JAKARTA TODAY– Menteri PerÂhubungan Ignasius Jonan menÂgatakan, pembangunan kereta ringan atau LRT Jabodebek dan LRT Palembang masih menÂunggu revisi peraturan presiden (perpres).
“Ya banyak yang harus ditamÂbah-tambahin,†katanya di rumah dinasnya, Kompleks Widya ChanÂdra, Jakarta, kemarin malam.
Untuk LRT Palembang, ia perkiraan baru akan rampung pada pertengahan 2018. SedanÂgkan LRT Jabodebek, ia belum dapat memastikan lebih lanjut. “(LRT) Jabodebek nggak tau saya, itu pasti enggak bisa, pertengahan 2019 aja belum tentu bisa,†ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur JenderÂal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Prasetyo BoeditjahÂjono mengatakan, pembangunan LRT Jabodebek tidak sesuai target untuk memfasilitasi ajang olahÂraga se-Asia, yaitu Asian Games 2018 mendatang. “Target Asian Games tidak terkejar karena wakÂtu pengerjaannya tidak relevan,†kata Prasetyo.
Prasetyo mengungkapkan molornya waktu pengerjaan proyek tersebut karena proses bolak-balik penyerahan weÂwenang pembiayaan antara pemerintah pusat, dalam hal ini Kemenhub dan pemerintah daeÂrah, yaitu Pemrov DKI Jakarta yang alot. “Karena ada bolak-baÂlik (pembiayaan) ini,†katanya.
Namun, setelah rapat terÂbatas yang dipimpin oleh PresÂiden Joko Widodo beberapa hari lalu memutuskan bahwa pembiayaan proyek LRT dilakuÂkan oleh Kemenhub untuk 42 kilometer. Untuk itu, lanjut dia, pemerintah harus merevisi PerÂpres 98 Tahun 2015 Tentang PerÂcepatan Penyelenggaraan KereÂta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi Di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Prasetyo menuturkan seÂlain terkait pembiayaan yang dibebankan ke Kemenhub, terÂdapat butir-butir yang harus direvisi, contohnya standard gauge merupakan jalur kereta api yang memiliki lebar trek sesuai standar internasional yaitu 1,435 milimeter yang seÂbelumnya 1,067 milimeter.
Prasetyo menambahkan dalam rapat terbatas tersebut juga diputuskan operator melaÂlui penunjukkan langsung, yakni PT Kereta Api Indonesia dengan menggandeng badan usaha lainnÂya. “Tadinya pelelangan, tapi sekaÂrang penunjukkan lansung, dan KAI bisa menggandeng operator lain untuk pengadaan sarananya,†tandasnya.(Yuska Apitya/net)
Bagi Halaman