Pernyataan Yellen itu menimbulkan reaksi di kalangan investor. «Tapi itu tidak berpenÂÂgaruh terlalu dalam pada konteks proyeksi. Kita sudah hitung di awal tahun. Kalau ngaruh ya ngaruh, tapi kalaupun terjadi reaksi masih managable,» ungkapnya, kemarin.
Menurut Pribadi, perÂÂnyataan Yellen dan jajaran pejabat The Fed lainnya pada tahun ini memang sedikit membingungkan. Awal tahun, kenaikan suku bunga dimungkinkan baru terealisasi pada semester II, karena data ekoÂÂnomi AS tidak sesuai proyeksi.
Kemudian, sambung Pribadi, pada April arah The Fed berubah, dibarengi Investor ikut memberikan reaksi dengan meÂÂnarik dana dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Tidak lama kemudian rupiah cenderung meÂÂlemah dalam tiga pekan terakhir, mengikuti kondisi mata uang negÂÂara lain.
«Awalnya The Fed ngomong kenaikan akan gradual. Mereka masih mencermati espektasi inÂÂvestor, impact-nya seperti apa. Kalau oke-oke saja bisa Juni, kalau nggak, mungkin Juli atau SeptemÂÂber,» urainya.
(Yuska Apitya/dtk)