Untitled-13KEPERIHATINAN melihat banyaknya remaja yang terjerumus dalam pergaulan negatif membuat para pemuda yang tinggal disekitar bendungan Katulampa ini tergerak untuk membentuk suatu komunitas. Komunitas ini tak hanya sekedar melakukan aksi sosial saja namun juga membuka peluang usaha kreatif.

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Niat KOMPAK (Komuni­tas Peduli Katulampa) patut diacungi jempol. Komunitas yang be­ranggotakan 15 orang ini betul-betul menunjukan kepedulian­nya terhadap lingkungan, sosial dan kreatifitas.

Risman, atau yang akrab dis­apa Ebot ini menjelaskan, tidak hanya fokus pada kegiatan ling­kungan dan sosial, komunitas ini juga mendalami kerajinan yang bisa dijadikan peluang usaha.

“Kami rutin mengumpul­kan limbah untuk kami jadikan peluang usaha kreatif,” ungkap Ebot.

Ebot mengaku, limbah yang didapatnya tak melulu dijadikan dasar kerajinan. Seringkali, lim­bah yang didapatnya dari aksi sosial bersama rekan-rekannya tersebut dikumpulkan untuk di­jual agar mendapatkan uang se­hingga bisa membeli bahan baku lainnya.

“Sebisa mungkin kami tidak menggunakan uang pribadi. Uang dari hasil penjualan limbah kami belikan bahan-bahan untuk membuat kerajinan agar nilai jualnya semakin baik,” tuturnya.

Ebot bersama teman-te­mannya melakukan aksi kera­jinan dengan bermodalkan au­todidak. Walaupun tak memiliki keterampilan khusus, namun karya yang dihasilkan tak kalah dibandingkan dengan kerajinan lainnya.

Kerajinan yang dihasilkan KOMPAK terbilang unik, seperti kerangka bunga, pot bunga den­gan menggunakan koran bekas, miniatur motor dengan meng­gunakan korek api gas, perahu, hingga saung yang dibuat dari lidi korek api.

Hasil karya yang telah dibuat­nya, selain dijual kepada warga sekitar juga melalui berbagai pa­meran. KOMPAK dalam waktu dekat ini akan menggelar pamer­an di Pool Bis Lorena, Jalan Raya Tajur Bogor.

Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Untuk kerangka bun­ga kisarannya Rp 50-200 ribu, replika motor senilai Rp 20-50 ribu, replika saung Rp 70-170 ribu dan perahu Rp 100-150 ribu.

Keuntungan yang dihasilkan nantinya akan fokus pada pemu­taran modal komunitas agar bisa menjadi lebih baik lagi. “Intinya pada hasil yang kami raup, bukan semata-mata untuk keuntungan pribadi melainkan untuk mimpi bersama demi membuat komu­nitas ini lebih baik lagi,” cerita Ebot.

Tak dipungkiri, dengan ke­mahiran kreatifitas yang dimiliki, Ebot kedepannya tak menampik untuk membuka usaha kerajinan pribadi. “Sesungguhnya memang hobi dari kecil membuat keraji­nan, tapi saat ini ingin fokus kepa­da komunitas dahulu,” paparnya.

Hasil yang pernah KOMPAK dapatkan saat menjual keraji­nan sebelumnya bisa mencapai Rp 400 ribu. “Nominal tersebut tentunya termasuk besar untuk ukuran kami, terlebih kami men­jualnya dengan senang dan tanpa modal,” ungkapnya

Sekilas tentang KOMPAK, Bayu Kurniawan sekalu Ketua KOMPAK menuturkan, komuni­tas ini didirikan pada 5 Mei 2015. Berbagai aksi sosial telah dilaku­kan oleh komunitas tersebut. “Kegiatan kami sudah banyak dilakukan, dari melakukan aksi peduli di sekitar area sungai, ser­ta aksi sosial lainnya. Kami juga mengumpulkan sampah untuk mendaur ulang menjadi sebuah kerajinan,” ungkap pemuda kela­hiran Juni 1995 ini.

Tentunya Bayu berharap, kegiatan ini akan tetap terus berjalan dan bisa memberikan manfaat bagi para pengurus dan warga sekitar. “Semoga kegiatan positif kami terus dapat berlang­sung lama, dengan program dan anggota yang lebih banyak lagi, karena merangkul orang lain un­tuk melakukan hal positif itu sulit sekali,” harapnya.

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================