Untitled-15DALAM konsep Pakuan Pajajaran, setiap insan potensial sebagai pemimpin. Ter­utama karena di dalam diri manusia, sudah sediakan akal dan pikiran, nurani, perasaan, dan raga. Kesemua itu bila dikelola dengan sebaik-baiknya dalam suatu harmoni, akan membuat manusia itu berkualitas dan layak menjadi pemimpin.

Bang Sem Haesy

DIIBARATKAN, manusia itu lak­sana emas. Harus digosok supa­ya terlihat cerlangnya. Proses menggosok itulah yang disebut tekad untuk memelihara hasrat menjadi maju. Antara lain dengan memperluas cakrawala berpikir melalui proses pembelajaran se­cara khas di kawasan perdikan. Juga proses pematangan mental spiritual di kawasan kawikuan.

Dengan demikian ilmu pen­getahuan yang diperoleh un­tuk mengasah keterampilan dan pengendalian diri secara spiritual akan membekali setiap insan dengan kom­petensi mereka. Begitulah Sang Darma Pitutur mem­beri isyarat. Ya.., manusia itu memang ibarat jambangan, sangat bergantung kepada isinya, berupa air jernih yang tampak dasarnya, transparan, sebagai lambang ilmu pen­getahuan yang memberi wa­wasan luas dan jernih bagi setiap manusia untuk menge­tahui misteri jagad kehidupan yang teramat luas. Karenanya, manusia harus mempunyai hasrat memperluas pengeta­huannya itu.

BACA JUGA :  Begini Tata Cara dan Niat Puasa Syawal Selama 6 Hari

Ini warah sang darma pitu­tur, sugan ura(ng) tanpa hedap mreo-peksah samutatah. Pae­san teh ta susuriyem, jamban­gan eusi ning bayu ma hening, tah desana tah nora buksah.

Manusia yang sudah me­lalui proses pembelajaran diri, khususnya melakukan pema­tangan mental spiritualnya, mengasah dan mengisi jiwanya dengan kebaikan, ia akan tum­buh sebagai emas yang cer­lang. Emas yang memberikan nilai lebih dan menunjukkan kualitas serta kapasitas diri yang memang prima. Emas itu harus berulang digosok, antara lain dengan cara menambah terus proses pembelajaran diri yang bermuara pada kualitas.

Sang Darma Pitutur men­gamsalkan semua itu dalam bahasa yang seperti ini : Kalin­gana ta, sri ma ngaranya omas. Kitu na omas, lamun hamo dila(n)ja pelek rupana, lamun kalanja ma cenang, rampes ja kaopeksa.

BACA JUGA :  Minum Teh Bisa Merusak Ginjal, Benarkah? Ini Kata Dokter

Bila kita pelajari dengan seksama, apa yang diisyarat­kan di atas memotivasi kita un­tuk tak pernah henti melaku­kan proses pembelajaran. Kini di dunia modern berbagai cara bisa dilakukan, antara lain me­lalui proses manpower plan, perencanaan sumberdaya ma­nusia yang jelas. Termasuk di dalam program pendidikan dan pelatihan yang harus terus menerus dilakukan, sebagai bagian dari proses kaderisasi.

Seorang insan, sebagai pemimpin, mesti melakukan­nya, mulai dari lingkungan sosial terkecilnya bernama ke­luarga. Bila di dalam keluarga telah dilakukan proses peren­canaan sumberdaya insani, maka setiap keluarga dapat memberi kontribusi ketika masyarakat, negara (pemerin­tah), dan bangsa memerlukan­nya. Dalam konteks itu, dalam konteks kekinian, program wajib belajar, jangan berhenti hanya sekadar ‘mewajibkan’ anak bersekolah. Melain­kan, bagaimana menciptakan kondisi dan lingkungan bagi siapa saja gemar belajar secara tanpa henti.

============================================================
============================================================
============================================================