20150308_091210_Final_Tontowi_Liliyana4SHAH ALAM, TODAY – Dua tur­namen, India dan Malaysia, sudah dilewati oleh para peb­ulutangkis nasional. Pekan ini, Linda Wenifanetri dkk. bertaruh asa di Singapura Teruka Super Series.

Indonesia meraih gelar dari turnamen beruntun dua pekan terakhir. Di India, Kevin Sanja­ya Sukamuljo/Marcus Fernaldy Gideon menjadi penyelamat muka pasukan Merah Putih usai memenangkan duel All In­donesian Final dengan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwar­di. Torehan bagus itu menjadi gelar pertama Kevin/Marcus di ajang super series.

Saat berlanjut di Malaysia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang gantian menjadi juaranya. Hasil itu sekaligus menyudahi paceklik gelar di turnamen su­per series sejak Prancis Terbu­ka 2014 atau setelah Kejuaraan Asia 2015.

Kini langkah para pebulu­tangkis nasional berlanjut ke SIngapura yang akan dihelat di Singapore Indoor Stadium mu­lai 12-17 April. Indonesia menu­runkan kekuatan penuh di ajang berhadiah total USD 350 ribu tersebut.

Ajang itu masih cukup pent­ing bagi para pemain pelatnas yang mengejar tiket dan seeded ke Olimpiade. Singapura Ter­buka menjadi turnamen tera­khir level super series bagi para pemburu poin Olimpiade. 2016 Rio de Janiero.

Tak heran kalau keyakinan Tontowi/Liliyana begitu termo­tivasi. Sebab, ini adalah gelar pertama super series mereka sejak jadi kampiun di Prancis Terbuka 2014.

“Pastinya ini menjadi satu motivasi luar biasa buat saya dan Tontowi. Kami bisa keluar dari tekanan, bisa bangkit dan bisa juara di sini, itu satu nilai positif. Apalagi sampai seka­rang kami juga masih meng­umpulkan poin ke Olimpiade. Bagaimana caranya agar kami bisa seeding di sana. Dan mu­dah-mudahan kami bisa menja­ga performa terus, seperti seka­rang ini, sampai di Olimpiade nanti,” jelas Liliyana seperti dikutip Badmintonindonesia, Minggu (10/4/2016).

“Ini sudah cukup lama dan cukup sulit bagi kami untuk ke­luar dari tekanan itu. Akhirnya kami bisa juara lagi,” kata Ton­towi menambahkan.

Sejak meraih gelar pada 2014 lalu, penampilan Tontowi/Liliya­na di ajang super series memang tak kunjung membuahkan hasil. Pada All England 2016 lalu, aksi pasangan ganda campuran na­sional itu pun belum maksimal setelah dihentikan pasangan Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock di perempat final. Se­mentara di India Terbuka, mere­ka batal berangkat karena kondi­si Tontowi yang belum sembuh dari sakit.

Dengan kondisi seperti itu, pelatih Richard Mainaky, se­jak awal tidak membuat target khusus. Richard hanya ber­harap, Tontowi/Liliyana bisa kembali tampil maksimal dan menemukan hawa positif per­tandingan.

“Memang untuk turnamen sebelum Olimpiade ini, mereka saya tidak bebani target. Tapi kita liat peluang di sini itu, ten­tang angin dan bola kencang, lebih menguntungkan Owi/Bu­tet. Awalnya saya pikir kondisi Owi masih 70-80 persen, belum maksimal. Cuma ternyata mer­eka di sini bisa bagus dan tampil menjanjikan sejak awal,” terang Richard.

Dari babak pertama saya li­hat Owi tampil lebih bergairah. Butet pun juga kepingin sekali juara. Mereka mau menunjuk­kan kalau mereka masih bisa juara dan terus termotivasi. Apa­lagi sejak kemenangan Praveen/ Debby kemarin, membuat mer­eka ada tenaga baru.

“Mereka semakin berse­mangat, karena ada tenaga tambahan sebagai andalan di ganda campuran. Selama ini mereka bekerja sendiri sebagai andalan, sekarang kerja mer­eka lebih ringan,” tandasnya.

(Imam/net)

============================================================
============================================================
============================================================