SEORANG sahabat bertanya: Seberapa cepat kejayaan Bogor dapat mewujud kembali? Saya sangat yakin, kejayaan Bogor bangkit kembali dalam waktu yang sangat cepat. Apa yang berlangsung kini, baik di kota maupun kabupaten Bogor, nampak dengan jelas sedang membawa Bogor ke pamornya seperti sedia kala.
Bang Sem Haesy
KEPEMIMPINAN dan inteleÂktualitas Walikota Bogor Bima Arya telah kembali meletakkan nilai-nilai Pakuan Pajajaran seÂbagai basis nilai pembangunan kota Bogor kini. Fokus Walikota terhadap pembangunan Bogor sebagai kota Taman, merupakan pertanda, Bogor akan kembali menjadi kota modern dan maju di abad ke 21 berbasis lingkungan sehat dan cerdas.
Setarikan nafas dengan menegaskan fungsi niaga atas sentra-sentra kota Bogor yang mengelilingi Kota Taman, dengan sendirinya Kota Bogor ke depan akan menjadi basis penting fundaÂmental kekuatan ekonomi warga. Di antara keduanya, denÂgan perhatian khas terhadap dunia pendidikan, Kota Bogor juga akan berkembang menÂjadi lingkungan yang cerdas.
Hal-hal itu daru sisi panÂdang dan aksi gorvenansi yang lain, juga nampak pada tindaÂkan Bupati Bogor, Nurhayanti yang berjuang menjadikan Kabupaten Bogor sebagai salah satu Saka Pajajaran di masa kini. Penataan ruang dan wilayah yang berlangsung di Kabupaten Bogor, memberi dampak positif bagi bergerÂaknya pertumbuhan kabupatÂen ini sebagai kabupaten yang sehat, cerdas, dan mampu seÂcara ekonomi.
Dalam konteks pembanguÂnan manusia, Bupati dan WaÂlikota Bogor tengah bergerak mencapai kualifikasi Ki Sunda di jaman baru. Yaitu: manusia Indonesia berbasis budaya dan nilai hidup Sunda, hidup di tatar Sunda, memiliki komitÂmen nyunda, berjuang dengan jiwa nasionalisme Indonesia. Bukan mereka yang kadung dilahirkan di tatar Pakuan, berayah ibu Sunda, berbahasa Sunda, tetapi alam pikirannya adalah Amerika Serikat atau Saudi Arabia.
Proses pembangunan yang keduanya lakukan, nampak jelas mengacu ke satu titik: pencapaian sosok insani di dalam dirinya, terpenuhi kriÂteria – sebagai insan kamil. Insan yang selalu cenderung berpikir positif dalam memanÂdang segenap fenomena dan paradigma kehidupan. Karena Sunda itu sendiri sebagai nilai, merupakan the expression of civilisation.
Hal itu mengandung makÂna, Ki Sunda Pakuan atau Urang Bogor kini, merupakan tipologi insaniah selaku ‘rahÂmat atas alam,’ yang mempunÂyai kemauan dan kemampuan merentang hati dan sukma unÂtuk saling memuliakan.
Manusia yang berani ngaÂlalakon silaturahmi dengan ikhlas: Nu jauh urang deukeÂutkeun, geus deukeut urang layeutkeun, geus layeut urang paheutkeun, geus paheut siliÂhwangikeun. Bukan manusia laksana bangkong dikongÂkorong kujang, makhluk yang tak layak menerima kehorÂmatan.
Mari renungkan: “BangÂkong dikongkorong Kujang, Kacai kundang cameti, Ka daÂrat kundang heurap, Kole di buah hangasa, Mawa Kujang teu ngarasa.. Mokaha. Nolog andon ngalalakon. Ngarasa heunteu rumasa.. Asa gandang mawa ringkang. Nyasaran kaÂlangkang beurang.†(Katak berkalung Kujang. Membawa cemeti ke tempat mandi. Ke darat membawa peralatan mandi. Seolah pisang berbuah hangasa. Tak merasa membaÂwa amanah. Merasakan tanpa merasa. Bersikap tambuh laku. Terlambat merespon jaman).