REKAYASA lalulintas sistem satu arah (SSA) di lingkar Istana Kepresidenan dan Kebun Raya Bogor (KRB) diyakini sebagai lagkah terbaik untuk menegakkan kedisiplinan masyarakat. Karena itu, ekses yang timbul selama uji coba tak membuat Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto surut. Pemkot Bogor malah memperpanjang uji coba SSA hingga dua pekan ke depan, tepatnya hingga 18 April 2016.
ABDUL KADIR BASALAMAH |Â YUSKA APITYA
[email protected]
Keputusan melanjutkan SSA ini diambil dalam rapat evaluasi Muspida Kota Bogor yang dipÂimpin Walikota Bima Arya di Ruang Rapat I Balaikota Bogor, Senin (4/4/2016). Rapat digelar pukul 13.00 hingga sore.
Pantauan BOGOR TODAY, sejumlah titik jalan yang sudah terkena SSA seperti di Jalan Jalak Harupat, Jalan Sempur, sebagian Jalan Pajajaran masih belum lancar. Kemacetan agak parah terlihat di Jalan Otto IskandarÂdinata (Otista) karena masih banyak mobil yang parkir di bibir jalan dan banyak angkot menaik turunkan penumpang semaunya. Akibatnya, meski sudah dilakukan peleÂbaran jalan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA), Otista tetap macet.
Beberapa jalur alternatif juga terlihat padat antrean kendaraan mobil dan motor. MemasuÂki Jalan Mawar sudah terlihat macet, begitupun di jalur kecil seperti Jalan Ciwaringin. Tak hanya itu, Jalan RE Martadinata juga terlihat padat seÂbagai pilihan jalan alternatif.
Mengenai hal ini, Pemkot Bogor terus mempelajari pola dari pergerakan kendaraan yang terkena dampak SSA. Perpanjangan waktu uji coba SSA pun dilakukan selama dua pekan ke depan sesuai keputusan rapat evaluasi yang dihadiri Kapolres AKBP Andi Herindra, seluruh Kapolsek, Dandenpom Mayor CPM Riza NasuÂtion, perwakilan Kodim, dan Organda.
Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, keÂsepakatan perpanjangan waktu dua minggu ke depan akan didapat pola-pola yang lebih lengÂkap dari pergerakan kendaraan. Hal ini diambil berdasarkan masukan dari berbagai elemen yang menilai SSA bisa efektif jika dilakukan berÂbagai penyempurnaan dan perbaikan.
“Pemkot Bogor bersama jajaran lainnya akan terus membenahi SSA ini, seperti penamÂbahan rambu lalu lintas di sejumlah titik, perÂbaikan fasilitas penyebrangan, penyesuaian pembatas jalan, penertiban parkir liar, penÂgeteman angkot, dan lain sebagainya,†katanya.
Ia juga mengaku mendapatkan laporan dari Organda bahwa relatif tidak ada penurunan pendapatan dari para sopir angkutan umum terkait uji coba SSA. Namun selanjutnya perlu ada pengaturan dan kesepakatan mengenai rute angkot dan rute bus Miniarta serta ditÂambahnya pengaturan untuk naik turunnya penumpang yang lebih nyaman dan aman. “Saya sudah menerima keluhan tersebut. PerÂpanjangan waktu SSA sudah dilakukan dan kita akan evaluasi dalam jangka waktu selama dua minggu ini,†ujarnya.
Bima juga menolak anggapan bahwa keÂmacetan yang terjadi di Kota Bogor dampak SSA. “Saya sudah menerima analisa dari kepoliÂsian. Hasilnya dari keseluruhan kemacaetan di Kota Bogor bukan hanya disebabkan SSA, tetapi karena pola arah kendaraan yang masih menÂcari format dengan adanya kebiasaan baru SSA. Selain itu faktor lain seperti adanya hambatan-hambatan di jalan alternatif,†katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Bima menÂgatakan bahwa para pimpinan daerah telah sepakat untuk berkoordinasi memperbaikinya. “Melalui muspida disepakati untuk berkoordiÂnasi kemacetan-kemacetan di sejumlah jalan alternatif,†ujarnya.
Di tempat yang sama, Kapolres Bogor Kota AKBP Andi Herindra mengapresiasi upaya dari Pemkot Bogor untuk mengatasi kemacetan dengan menerbitkan kebijakan SSA. Namun, tiÂdak bisa dipungkiri pertambahan jumlah kendÂaraan mencapai dua ribu perbulan, sementara sarana jalan dan infrastruktur sangat minim membuat adanya pro kontra dari kebijakan ini. “Sebagai penyeimbang, harus ada badan khuÂsus yang independen untuk merekomendasiÂkan perkembangan transportasi di Kota Bogor. Sehingga adanya evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki agar lebih aman, lancar dan terÂtib,†kata dia, kemarin sore.
Sementara, Kapolsek Bogor Tengah, KomÂpol Prasetyo PN mengatakan, SSA yang diujikan dalam empat hari ini, data yang diperoleh beÂlum menyeluruh. Hal ini karena aktivitas dari anak-anak sekolah belum semuanya terlihat akibat adanya Ujian Nasional SMA/MA/SMK. Sehingga siswa kelas X dan XI diliburkan dan jalanan tidak terlalu padat.
“Selama empat hari ini belum penuh denÂgan kegiatan anak sekolah, makanya harus diperpanjang biar data yang didapat akurat,†jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Binamarga dan Sumber Daya Air Sudraji mengatakan, perpanÂjangan uji coba SSA harus disertai dengan perÂbaikan jembatan Otista. “Besok kami akan coba ukur kemampuan jembatan Otista dan renÂcananya akan ada pelebaran 90 cm,†kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Lalu Lintas dan Akuntan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Achsin PraÂsetyo mengaku telah mengidentifikasi beberÂapa penyebab kemacetan yakni lalu lintas dari koridor utama penerapan SSA-KRB yang beralih ke jalur alternatif belum didukung ketersediÂaan kapasitas jalan yang optimal akibat masih terdapat potensi hambatan samping. Selain itu, pemilihan rute perjalanan rutin kendaraan warga Kota Bogor, masih dalam tahap penyeÂsuaian sehingga masih banyak perjalanan yang tidak efisien dan menyebabkan konsentrasi lalu lintas di beberapa lokasi. “Ada penyempitan di jembatan otista dan penyesuaian pada lokasi transfer point angkutan kota,†ujar Achsin.
Menurut Achsin, dari perhitungan data kinerja lalu lintas, dapat diidentifikasi bahwa dengan penerapan SSA-KRB lokasi kemacetan di seputar KRB berkurang, dari sebelumnya 8 delapan titik ruas jalan rawan kemacetan menÂjadi hanya empat titik. Sebut saja Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Jalak Harupat 2 (Denpom – Sempur), Jalan Jalak Harupat 1 (Sempur – Rumdin) dan Jalan Kapten Muslihat. “KemacÂetan lalu lintas pada empat titik tersebut akan terminimalisir dengan sendirinya seiring penÂingkatan pemahaman pengguna jalan terhadap SSA-KRB dan pemilihan rute alternatif. Namun, harus juga segera membuat jalur alternatif lalu lintas alihan dari jalan utama SSA-KRB,†jelas Achsin.
Achsin menambahkan, kinerja lalu lintas Jalan Otista dengan SSA-KRB berada pada LoS E dengan V/C ratio 0.93 dan kecepatan rata-rata hanya 9,91 km/jam yang mengindikasikan bahÂwa pada awal pemberlakukan SSA-KRB, daya dukung Jalan Otista tidak memadai akibat adÂanya penyempitan (bottle neck) di lokasi JemÂbatan. Pelebaran Jembatan +/- 90 cm sisi kanan secara teknis akan sangat signifikan mampu meningkatkan kelancaran lalu lintas akibat hiÂlangnya potensi hambatan di kanan jalan pada SSA dimaksud. “Diperpanjangnya SSA hingga dua minggu harus juga dilakukan pergeseran median Jalan Otto Iskandardinata (Simpang Pasar Bogor), Rambu Petunjuk Arah (RPPJ) PorÂtal di depan Pangrango Plaza dan Redesain TaÂman Tugu Kujang,†pungkas Achsin
Sekedar informasi, berbagai dampak akibat adanya SSA ini yakni banyaknya warga yang maÂsih merasa bingung mengenai trayek angkutan umum, selain itu pada hari Minggu lalu kebiÂjakan Car Free Day (CFD) juga ditiadakan. “Saya sudah mengetahui tentang SSA ini, namun saya belum mengetahui tentang trayek angkot di Kota Bogor. Hal ini mungkin dikarenakan sosialÂisasi mengenai trayek angkot masih belum genÂcar diberitahukan,†ujar Shari Cinintya Lestari (22) warga Cilibende, Kecamatan Bogor Utara, kemarin.
Mengenai keluhan dan protes dari warga Bogor, Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat, menyampaikan permohoÂnan maaf. “Apapun yang dilakukan Pemkot BoÂgor tentu untuk kebaikan masyarakat umum, yakni untuk mengurangi kemacetan. Jadi kami harap masyarakat juga turut mengevaluasi, tetapi bukan untuk hal-hal yang negatif seÂhingga SSA ini menjadi sebuah mimpi bareng bahwa kita ingin memperlancar lalu-lintas,†tandasnya. (*)