Untitled-12SEORANG sahabat bertanya: Seberapa cepat kejayaan Bogor dapat mewujud kembali? Saya sangat yakin, kejayaan Bogor bangkit kembali dalam waktu yang sangat cepat. Apa yang berlangsung kini, baik di kota maupun kabupaten Bogor, nampak dengan jelas sedang membawa Bogor ke pamornya seperti sedia kala.

Bang Sem Haesy

KEPEMIMPINAN dan intele­ktualitas Walikota Bogor Bima Arya telah kembali meletakkan nilai-nilai Pakuan Pajajaran se­bagai basis nilai pembangunan kota Bogor kini. Fokus Walikota terhadap pembangunan Bogor sebagai kota Taman, merupakan pertanda, Bogor akan kembali menjadi kota modern dan maju di abad ke 21 berbasis lingkungan sehat dan cerdas.

Setarikan nafas dengan menegaskan fungsi niaga atas sentra-sentra kota Bogor yang mengelilingi Kota Taman, dengan sendirinya Kota Bogor ke depan akan menjadi basis penting funda­mental kekuatan ekonomi warga. Di antara keduanya, den­gan perhatian khas terhadap dunia pendidikan, Kota Bogor juga akan berkembang men­jadi lingkungan yang cerdas.

Hal-hal itu daru sisi pan­dang dan aksi gorvenansi yang lain, juga nampak pada tinda­kan Bupati Bogor, Nurhayanti yang berjuang menjadikan Kabupaten Bogor sebagai salah satu Saka Pajajaran di masa kini. Penataan ruang dan wilayah yang berlangsung di Kabupaten Bogor, memberi dampak positif bagi berger­aknya pertumbuhan kabupat­en ini sebagai kabupaten yang sehat, cerdas, dan mampu se­cara ekonomi.

BACA JUGA :  Wajib Coba, Aktivitas Seru Camping Ground di Harris Sentul Bogor

Dalam konteks pembangu­nan manusia, Bupati dan Wa­likota Bogor tengah bergerak mencapai kualifikasi Ki Sunda di jaman baru. Yaitu: manusia Indonesia berbasis budaya dan nilai hidup Sunda, hidup di tatar Sunda, memiliki komit­men nyunda, berjuang dengan jiwa nasionalisme Indonesia. Bukan mereka yang kadung dilahirkan di tatar Pakuan, berayah ibu Sunda, berbahasa Sunda, tetapi alam pikirannya adalah Amerika Serikat atau Saudi Arabia.

Proses pembangunan yang keduanya lakukan, nampak jelas mengacu ke satu titik: pencapaian sosok insani di dalam dirinya, terpenuhi kri­teria – sebagai insan kamil. Insan yang selalu cenderung berpikir positif dalam meman­dang segenap fenomena dan paradigma kehidupan. Karena Sunda itu sendiri sebagai nilai, merupakan the expression of civilisation.

BACA JUGA :  Membahas Koalisi, Golkar Ajak Demokrat Bernostalgia di Pilkada 2024

Hal itu mengandung mak­na, Ki Sunda Pakuan atau Urang Bogor kini, merupakan tipologi insaniah selaku ‘rah­mat atas alam,’ yang mempun­yai kemauan dan kemampuan merentang hati dan sukma un­tuk saling memuliakan.

Manusia yang berani nga­lalakon silaturahmi dengan ikhlas: Nu jauh urang deuke­utkeun, geus deukeut urang layeutkeun, geus layeut urang paheutkeun, geus paheut sili­hwangikeun. Bukan manusia laksana bangkong dikong­korong kujang, makhluk yang tak layak menerima kehor­matan.

Mari renungkan: “Bang­kong dikongkorong Kujang, Kacai kundang cameti, Ka da­rat kundang heurap, Kole di buah hangasa, Mawa Kujang teu ngarasa.. Mokaha. Nolog andon ngalalakon. Ngarasa heunteu rumasa.. Asa gandang mawa ringkang. Nyasaran ka­langkang beurang.” (Katak berkalung Kujang. Membawa cemeti ke tempat mandi. Ke darat membawa peralatan mandi. Seolah pisang berbuah hangasa. Tak merasa memba­wa amanah. Merasakan tanpa merasa. Bersikap tambuh laku. Terlambat merespon jaman).

============================================================
============================================================
============================================================