JAKARTA, TODAY — Harga minyak mentah dunia kembali anjlok pada perdagangan Rabu (9/3/2016) terbebani penguatan dolar Amerika Serikat (USD) dan melambatnya permintaan ketika ekspor China ambruk, meski produksi AS telah menyusut untuk memberikan dukunÂgan. Tercatat harga minyak mentah AS pada sesi perdagangan kemarin berada di level USD36,46 per barel pada pukul 02.19 GMT.
Posisi tersebut turun 4 sen dari penutupan sebelumnya dan hampir telah melemah sebeÂsar 40% terhitung dari Februari lalu. Dilansir Reuters kemarin, minyak mentah berjangka jenis Brent ada di posisi USD39,54 atau menyuÂsut 11 sen dari sesi terakhir mereka dan tercatat melemah lebih dari 40% semenjak pernah meÂnyentuh level terburuk pada Januari 2016 lalu. Para analis memprediksi penurunan harga minyak dunia disebabkan merosotnya perminÂtaan dari China, dimana perlamÂbatan ekonomi mereka menjadi telah menyentuh posisi paling buruk dalam satu generasi. “Mata uang di sejumlah negara berkemÂbang, termasuk rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS meÂnyusul adanya spekulasi bahwa menguatnya nilai aset di pasar berkembang terlalu cepat mengÂingat masih berlangsungnya keÂcemasan atas kesehatan ekonomi Tiongkok dan ekonomi global,†kata Kepala Riset Monex InvestinÂdo Futures Ariston Tjendra di JaÂkarta, Rabu (9/3/2016).
Secara teknikal, lanjut dia, fluktuasi mata uang rupiah yang telah mengalami tren penguatan hingga ke level 13.000 per doÂlar AS juga dimanfaatkan sebagian pelaku pasar uang untuk melakuÂkan aksi ambil untung.
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia yang cenderung mulai tertahan menjadi salah satu faktor negatif bagi laju mata uang komoditas, termasuk rupiah. “Minyak sempat melakukan reli untuk mencari overextended, tapi data ekspor China sangat mengeriÂkan,†jelas Analis dari Clipper data, Matt Smith.
Seperti diketahui Kinerja perdagangan China pada Februari jauh lebih buruk dari perkiraan para ekonom. Di mana ekspor jatuh paling dalam lebih dari enam tahun dan impor juga sedikit meÂlemah, beberapa hari setelah pemerintah meyakinkan investor bahwa prospek ekonomi terbesar kedua di dunia ini tetap solid.
Harga minyak mentah semÂpat rally pada pertengahan FebÂruari, ketika adanya kesepakatan menekan produksi dalam upaya menghentikan banjirnya pasokan untuk memberikan harapan. Tapi Kuwait yang merupakan anggota OPEC pekan ini mengatakan baru mau mengurangi produksi merÂeka, jika semua produsen minyak dunia ikut berpartisipasi termasuk Iran yang telah menolak keras renÂcana pemangkasan produksi.
Terpisah, Kepala analis koÂmoditas SEB, Bjarne Schieldrop, sependapat bahwa jatuhnya kilang minyak serpih AS bisa segera bangÂkit kembali, menghentikan rally harga baru-baru ini.
Sebuah jajak pendapat analis minyak Reuters memperkirakan bahwa persediaan minyak menÂtah AS kemungkinan naik 3,6 juta barel pekan lalu, mendorong jumÂlah persediaan ke rekor tinggi unÂtuk minggu keempat.
Perbedaan pandangan tenÂtang rencana untuk membatasi produksi minyak juga menemÂpatkan pasar defensif. Kuwait, yang menghasilkan 3 juta barel per hari (bph), mengatakan akan membekukan keluaran hanya jika semua produsen utama berpartiÂsipasi, termasuk Iran, yang telah melihat rencana tersebut.
Harga minyak mentah berÂjangka West Texas Intermediate (WTI) berjangka turun 3,7 persen, atau USD 1,40, pada USD 36,50 per barel, setelah sempat menguat ke level tertinggi tiga bulan pada USD38,39. Harga minyak mentah berjangka Brent turun USD1,28, atau 3,09 persen, pada USD39,58 per barel, setelah enam hari keunÂtungan berturut-turut. Selama sesi itu mencapai tertinggi 2016 pada USD41,48, yang merupakan kenaiÂkan 50 persen dari 12 tahun terenÂdah pada USD27,10 yang terjadi kurang dari dua bulan yang lalu.
Pemerintah AS melalui AdminÂistrasi Informasi Energi (EIA) menÂgatakan pihaknya memperkirakan produksi AS untuk tahun ini turun 760.000 bph dibandingkan 740.000 barel per hari sebelumnya. Ini juga memotong proyeksi pertumÂbuhan permintaan 2016 sebesar 80.000 barel per hari dibandingkan 110.000 barel sebelumnya.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan, pada perdaganÂgan sesi Asia selanjutnya harga minyak mentah berpotensi meÂlemah dengan masih menguatnya sentimen bearish, namun pada sesi AS nanti malam berpotensi menguat jika potensi penurunan persediaan pasokan mingguan AS terealisir. Harga minyak mentah diperkirakan menembus kisaran Support USD36,00-USD35,50 dan jika harga naik akan menembus kisaran Resistance USD37,00-USD37,50.
(Yuska Apitya/dtkf)