SAAT Pemerintah menekan harga dan impor besar-besaran daging sapi, ternyata beberadr daging oplosan di tingkat bawah. Akhir pekan ini terbongkar sindikat pengoplos daging babi dan sapi di Jambi. Daging oplosan ini diedarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).
ABDUL KADIR BASALAMAH|YUSKA APITYA
[email protected]
Wali Kota Jambi Sy Fasha bersama kepolisian menggerebek sebuah gudang penampungan daging babi. Gudang tersebut berlokasi di salah satu lorong di Jl Ir H Juanda Kelurahan Simpang III Sipin, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. “Gudang tersebut ilegal, tidak punya izin,†ujar Sy Fasha di Jambi, Minggu (12/6/2016).
Penggerebekan dilakukan Sabtu malam lalu. Menurut Sy Fasha, di guÂdang tersebut ditemukan daging babi sebanyak 4 ton. “Dagingnya sudah siap didistribusikan, sudah dimasukkan ke dalam plastik-plastik dan karung,†tambah Fasha.
Sy Fasha menyatakan gudang ileÂgal penampungan daging babi terseÂbut membuat warga sekitar resah. “Awalnya ada warga yang mengadu ke saya mengenai keberadaan gudang tersebut. Kemudian saya berkoordinaÂsi dengan pihak kepolisian untuk menÂdatangi gudang tersebut,†ungkapnya.
Setelah digerebek dan dilakukan pemeriksaan, kata Sy Fahsa, ternyata pengelola gudang telah melangÂgar empat aturan, yakni Perda Izin Mendirikan Bangunan, Perda PerizÂinan, Perda Lingkungan Hidup, dan Perda Administrasi Kependudukan. “Saya menyerahkan ke pihak kepoliÂsian untuk dilakukan penanganan. Kalau tak salah barang bukti berupa daging babi sudah dibawa ke Polresta (Jambi),†tuturnya.
Sy Fasha menyatakan pihaknya telah menyegel gudang tersebut dan memerintahkan pengelolanÂya tidak lagi menampung daging babi. Gudang tersebut berada di tengah-tengah permukiman padat.
Pemilik gudang Toap Nababan mengaku telah menampung daging babi selama 2 tahun. “Daging terseÂbut kami peroleh dari orang Perbakin, yang kelompok perburuan tembak itu,†ujarnya, Minggu (12/6/2016).
Menurut Toap, sebagian besar daging tersebut dijual ke luar Jambi, diantaranya Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Yang paling banyak saya kirim ke Sumatera Utara. SebaÂgian ke Pulau Jawa dan Bali,†ujarnya.
Menyikapi temuan ini, Plt KeÂpala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Bahdar Johan HaÂmid mengatakan, sebenarnya daging sapi bisa dibedakan dengan daging babi atau daging celeng. Daging sapi berwarna merah terang. Daging babi berwarna merah agak gelap. SedanÂgkan daging celeng berwarna cokelat agak gelap. “Tekstur daging sapi sanÂgat halus. Berbeda dengan teksturdagÂing babi dan daging celeng yang tekÂsturnya kasar,†kata dia, dalam jumpa pers, kemarin.
Daging celeng juga bisa dibedaÂkan dari daging sapi maupun daging babi. Menurutnya, otot pada dagÂing celeng sangat menonjol. Sedangkan otot pada daging sapi dan daging babi lebih halus. “Daging celeng dan daging babi baunya apek. Sedangkan daging sapi baunya tidak terlalu tajam,†tambahnya.
Dikonfirmasi soal peredaran dagÂing oplosan sapi dan babi, Kabid Perdagangan pada Disperindag Kota Bogor, Mangahit Sinaga, mengatakan, pihaknya masih menelusuri. “SemenÂtara belum kami temukan. Akan kami pastikan bersama BPOM,†kata dia, kemarin.
Kadinkes Kota Bogor, dr Rubaeah, menegaskan, pengoplosan daging sapi dan daging babi memang santer terÂjadi saat ramadan. “Kami akan koorÂdinasikan dengan disperindag untuk memastikan. Pekan ini kami memang jadwalkan operasi pasar. Termasuk ke mal dan swalayan,†kata dia.
Peredaran daging tak sehat mulai dari daging oplosan hingga gelongÂgogan memang acap terjadi memaÂsuki pekan akhir rmadan. Tingginya permintaan ditambah minimnya stok membuat pedagang bertindak curang dalam menumpuk pundi keuntungan. “Ini situasional pasar menjelang perayÂaan hari besar. Sudah saatnya pemkot turun, mengecek kebenarannya. Jika dibiarkan terus-menerus tentu yang dirugikan masyarakat. Konsumen kan taunya hanya beli dan membeli,†kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (KaÂdin) Kota Bogor, Erik Irawan Suganda, kemarin.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Bogor, Untung Wahyudi Maryono, meminta agar seluruh dinas terkait segera melakukan operasi. “Koordinasikan juga dengan kepolisian. Jangan sampai Bogor juga ada pengoplos. Saya curiga memang banyak pemain daging di BoÂgor. Lihat saja sekarang, harga berapa di pasar. Kalau turun dadakan tanpa ada dasar, ya berarti itu pedagang waÂjib dikroscek apakah dagingnya wajar atau tidak,†tandasnya.(*)
Bagi Halaman