Untitled-10Bagi pasien yang menerima resep dari dokter untuk mekonsumsi obat jenis antibiotik hendaknya harus diminum sampai habis. Mengapa?

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Antibiotik adalah jenis obat-obatan yang digunakan melawan infeksi bakteri di dalam tubuh. Antibio­tik harus digunakan secara tepat, karena dapat sangat merugikan dalam jangka panjang apabila tidak digunak­an secara tepat. Salah satunya adalah meng­konsumsi antibiotik yang diresepkan dokter hingga habis.

Antibiotik bekerja dengan cara menyerang metabolisme dan atau siklus perkembangbiak­kan bakteri di dalam tubuh. Bakteri di dalam tubuh tidak bisa benar-benar dimusnahkan. Antibiotik hanya mengurangi jumlah bakteri di dalam tubuh sehingga infeksinya dapat dia­tasi oleh sistem kekebalan tubuh pasien.

Ketua Bidang Pengembangan Profesi PB PAPDI, Dr. dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD-KHOM, FINASIM, menjelaskan banyak pihak beranggapan bahwa setiap bakteri yang bera­da di dalam tubuh kita adalah termasuk bak­teri yang sederhana dan dengan begitu cepat sirna jika telah mengkonsumsi obat.

Padahal, menurutnya, walaupun badan telah terasa sehat, pasien harus tetap meng­habiskan antibiotik yang telah diresepkan agar bakteri sepenuhnya hilang dari tubuh kita. Kebanyakan bakteri penyakit sederhana (radang tenggorokan, infeksi telinga dan lain­nya) menanggapi relatif cepat terhadap anti­biotik. “Jadi, ketika Anda mulai merasa baik setelah mengonsumsi antibiotik untuk beber­apa hari, sangat sulit untuk mengingatkan diri Anda untuk menyelesaikan obat yang mung­kin masih harus dikonsumsi beberapa hari kemudian,” ujarnya.

BACA JUGA :  Kalap Makan Daging saat Lebaran, Coba 5 Makanan Ini yang Bisa Menurunkan Darah Tinggi

Namun ia mengingatkan tiga point jika obat itu tak diselesaikan sampai habis. Perta­ma, semua bakteri yang menyebabkan infeksi mungkin tidak terbunuh. Akibatnya kemudi­an, infeksi bisa datang kembali di tempat yang sama atau bahkan muncul di tempat lain.

Kedua, akan terjadi resistensi bakteri itu atas antibiotik. Semua orang harus tahu, cara terbaik untuk menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik adalah dengan memperlakukan mereka secara salah. Bakteri berkembang biak sangat cepat. Ketika mereka berkembang biak, kesalahan acak terjadi di DNA mereka yang dapat membuat mereka re­sisten terhadap antibiotik. Cara terbaik untuk menjaga hal ini tak terjadi pada pasien ketika dia mengalami infeksi adalah untuk memberi­kan semua dosis tepat waktu. “Hal ini akan membunuh bakteri dengan cepat dan efisien. Ketika bakteri undertreated, beberapa dari mereka mungkin memiliki cukup waktu un­tuk memiliki kesalahan-kesalahan ini terjadi di DNA mereka,” ujarnya.

Ketiga, membuat bakteri makin tangguh. Beberapa bakteri dapat membuat sistem kekebalan tubuh melakukan hal-hal yang ti­dak seharusnya. Sebuah contoh klasik dari hal ini adalah ketika radang tenggorokan menye­babkan demam rematik. Penyebab penyakit ini tidak sepenuhnya dipahami, namun di­perkirakan bahwa ada bagian dari tubuh yang memiliki komponen yang secara kimiawi mi­rip dengan kuman yang menyebabkan radang tenggorokan, Grup A Streptococcus bakteri. Jadi, ketika sistem kekebalan mulai melawan bakteri ini, itu membingungkan tubuh (khu­susnya bagian-bagian tertentu dari otak, sen­di, ginjal, dan jantung) dengan bakteri yang menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tubuh. Butuh beberapa saat untuk proses ini terjadi, sehingga adalah umum untuk gejala demam rematik akut muncul pada hari-hari setelah infeksi tenggorokan. Namun, hampir tidak pernah terjadi ketika radang tenggoro­kan awal benar-benar diobati dengan antibio­tik.

BACA JUGA :  Kurangi Peradangan Pada Tubuh, Ini Dia Buah Terbaik yang Bisa Dikonsumsi

Khusus radang tenggorokan, tubuh akan membunuh semua bakteri itu sendiri tanpa antibiotik. Antibiotik hanya membunuh mer­eka lebih cepat yang penting untuk menjaga demam rematik terjadi. Jika semua obat tidak dihabiskan, maka risikonya adalah terkena demam rematik yang lebih tinggi. “untuk mengantisipasi hal ini tanyakan kepada dok­ter jika ia bisa memberi sesuatu yang hanya dikonsumsi sekali atau dua kali per hari. dosis lebih sedikit membantu untuk tidak terlewat­kan waktu minum obat,” imbuhnya.

============================================================
============================================================
============================================================