SURABAYA, TODAYÂ – Persebaya Surabaya membantah kabar yang menyebutkan bahwa mereka akan mendapat Rp 7 miliar dari BhayÂangkara Surabaya United (BSU). Kabarnya, uang itu akan dicairkan jika Persebaya mau menggandeng tangan Bhayangkara SU. Persebaya tegas menolak merger dengan BhayÂangkara SU.
Juru bicara Persebaya, Ram Surahman menjelaskan mengapa sampai muncul wacana Rp 7 miliar itu. Menurut Ram, Persebaya seÂbenarnya sempat digandeng oleh Polri lewat Polda Jawa Timur ( Jatim). Kata Ram, Polda sudah sepakat unÂtuk mengelola Persebaya selama tiga hingga lima tahun.
“Kita sama Polda sudah bikin draft MoU. Ketika mereka ingin menÂgelola, mereka, yakni Polda, harus menanggung tunggakan Rp 7 miliar itu. Ini adalah fakta sebenarnya,” jelas Ram.
“Kalau jadi dikelola Polri, kami minta tak boleh ada orang Suted disÂana. Harus orang Polri. Kami sudah sepakat untuk menolak merger denÂgan Suted,” tegasnya.
Lalu seperti yang diketahui berÂsama, Persebaya batal bersatu denÂgan Polri. Sebaliknya, Polri akhirnya menggandeng Surabaya United dan membentuk klub Bhayangkara SuraÂbaya United. “PS Polri mengatakan yang terdaftar di ISC adalah SurabaÂya United,” tutup Ram.
Penolakan juga datang dari Bonek 27 yang selama ini loyal menÂdukung Persebaya Surabaya, juga menolak wacana merger dengan Bhayangkara Surabaya United. MerÂeka juga tak mempermasalahkan bila Bajul Ijo harus memulai kompetisi dari bawah, yakni Liga Nusantara.
Menurut salah seorang dedengÂkot Bonek, Hasan Tiro, dirinya lebih sepakat bila Persebaya dikelola oleh Polri. Asalkan kesepakatan itu bukan merger, tapi berupa pengelolaan.
“Ini juga demi eksistensi PerseÂbaya. Mau mulai dari Liga NusanÂtara pun monggo. Asalkan bisa ikut kompetisi, dan tidak merger dengan BSU,” tegas Hasan.
Sebelumnya, Persebaya Surabaya sudah mencapai kesepakatan denÂgan Polri, dalam hal ini Polda Jawa Timur ( Jatim) tentang pengelolaan tim ini dengan durasi tiga hingga empat tahun. “Perlu diluruskan, Persebaya tidak ada merger dengan PS Polri. Hanya sistem pengelolaan,” imbuh Hasan.
Tapi Polri melalui Korlantas ternyata memilih jalur lain, yakni dengan menggandeng Surabaya United. Akhirnya, lahir lah sebuah klub dengan nama Bhayangkara Surabaya United
Sementara itu, Bos BhayangÂkara Surabaya United, Gede Widiade menjelaskan terkait pertemuan dengan manajemen Persebaya Surabaya, Rabu (20/4) kemarin sore, yang berakhir deadlock. Menurut Gede, sangat musÂtahil untuk menyatukan kedua klub ini.
“Mereka minta utangnya dibayar. Mereka minta ikut kompetisi pakai nama mereka. Itu tidak mungkin karena yang punya lisensi kan SuraÂbaya United,” ucap Gede dalam penjelasannya kepada Bola.net, KaÂmis (21/4) pagi.
Gede menjelaskan bahwa secara yuridis formal, PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) adalah badan hukum yang tercatat di PSSI sebagai pengelola Bhayangkara SU. Mereka juga tercatat sebagai pemegang hak kompetisi.
Hanya saja, PT MMIB tak berÂhak atas nama dan logo Persebaya. Hak atas nama dan logo Persebaya dipegang oleh PT Persebaya IndoÂnesia (PI). “Dalam hal pengelolaan PT MMIB sudah menang di sidang perdata. Sekarang tinggal menunggu hasil sidang niaga mengenai logo dan nama,” tambah Gede.
Santai tak Ikut ISC
Meski namanya tak sebagai peserta Indonesia Soccer ChampiÂonship (ISC), Persebaya Surabaya tak lantas panik atau marah. Mereka tetap santai karena menganggap ISC bukan kompetisi resmi di Indonesia.
“Bagi kita, ISC bukan kompeÂtisi resmi. Joko Driyono sendiri yang mengatakan kompetisi ini indepenÂden,” kata juru bicara Persebaya, Ram Surahman kepada Bola.net, KaÂmis (21/4) pagi.
Menurut Ram, hal itu disampaikan Jokdri ketika mewakili PT Gelora TriÂsula Semesta (GTS) dalam pertemuan di Gedung Tri Brata Mapolda Jawa Timur ( Jatim), Rabu (20/4) kemarin. “ISC seperti kata Joko Driyono, bukan kompetisi resmi. Ikut ISC atau tidak, kami ambil pusing,” imbuh Ram.
Sikap manajemen Persebaya diduÂkung oleh Bonek. “Aneh dengan turnaÂmen ISC ini. Banyak tim baru bermunÂculan tanpa harus melalui proses dari bawah dan langsung bisa naik menjadi klub profesional seperti PS TNI dan PS Polri. Harusnya ini yang menjadi evaluasi,” ucap Hasan Tiro, salah satu koordinator Bonek.
(Imam/net)