alfian mujani 240SEORANG kakek asyik membersihkan kurungan ayam. Di dalamnya ada ayam pelung yang sangat indah. Ayam itu tak henti-hentinya berkokok, sambil sesekali mematuki tangan si kakek yang menggenggam gabah. Kakek pun terkekeh-kekeh tertawa sendirian. Setiap orang memang punya cara sendiri untuk menghibur dirinya. Yang paling menyedihkan orang yang kehilangan cara menghibur diri karena telah dipenuhi ambisi dan kompetisi.

Sejurus kemudian, cucunya yang masih belajar di kelas dua SD tiba-tiba menghampir­inya. Anak kecil itu membawa makanan kele­pon dibungkus daun buatan nenek. Makanan kesukaan kakek. Cucunya pulang agak pagi karena para guru ada rapat. Murid-murid ba­hagia. Kita tak paham mengapa liburan men­jadi lebih menarik ketimbang masuk sekolah. Mungkin karena sekolah telah gagal meng­hadirkan magnet yang berguna bagi murid.

Lalu si cucu bertanya, tentang beda kakek ketika muda dulu dan kakek yang sekarang sudah tua itu. Sambil mengangkat tongkatnya, kakek itu menjawab, “Dulu, ke­tika masih muda, kakek bersepakat dengan kesehatan untuk mengejar uang. Sekarang, sudah tua begini, kakek dan uang bersepakat mengejar kesehatan.” Cucunya tak paham. Di SD dia belum belajar ilmu kehidupan. Tapi saya yakin, para pembaca paham apa yang dimaksud kakek.

============================================================
============================================================
============================================================