JAKARTA, TODAY— Langkah Bank IndoÂnesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional taÂhun ini, dari 5,2%-5,6% menjadi 5%-5,4%, diniÂlai pemerintah masih masuk akal.
Penurunan proyeksi pertumbuhan ini terÂjadi, lantaran kondisi ekonomi Indonesia yang melemah di kuarÂtal I-2016, dan belum membaiknya sisi konsumsi dalam negeri,
serta perlambatan ekonomi global.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal KeÂmenterian Keuangan, Suahasil Nazara, mengatakan penurunan proyeksi perÂtumbuhan ekonomi oleh BI masih masuk akal. Masih sejalan dengan target perÂtumbuhan ekonomi pemerintah 5,3% di tahun ini. “Masih di dalam kisaran, (tarÂget) kita kan 5,3%,†jelas Suahasil.
Sualhazil mengatakan, stimulus perlu diberikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut. “Stimulus yang paling penting belanja pemerintah dijalankan dengan secepat mungkin,†jelasnya.
Besaran pencairan belanja modal pada kuartal I-2016 mengalami peningÂkatan Rp 10 triliun, jika dibandingkan periode yang sama di 2015. Potensi pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih dapat tumbuh sesuai target hingÂga akhir 2016.
“Belanja modal di kuartal I-2016 Rp 18 triliun, bandingkan dengan kuartal I-2015 Rp 8 triliun, naik Rp 10 triliun. Jadi itu optimisme pemerintah ini spend money belanja,†tutur Suahasil.
Pihaknya juga mengimbau agar pemerintah daerah (Pemda) rutin membelanjakan anggarannya, agar mampu memberikan multiplier effect. Di awal tahun, dana Pemda menumpuk di perbankan dan tidak digunakan, seÂhingga ekonomi tertahan.
“Daerah kita ingin minta supaya juga belanja. Makanya pemerintah mendeÂsain transfer kalau daerah numpuk-numpuk cash lebih besar dari yang merÂeka butuhkan 3 bulan ke depan, transfer hak mereka tapi transfernya dalam benÂtuk obligasi,†pungkas Suahasil.
Seperti yang sudah diperkirakan, Rapat Dewan Gubernur yang beraÂkhir kemarin, Kamis (19/5/2016) tidak mengubah tingkat suku bunga acuan. Tingkat suku bunga acuan tetap pada posisi 6,75%. Pada Januari hingga MaÂret, BI memangkas suku bunganya.
Menjelang pergantian patokan suku bunga acuan menjadi reverse repo 7 hari, BI diperkirakan akan menjaga kestabilan suku bunga hingga Agustus nanti.
Perlu Penurunan Inflasi
BI mendorong tingkat suku bunga rendah. Bank komersial pun dikondisiÂkan agar menurunkan suku bunga kredit dan suku bunga tabungannya. Suku bunga rendah bukannya muncul tanpa ada prasyarat. Suku bunga rendah dapat berkesinambungan jika ada inflaÂsi rendah yang juga berkesinambungan.
“Penurunan suku bunga juga perlu dijamin dengan penurunan inflasi,†kata Chief Economist and Director for Investment Relations Bahana TCW InÂvestment Management, Budi Hikmat, Jumat (20/5/2016).
Penurunan inflasi, dapat dilakukan dengan cara memproduksi barang serÂta mendistribusikannya dengan lancar. Produksi yang mencukupi di dalam negeri, bukan karena impor.
“Misalnya saja, jika ada beras maÂhal di Jawa, dapat ditekan dengan menÂgirim dari Makassar dengan jalur distriÂbusi yang lancar sehingga tidak terjadi kelangkaan beras yang membuat inflasi meningkat,†lanjut Budi.
Inflasi di Indonesia terjadi karena produksi yang kurang sementara perÂmintaan tinggi. Produksi rendah juga membuat harus ada impor, sehingga terjadi defisit neraca berjalan.
(Alfian M|net)
Bagi Halaman