pekerja-sedang-melakukan-bongkar-muatan-daging-sapi-_160609183314-361TIM gabungan Muspida Kota Bogor berhasil membongkar sindikat perdagangan daging sapi impor ilegal di Pasar Kebon Kembang, Kota Bogor, kemarin. Dari temuan tersebut, tim dari Dinas Pertanian (Distan) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) langsung menyita 4 dus daging sapi impor ilegal. Masing-masing dus berisi 25 kilogram daging sapi beku.

YUSKA APITYA AJI
[email protected]

Dari sidak yang kami lakukan ditemukan total ada 100 kilo­gram daging beku dari sejum­lah pedagang,” ujar Kepala Bidang Peternakan Distan Kota Bogor Wina, Jumat (24/6/2016).

Pengakuan para pedagang, daging sapi ilegal tersebut berasal dari Australia dan New Zealand. Daging itu dijual den­gan harga yang sama Rp 125.000-120.000 per kilogram. “Harga jualnya tidak jauh beda dengan saat ini,” kata dia.

Menurut dia, daging impor yang disita di Pasar Kebon Kembang ini izin penjualannya tidak terdaftar di Kementerian Pertanian. Selain itu, pada label di dus tertera pemotongan dan pendistribusian daging impor ini dilakukan November dan Desember 2015.

“Kami juga sempat menemukan kardus-kardus saat sidak di Pasar Bo­gor. Hanya saja daging sapinya sudah habis terjual ke tempat penggilingan bakso. Ini juga sama tidak berizin,” terang dia.

Dalam aturannya, lanjut Wina, daging impor harus terdaftar di Ke­menterian Perdagangan atas reko­mendasi Kementerian Pertanian sebe­lum dijual kepada masyarakat. “Kami sedang telusuri distributor daging im­por ilegal itu,” tegas dia.

Ia juga menyampaikan, mara­knya daging sapi ilegal tersebut ti­dak lepas dari tingginya harga daging di pasaran. Terlebih saat Ramadan maupun Lebaran sehingga banyak di­manfaatkan oleh para pedagang nakal untuk meraup keuntungan. “Untuk meminimalisir peredaran sapi ilegal, kami akan terus menyisir seluruh pedagang di pasar tradisional Kota Bogor,” ucap Wina.

Data yang dihimpun, daging im­por ilegal ini masuk melalui Pelabu­han Batam. Komisi Pengawas Persain­gan Usaha (KPPU) Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Batam mencatat, setiap harinya ada 10 ton daging sapi yang masuk secara ilegal melalui Batam.

BACA JUGA :  Kecelakaan di Tol Jombang, Bus Rombongan SMP PGRI 1 Wonosari Tabrak Truk, 2 Tewas 15 Luka

Pekan lalu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menyita tujuh kontainer asal Australia dan Selandia Baru yang berisikan dag­ing ilegal. Tujuh kontainer itu disita karena ada ketidaksesuaian antara isi dan dokumen.

“Isinya jeroan semua ternyata, di dokumennya pakan ternak,” kata Di­rektur Jenderal Bea dan Cukai Kemen­terian Keuangan Heru Pambudi saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pekan kemarin.

Kronologinya adalah ketika tujuh kontainer ini datang melalui Terminal Mustika Alam Lestari, Tanjung Priok, pada 16 Mei 2016. Kemudian dilaku­kan pemeriksaan oleh pihak Bea dan Cukai, dan pada 21 Mei 2016 dilaku­kan pemeriksaan fisik dan pengambi­lan contoh barang. Pada 26 Mei, Bea dan Cukai melakukan pencegahan.

Heru melanjutkan, dari tujuh kontainer ini terdapat 163 ton daging jeroan yang diimpor PT Cahaya Sakti Utama Baru. Selain jeroan, juga ada bagian daging sapi lain, yaitu neck trim atau daging sapi yang berada di bagian leher. “Daging murahlah kira-kira,” ujarnya.

Ketika ditanyakan tentang akan dijual ke mana daging-daging itu, Heru mengatakan masih akan meny­elidikinya lebih lanjut. Hingga kini, pi­hak Bea dan Cukai masih memeriksa lima orang WNI terkait dengan impor ilegal ini. “Kalau berhasil lolos, harg­anya murah itu,” ucap Heru.

Heru juga menjelaskan, daging-daging sitaan ini akan dilelang jika semua syarat kesehatan dan syarat hukumnya terpenuhi, atau juga bisa dihibahkan. Namun jika syarat kes­ehatannya tak terpenuhi, yang akan dilakukan adalah memusnahkan ba­rang sitaan itu.

Selain lima orang tersebut, pihak Bea dan Cukai juga akan mencabut izin impor dari perusahaan impor­tir itu. Heru menuturkan langkah ini diambil karena telah melakukan ke­curangan dalam berusaha. “Karena dia melanggar, pasti dicabut,” tandas­nya.

9.000 Ton Daging Lebaran Peradaran daging impor memang tak terbendung setelah pemerintah membuka kran untuk swasta. Pemer­intah juga menilai penurunan harga daging sapi di pasar-pasar di Indone­sia terjadi secara tak merata.

BACA JUGA :  Seram Bagian Timur Maluku Diguncang Gempa Terkini Magnitudo 4,6

Menteri Pertanian Amran Sulaim­an mengungkapkan, untuk membuat penurunan harga daging merata di se­luruh wilayah, dirinya membuat dua rencana. Rencana pertama adalah pembentukan tim khusus. Kedua, akan dilakukan penjualan daging mu­rah sebanyak 9.000 ton.

“Akan ada daging sapi murah se­banyak 9.000 ton yang harganya di bawah Rp 80 ribu per kilogram,” kata Amran di Kantor Wakil Presiden, Ju­mat (24/6/2016).

Untuk saat ini, Amran mengung­kapkan harga daging sapi di berbagai daerah tak sama, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 105 ribu per kilogram. Dia berharap, dengan adanya daging sapi murah, harga di pasaran bisa tu­run dan sama rata di semua wilayah.

Nantinya, lanjut Amran, harga 9.000 ton daging sapi murah akan bervariasi mulai dari Rp 75 ribu hing­ga Rp 80 ribu per kilogram. Namun, rencana tersebut diakui Amran tak akan bisa memberikan efek cepat.

Di sisi lain, dia juga berharap agar pemerintah tak perlu melakukan im­por daging dan lebih mempercayakan pada stok dalam negeri untuk menu­runkan harga daging. “Jadi stop, cu­kup dalam negeri saja,” ujarnya.

Terlepas dari harga daging yang masih naik turun, Amran meminta agar masyarakat juga melihat harga pangan lain, termasuk beras dan ca­bai. Saat ini, berdasarkan informasi yang didapat Amran, harga cabai mengalami penurunan signifikan menjadi Rp 37 ribu per kilogramnya.

Ia mengklaim, harga bawang dan minyak secara nasional telah tu­run. Hal itu menurutnya merupakan dampak dari operasi pasar yang akhir-akhir ini gencar dilakukan oleh pemerintah. Amran berharap, usaha pemerintah itu bisa membuat harga pangan stabil saat memasuki Idul Fitri 1437 Hijriah. “Kami coba memotong rantai pasok untuk jangka panjang,” kata Amran.(*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================