Untitled-24Oleh : Yuska Apitya
[email protected]

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) mulai pusing menilik harga sembako yang tak kunjung stabil memasuki hari kedua ramadan. Mantan Walikota Solo itu memperingatkan tiga Kementerian dalam penanganan harga pangan menjelang lebaran. Adalah Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian BUMN.

“Inflasi jelang lebaran. Hati-hati. Ini jadi tanggung jawab Kemendag (Kementerian Perdagangan), tapi ke­menterian lain juga berperan seperti Kementan (Kementerian Pertanian) dan Kementerian BUMN,” tegas Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/6/2016).

Jokowi mengatakan, kenaikan harga bahan pangan menjelang leba­ran seakan menjadi kebiasaan setiap tahun. “Ini jadi kebiasaan tiap ta­hun kita bahwa harga-harga selalu naik jelang Idul fitri. Memang de­mand naik, tapisupply-nya dikenda­likan tidak akan terjadi seperti ini,” imbuhnya.

Padahal, kata Jokowi negara lain tidak mengalami persoalan seperti Indonesia. Meskipun sebenarnya juga ada kegiatan lebaran. “Saya hanya bayangkan seperti negara lain, akhir tahun waktu Natal justru ada diskon besar-besaran. Saya bayangin harusnya ada itu. Tempat lain bisa kenapa kita nggak. Ini malah cepat-cepatan naik,” terang Jokowi.

Menurutnya harus ada perubah­an ke depannya. Ini dimulai dari kon­sep, hingga pelaksanaan dan evalu­asi dari kebijakan yang dijalankan. “Karena nanti dampak dari kenaikan harga yang terkena adalah rakyat ke­cil, petani, buruh tani. Karena 80% petani kita konsumen beras, meski­pun petani,” sebutnya.

BACA JUGA :  Menu Bekal Simple dengan Ayam Tumis Saus Madu yang Lezat dengan Bumbu Meresap

Saat Bulan Ramadan, harga dag­ing masih belum bergerak turun dari kisaran Rp 120.000/kg – Rp 125.000/kg di wilayah DKI Jakarta. Walaupun pemerintah sudah men­gambil kebijakan untuk membuka keran impor sebanyak 27.000 ton, harga daging belum turun seperti target pemerintah di bawah Rp 80.000/kg.

Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menyatakan bahwa kebijakan terse­but memang tidak akan langsung berdampak terhadap harga. Menurut Jokowi, butuh waktu untuk menu­runkan harga.

Meski demikian, mantan Gu­bernur DKI Jakarta ini berjanji akan mengecek harga pangan termasuk di antaranya daging sapi dalam bebera­pa hari ke depan.

“Harus dilihat dulu, ng­gak mungkin sehari dua hari turun. Nanti saya ke pasar,” ujarnya di Ge­dung Dhanapala, Kantor Kementeri­an Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (7/6/2016). “Ini kan demand supply, daging belum sampai,” tegas Jokowi.

Bila dengan kuota impor sekarang tidak terpenuhi, maka pemerintah akan mempersiapkan kebijakan selanjutnya. “Ya memper­banyak supply. Kan supply dan de­mand. Kalau supply, tidak naik de­mand ya tidak cukup. Nanti dilihat,” terangnya.

Saat Bulan Ramadan dan mendekati Lebaran, melambung­nya harga kebutuhan pangan lum­rah terjadi. Harga yang kerap naik di antaranya bawang merah, cabai, minyak goreng, telur, hingga daging sapi.

Selain panjangnya rantai pasok dan lonjakan permintaan, aksi am­bil untung terlalu tinggi di tingkat pedagang juga jadi salah satu pe­nyumbang fluktuasi harga tersebut.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Ayam Goreng Madu yang Praktis dan Lezat

Ketua Komisi Pengawas Persain­gan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf mengungkapkan, secara regulasi, pihaknya akan menjatuhkan sanksi untuk pedagang produk pangan be­sar yang meraup untung tinggi saat Ramadan dan Lebaran. “Nah kalau ada pelanggaran akan ada tindakan tegas. Kalau perlu matikan (usaha), tapi itu untuk pelaku usaha (besar),” jelas Syarkawi ditemui di gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/6/2016).

Sementara untuk pedagang ke­cil yang ikut memainkan harga, pihaknya tidak mengedepankan penegakan hukum, melainkan pada pembinaan saja. Sesuai UU KPPU, pelaku usaha kecil tak bisa dikenakan sanksi. “Pembinaan saja karena yang kecil dikecualikan dari proses pen­egakan hukum dalam UU Persaingan Usaha. Justru kita beri perlindungan hukum. Pendekatan kita lewat advo­kasi kebijakan,” kata Syarkawi.

Meski ikut menaikkan harga, pedang skala kecil sebetulnya tak mendapat untung yang besar. “Fak­tanya di Jambi, harga daging ayam di pasar naik jadi Rp 32.000/ekor, biasanya Rp 28.000/ekor. Pedagang kecil ditanya kenapa naikkan harga? Apa permintaan meningkat?,” tanya Syarkawi pada pedagang pasar saat itu. “Tapi dijawab tidak ada kenaikan permintaan dari konsumen, menu­rut mereka, itu naik karena harga di level pemasok distributor juga su­dah menaikkan harga. Mereka ambil marjin nggak banyak di end user,” tandasnya.(*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================