Oleh : Yuska Apitya
[email protected]
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) mulai pusing menilik harga sembako yang tak kunjung stabil memasuki hari kedua ramadan. Mantan Walikota Solo itu memperingatkan tiga Kementerian dalam penanganan harga pangan menjelang lebaran. Adalah Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian BUMN.
“Inflasi jelang lebaran. Hati-hati. Ini jadi tanggung jawab Kemendag (Kementerian Perdagangan), tapi keÂmenterian lain juga berperan seperti Kementan (Kementerian Pertanian) dan Kementerian BUMN,†tegas Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/6/2016).
Jokowi mengatakan, kenaikan harga bahan pangan menjelang lebaÂran seakan menjadi kebiasaan setiap tahun. “Ini jadi kebiasaan tiap taÂhun kita bahwa harga-harga selalu naik jelang Idul fitri. Memang deÂmand naik, tapisupply-nya dikendaÂlikan tidak akan terjadi seperti ini,†imbuhnya.
Padahal, kata Jokowi negara lain tidak mengalami persoalan seperti Indonesia. Meskipun sebenarnya juga ada kegiatan lebaran. “Saya hanya bayangkan seperti negara lain, akhir tahun waktu Natal justru ada diskon besar-besaran. Saya bayangin harusnya ada itu. Tempat lain bisa kenapa kita nggak. Ini malah cepat-cepatan naik,†terang Jokowi.
Menurutnya harus ada perubahÂan ke depannya. Ini dimulai dari konÂsep, hingga pelaksanaan dan evaluÂasi dari kebijakan yang dijalankan. “Karena nanti dampak dari kenaikan harga yang terkena adalah rakyat keÂcil, petani, buruh tani. Karena 80% petani kita konsumen beras, meskiÂpun petani,†sebutnya.
Saat Bulan Ramadan, harga dagÂing masih belum bergerak turun dari kisaran Rp 120.000/kg – Rp 125.000/kg di wilayah DKI Jakarta. Walaupun pemerintah sudah menÂgambil kebijakan untuk membuka keran impor sebanyak 27.000 ton, harga daging belum turun seperti target pemerintah di bawah Rp 80.000/kg.
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menyatakan bahwa kebijakan terseÂbut memang tidak akan langsung berdampak terhadap harga. Menurut Jokowi, butuh waktu untuk menuÂrunkan harga.
Meski demikian, mantan GuÂbernur DKI Jakarta ini berjanji akan mengecek harga pangan termasuk di antaranya daging sapi dalam beberaÂpa hari ke depan.
“Harus dilihat dulu, ngÂgak mungkin sehari dua hari turun. Nanti saya ke pasar,†ujarnya di GeÂdung Dhanapala, Kantor KementeriÂan Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (7/6/2016). “Ini kan demand supply, daging belum sampai,†tegas Jokowi.
Bila dengan kuota impor sekarang tidak terpenuhi, maka pemerintah akan mempersiapkan kebijakan selanjutnya. “Ya memperÂbanyak supply. Kan supply dan deÂmand. Kalau supply, tidak naik deÂmand ya tidak cukup. Nanti dilihat,†terangnya.
Saat Bulan Ramadan dan mendekati Lebaran, melambungÂnya harga kebutuhan pangan lumÂrah terjadi. Harga yang kerap naik di antaranya bawang merah, cabai, minyak goreng, telur, hingga daging sapi.
Selain panjangnya rantai pasok dan lonjakan permintaan, aksi amÂbil untung terlalu tinggi di tingkat pedagang juga jadi salah satu peÂnyumbang fluktuasi harga tersebut.
Ketua Komisi Pengawas PersainÂgan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf mengungkapkan, secara regulasi, pihaknya akan menjatuhkan sanksi untuk pedagang produk pangan beÂsar yang meraup untung tinggi saat Ramadan dan Lebaran. “Nah kalau ada pelanggaran akan ada tindakan tegas. Kalau perlu matikan (usaha), tapi itu untuk pelaku usaha (besar),†jelas Syarkawi ditemui di gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/6/2016).
Sementara untuk pedagang keÂcil yang ikut memainkan harga, pihaknya tidak mengedepankan penegakan hukum, melainkan pada pembinaan saja. Sesuai UU KPPU, pelaku usaha kecil tak bisa dikenakan sanksi. “Pembinaan saja karena yang kecil dikecualikan dari proses penÂegakan hukum dalam UU Persaingan Usaha. Justru kita beri perlindungan hukum. Pendekatan kita lewat advoÂkasi kebijakan,†kata Syarkawi.
Meski ikut menaikkan harga, pedang skala kecil sebetulnya tak mendapat untung yang besar. “FakÂtanya di Jambi, harga daging ayam di pasar naik jadi Rp 32.000/ekor, biasanya Rp 28.000/ekor. Pedagang kecil ditanya kenapa naikkan harga? Apa permintaan meningkat?,†tanya Syarkawi pada pedagang pasar saat itu. “Tapi dijawab tidak ada kenaikan permintaan dari konsumen, menuÂrut mereka, itu naik karena harga di level pemasok distributor juga suÂdah menaikkan harga. Mereka ambil marjin nggak banyak di end user,†tandasnya.(*)
Bagi Halaman