD 537 miliar pada kuarÂtal III-2015. Secara net kewajiban berkurang USD 42 miliar pada kuarÂtal III-2015.
“Komponen utang di kuartal III turun. Net kewajiban kita turun USD 42 miliar di kuartal II. Pengurangan kewajiban tersebut karena dolar naik, nilai kewajiban kita jadi mengeÂcil. Jadi pelemahan rupiah tidak seÂlalu membawa dampak negatif, jusÂtru posisi kewajiban kita jadi turun,†ujar Hendy.
Hendy menjelaskan, turunnya keÂwajiban dalam bentuk investasi langÂsung tersebut dipengaruhi aktivitas ekonomi domestik. Utang luar negÂeri yang termasuk dalam investasi lainnya juga naik 2% dari USD 148,38 miliar di kuartal II-2015 menjadi US$ 151,34 miliar di kuartal III-2015.
“Investasi langsung atau foreign direct investment itu kebanyakan ke domestik. Jadi nggak ada kaitannya sama the Fed naik. Proyeksinya di kuartal IV akan lebih baik,†tambah Hendy.