KOTA diperspepsikan sebagai tempat segala-galanya. Kota dianggap sebagai tempat berdagang karena peluang lebih besar dibanding di desa. Akses pergi ke supermarket mudah. Banyak permainan moderen dan banyak tempat-tempat makan. Banyaknya perkantoran membuat banyak orang desa datang ke kota menjadi kuli rumah tangga. Orang desa datang menjadi kuli bangunan karena tingginya permintaan dikota.

Oleh: BAHAGIA, SP., MSC.
Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan IPB dan
Dosen Tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor.

Kepadatan penduduk kota menekan kuali­tas ekologis perkota­an. Penduduk mem­punyai hubungan dengan ekologis. Banjir dan sampah bersamaan dengan per­pindahan penduduk tadi. Mer­eka butuh rumah untuk tempat tinggal. Orang-orang diperkota­an juga hidupnya sangat miskin. Rumah saja banyak yang ngon­trak. Tinggal pada rumah me­wah namun masih nyicil. Orang-orang desa pada dasarnya sangat kaya-kaya dibandingkan dengan orang yang ada dikota.

Mereka punya lahan sawah. Orang desa punya ternak dan tidak perlu beli daging untuk memenuhi gizi. Berbeda den­gan orang kota yang semuanya harus beli. Sayuran diperdesaan tidak perlu dibeli. Bisa mengam­bil ditempat tetangga. Diper­kotaan semua harus beli. Satu sisi perdesaan pusat masalah. Banyak orang yang kelaparan didesa dan kurang gizi.

Semua bahan pangan dikota juga asalnya dari didesa. Mata pencaharian seharusnya juga ada didesa. Orang kota bergan­tung kepada desa dan desa juga bergantung kepada kota. Tentu ada baiknya orang desa tetap ada didesa dan orang kota tetap ada dikota. Orang perkotaan sangat konsumtif dalam hal ba­han bangan. Tentu perdesaan wilayah pertanian harusnya bisa mendukung pasokan ba­han pangan orang kota. Ada ma­salah disini mengapa desa tidak dianggap sebagai tempat mata pencaharian.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Pertama, desa dengan ciri khas tertentu harusnya tidak terdegredasi dengan gaya hidup modern. Kalau daerah itu bisa ditumbukan cabai dan kacang-kacangan maka tetaplah tum­buhkan cabai dan kacang-ka­cangan pada daerah itu. Kalau perdesaan mempunyai pengrajin dari bambu dan kayu maka teta­plah menjadi pengrajin kayu dan bambu. Jika daerah itu khasnya makanan dan minuman maka kembangkanlah makanan khas seperti itu. Sikap menjadi kuli dan menganggap daerahnya ter­belakang harus diberhentikan.

Untuk mengembangkan daerah khas berdasarkan ko­moditas membutuhkan pembi­naan dan pendampingan. Pet­ani, pengrajin dan pengusaha kecil didesa tidak akan mandiri jika minim dukungan dan ino­vasi serta kejelasan pasar. Perlu pengelolaan yang benar, salah satunya melakukan mapping terhadap potensi daerah terten­tu. Kemudian lihat sistim sosial yang telah terbentuk. Apakah ada kelompk-keompok pelaku usaha atau tidak. Ataukah ada pelaku usaha yang pergi ke kota dan meninggalkan desa.

Jika belum ada maka har­uslah dibentuk sistem sosial kelompok atas dasar komo­ditas tertentu. Jika mereka me­nyebar di kota maka sebaiknya panggil untuk mengembang­kan desanya sendiri. Lakukan pengembangan atas dasar ciri khas daerah tadi. Ciri khasnya bisa meliputi keindahan sum­berdaya alam. landscape pegu­nungan, lanscape sungai, dan­au, rawa, keindahan pesisir dan pantai, keindahan wisata per­tanian dan jenis-jenis makanan dan minuman tradisional. Al­ternatif lain bisa juga membuat hiburan-hiburan seperti jaman dahulu. Bisa ditumbuhkan kam­pung budaya.

BACA JUGA :  BERGERAK BERSAMA, MELANJUTKAN MERDEKA BELAJAR

Mulai dengan menunjukkan tari-tari daerah. Acara-acara menanam padi, mencangkul dan lain sebagainya. Bisa juga acara memasak masakan tradis­ional. Acara-cara seperti ini nampaknya sudah jarang saat ini. Anak-anak dikota perlu mendapatkan pendidikan ling­kungan sehingga mendekatkan anak-anak dengan lingkungan. Selanjutnya pikirkan bagaiman akses pasarnya. Perlu tidak membangun jalan untuk men­ghubungkan kota dan desa. Jarak-jaraknya berapa. Dan bagainana promosinya sehingga orang-orang kota tertarik untuk datang ke desa.

Kondisi sumpek, padat, udara panas, konflik, macet, banjir, bau sampah, bisingnya pembangunan, suara bising kendaraan dan rawan konflik sosial. Masalah itu membuat keluarga perkotaan jenuh den­gan kondisi lingkungan. Mudah stress dan akhirnya setiap ma­nusia masih saja membutuhkan keindahan alam secara alami. Dengan fakta itu desa akan dilirik menjadi tempat tujuan makan, minum, rekreasi dan mediasai serta edukasi.(*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================