JAKARTA, Today – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meniÂlai kondisi perbankan Indonesia secara umum masih dalam keÂadaan sehat. Hal ini dilihat dari rasio permodalan yang tinggi dan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang terÂgolong rendah.
Kepala Eksekutif LPS, Fauzi Ichsan menjelaskan, rasio kecuÂkupan modal atau Capital AdÂequacy Ratio (CAR) perbankan saat ini masih berada di kisaran 21 persen. Angka tersebut adalah salah satu yang tertinggi di dunia dan tertinggi dalam sejarah IndoÂnesia.
“Kalau kita bicara NPL di 2,8 persen (gross) masih relatif renÂdah, apalagi dibandingkan denÂgan bantalan permodalan perÂbankan Indonesia,†kata Fauzi di kantornya di Jakarta, Jumat (20/5/2016).
Selain itu, Fauzi mengungkapÂkan, marjin selisih suku bunga deposito dan suku bunga kredit masih di kisaran 5 persen, salah satu yang terbaik di dunia. Return on equity (RoE) perbankan pun masih di atas 20 persen.
“Kembali lagi, kalau kita meÂlihat indikator perbankan secara umum, perbankan Indonesia maÂsih relatif sehat,†jelas Fauzi.
Dari sisi kinerja perekonomiÂan Indonesia, Fauzi pun menilai pertumbuhan ekonomi IndoneÂsia saat ini masih kondusif untuk Bisnis Perbankan.
Hal ini dapat terlihat dari perÂtumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas rata-rata perÂtumbuhan ekonomi global.
“Pertumbuhan ekonomi InÂdonesia di kisaran 5 persen tahun ini dan bisa naik ke 5,2 hingga 5,3 persen dibandingkan pertumbuÂhan ekonomi dunia yang di kisaÂran 3 sampai 3,5 persen. Itu maÂsih aman bagi perbankan,†ujar Fauzi.
Sementaa itu. LPS menjalin kerja sama dengan enam kantor akuntan publik (KAP). Kerja sama ini bertujuan untuk mendukung fungsi, tugas dan wewenang LPS terutama dalam penjaminan dan resolusi bank.
kerja sama tersebut juga berÂtujuan menangani krisis secara cepat. Karena menurutnya, kriÂsis keuangan bisa datang secara tiba-tiba dan berpotensi berdamÂpak pada industry perbankan. “Sehingga pada saat itu kita membutuhkan tenaga profesÂsional yang bisa membantu kita. MOU dengan KAP ini memulusÂkan rencana tersebut,†imbuh Fauzi.
Dengan langkah kerja sama ini, lanjutnya, LPS sudah siap seÂdia menghadapi krisis global sepÂerti resesi ekonomi dunia, perÂtumbuhan ekonomi yang turun tajam, harga komoditas yang tuÂrun, kenaikan suku bunga acuan Amerika dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ekonomi dunia.
“Memang kita tidak berharap akan adanya krisis, namun kita harus siap sedia. Misalnya ada satu atau dua bank umum yang gagal pada saat yang bersamaan dan keadaan ini bisa di picu oleh faktor global,†jelasnya.
Adapun enam KAP yang diÂgandeng LPS yakni, KAP RSM AAJ , KAP Deloitte Indonesia, KAP PricewaterhouseCoopers (PwC), BDO Indonesia, KPMG Indonesia dan PT Ernst & Young Indonesia (Ey) Indonesia.
(Winda/net)
Bagi Halaman