Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli pernah menÂgundang Inpex, kontraktor Blok Masela, untuk membahas pembangunan kilang LNG Masela di Kantor Kemenko Maritim dan Sumber Daya pada 3 Februari 2015 lalu. Apa hasilnya saat itu?
Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Energi Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Abdulrachim, menuturkan bahwa pertemuan tersebut membahas perhitungan biaya pembangunan kilang jika di darat (onshore) atau terapung (offshore) di lepas pantai.
“Bahwa ada pertemuan antara Pak Menko dengan Inpex betul. Pak Menko ingin klarifikasi perÂhitungan dan sebagainya. PertanÂyaan Pak Menko, berani nggak Inpex pertanggungjawabkan hiÂtungan pembangunan kilang di laut hanya USD 14,8 miliar? Yakin nggak? Kata Inpex yakin,†tutur Abdulrachim dalam diskusi di KeÂmenko Maritim dan Sumber Daya, Jakarta, Jumat (11/3/2016).
Saat itu, Rizal menantang InÂpex untuk mempertanggungjawÂabkan perhitungan bahwa pemÂbangunan Floating LNG (FLNG) lebih murah dibanding Onshore LNG (OLNG).
Bila ternyata biaya pembanÂgunan FLNG membengkak jauh dibanding perhitungannya, Inpex Kata Abdulrachim, ternyata Inpex tidak berani. harus menanggung kelebihannya.
“Kalau yakin, harganya dipatok US$ 14,8 miliar saja. Kalau nanti melambung, dibayar sendiri sama Inpex, berani nggak? Nggak berani Inpex, nggak tanggung jawab sama hitungannya,†ujarnya.
Dia menambahkan, Rizal Ramli tidak menyatakan akan mengganti inÂvestor bila investor tak bersedia memÂbangun OLNG saja. “Pak Menko hanya ingin bisnis yang saling menguntungÂkan. Menguntungkan Republik IndoÂnesia dan investor. Jadi tidak ada Pak RR (Rizal Ramli) mau mengganti invesÂtor, itu pelintiran untuk membunuh karakter,†tandasnya.
Sebelumnya, Inpex mengaku pernah diundang oleh Rizal Ramli. Dalam pertemuan di Kantor KeÂmenko Maritim dan Sumber Daya tersebut, Inpex mengungkapkan keÂinginannya agar kilang LNG Masela dibangun offshore.
“Dalam pertemuan itu, kami samÂpaikan bahwa kami ingin kilang LNG Masela dibangun floating karena lebÂih ekonomis,†kata Manager CommuÂnication and Relation Inpex, Usman Slamet, saat dihubungi detikFinance beberapa waktu lalu.
Usman menuturkan, pada perteÂmuan itu Rizal tidak memaksa Inpex untuk membangun kilang LNG di daÂrat ataupun di laut. Rizal sangat meÂmahami posisi Inpex dan tidak ingin investor asal Jepang tersebut keluar dari Indonesia.
“Beliau (Rizal Ramli) hanya meÂnyampaikan, pembangunan kilang ini harus bermanfaat bagi masyaraÂkat Maluku, harus ada multiplier effect-nya, pertemuan membahas seputar itu saja,†ujarnya.
Permintaan Menteri KoordinaÂtor Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli agar kilang LNG Masela dibanÂgun di darat (onshore) mengundang pertanyaan banyak pihak. Ada yang menduga Rizal berniat mengganti investor di Blok Masela. Caranya dengan memaksakan pembangunan kilang LNG di darat, sehingga invesÂtor mundur, dan diganti dengan inÂvestor lain yang dikehendakinya.
Tenaga Ahli Bidang Kebijakan EnÂergi Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Abdulrachim, membantah keras tudingan tersebut. MenurutÂnya, pernyataan Rizal Ramli telah dipelintir oleh pihak-pihak tertentu. Rizal hanya berpesan kepada Inpex, investor di Blok Masela saat ini, agar menjalankan bisnis yang saling menÂguntungkan dengan Indonesia.
“Pak Menko hanya ingin bisnis yang saling menguntungkan. MenÂguntungkan Republik Indonesia dan investor. Jadi tidak ada Pak RR (Rizal Ramli) mau mengganti investor, itu pelintiran untuk membunuh karakÂter,†kata Abdulrachim.
Selain itu, Rizal tidak memiliki kewenangan untuk mengganti inÂvestor di Blok Masela. Isu itu, kata Abdulrachim, sungguh tidak masuk akal. “Soal akan mengganti investor, itu nggak mungkin bisa. Pertama, yang berwenang mengganti investor adalah SKK Migas berdasarkan perÂaturan yang ada. Jadi, Menteri ESDM pun nggak berhak,†paparnya.
Penggantian investor atau penÂcabutan kontrak secara sepihak pun tentu bakal menimbulkan perlawaÂnan hukum dari Inpex. Tak mungkin Rizal melakukan hal tersebut.
“Kedua, pasti ada perlawanan hukum, Inpex sudah aktif dari 1998, dapat kontrak PSC. Dia sudah keluar uang banyak, belum dibayar, nanti dibayar dengan cost recovery. Tapi cost recovery terjadi setelah produkÂsi,†ujarnya.
Dia menambahkan, mustahil juga Inpex mau pergi begitu saja hanya karena dipaksa membangun kilang di darat (onshore). Sebab, Inpex suÂdah mengeluarkan miliaran dolar untuk investasi di Blok Masela dan belum ‘balik modal’ karena belum mendapat cost recovery.
“Beredar isu di luar bahwa InÂpex mau cabut. Itu nggak mungkin, uangnya masih menggantung di sini,†tukas dia.