SHAH ALAM, TODAY – Dua turÂnamen, India dan Malaysia, sudah dilewati oleh para pebÂulutangkis nasional. Pekan ini, Linda Wenifanetri dkk. bertaruh asa di Singapura Teruka Super Series.
Indonesia meraih gelar dari turnamen beruntun dua pekan terakhir. Di India, Kevin SanjaÂya Sukamuljo/Marcus Fernaldy Gideon menjadi penyelamat muka pasukan Merah Putih usai memenangkan duel All InÂdonesian Final dengan Angga Pratama/Ricky Karanda SuwarÂdi. Torehan bagus itu menjadi gelar pertama Kevin/Marcus di ajang super series.
Saat berlanjut di Malaysia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang gantian menjadi juaranya. Hasil itu sekaligus menyudahi paceklik gelar di turnamen suÂper series sejak Prancis TerbuÂka 2014 atau setelah Kejuaraan Asia 2015.
Kini langkah para pebuluÂtangkis nasional berlanjut ke SIngapura yang akan dihelat di Singapore Indoor Stadium muÂlai 12-17 April. Indonesia menuÂrunkan kekuatan penuh di ajang berhadiah total USD 350 ribu tersebut.
Ajang itu masih cukup pentÂing bagi para pemain pelatnas yang mengejar tiket dan seeded ke Olimpiade. Singapura TerÂbuka menjadi turnamen teraÂkhir level super series bagi para pemburu poin Olimpiade. 2016 Rio de Janiero.
Tak heran kalau keyakinan Tontowi/Liliyana begitu termoÂtivasi. Sebab, ini adalah gelar pertama super series mereka sejak jadi kampiun di Prancis Terbuka 2014.
“Pastinya ini menjadi satu motivasi luar biasa buat saya dan Tontowi. Kami bisa keluar dari tekanan, bisa bangkit dan bisa juara di sini, itu satu nilai positif. Apalagi sampai sekaÂrang kami juga masih mengÂumpulkan poin ke Olimpiade. Bagaimana caranya agar kami bisa seeding di sana. Dan muÂdah-mudahan kami bisa menjaÂga performa terus, seperti sekaÂrang ini, sampai di Olimpiade nanti,†jelas Liliyana seperti dikutip Badmintonindonesia, Minggu (10/4/2016).
“Ini sudah cukup lama dan cukup sulit bagi kami untuk keÂluar dari tekanan itu. Akhirnya kami bisa juara lagi,†kata TonÂtowi menambahkan.
Sejak meraih gelar pada 2014 lalu, penampilan Tontowi/LiliyaÂna di ajang super series memang tak kunjung membuahkan hasil. Pada All England 2016 lalu, aksi pasangan ganda campuran naÂsional itu pun belum maksimal setelah dihentikan pasangan Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock di perempat final. SeÂmentara di India Terbuka, mereÂka batal berangkat karena kondiÂsi Tontowi yang belum sembuh dari sakit.
Dengan kondisi seperti itu, pelatih Richard Mainaky, seÂjak awal tidak membuat target khusus. Richard hanya berÂharap, Tontowi/Liliyana bisa kembali tampil maksimal dan menemukan hawa positif perÂtandingan.
“Memang untuk turnamen sebelum Olimpiade ini, mereka saya tidak bebani target. Tapi kita liat peluang di sini itu, tenÂtang angin dan bola kencang, lebih menguntungkan Owi/BuÂtet. Awalnya saya pikir kondisi Owi masih 70-80 persen, belum maksimal. Cuma ternyata merÂeka di sini bisa bagus dan tampil menjanjikan sejak awal,†terang Richard.
Dari babak pertama saya liÂhat Owi tampil lebih bergairah. Butet pun juga kepingin sekali juara. Mereka mau menunjukÂkan kalau mereka masih bisa juara dan terus termotivasi. ApaÂlagi sejak kemenangan Praveen/ Debby kemarin, membuat merÂeka ada tenaga baru.
“Mereka semakin berseÂmangat, karena ada tenaga tambahan sebagai andalan di ganda campuran. Selama ini mereka bekerja sendiri sebagai andalan, sekarang kerja merÂeka lebih ringan,†tandasnya.
(Imam/net)