SEMANGAT SMK Angkasa Atang Sendjaja untuk mengubah image sekolah teknik yang gemar tawuran menjadi sekolah kreatif dan berkualitas, memang luar biasa. Ini bisa dilihat dari cara sekolah ini memanfaatkan masa orientasi siswa baru dengan berbagai kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pembentukan karakter siswa.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Menariknya, masa pengenalan lingÂkungan di SMA Angkasa Atang Sendjaja ini juga cukup panÂjang, yakni lima hari. Di sekoÂlah lain masa pengenalan lingÂkungan ini hanya berlangsung tiga hari dan lebih bersifat keÂgiatan dalam ruangan.
‘’Tiga hari pertama, para siswa mengikuti kegiatan penÂgenalan lingkungan seperti pengenalan tata tertib, budaya belajar, dan permainan-perÂmainan ringan untuk pemaÂnasan dan penyegaran,’’ kata Wakil Kepala SMK Angkasa Atang Sendjaja Mayor Fazri kepada Bogor Today, Jumat (22/7/2016).
Game-game ringan yang dilakukan di lingkungan sekoÂlah, menurut Mayor James Rahadi, salah satu instruktur di acara masa orientasi siswa baru SMK Angkasa, lebih bersifat pembentukan team building. Game ini sangat penting untuk melihat aspek manajerial, kecepatan, kreatiÂfitas, dan kekompakan anak-anak. ‘’Mereka diberi proyek yaitu membangun sebuah desam,’’ kata James.
Dalam proyek ini, lanjut James, para siswa yang sudah dibagi dalam beberapa tim, diminta membangun sebuah desa lengkap dengan seÂgala macam infrastukturnya. Setelah desa tersebut selesai mereka bangun, para siswa diminta membangun saluran alir untuk kepentingan keÂhidupan sehari-hari di desa tersebut. ‘’Hasil kerja mereka akan kita lihat dan nilai dari sisi kecepatan dan keutuhan dalam menyelesaikan proyek ini,’’ katanya.
Yang lebih menarik lagi, dua hari terakhir masa penÂgenalan lingkungan ini yakni Kamis dan Jumat, para siswa diterjunkan di lapangan terbuÂka, yakni di sebuah hutan temÂpat latihan para prajurit TNI AU di markas TNI AU Atang Sendjaja. ‘’Di tempat ini, merÂeka dilatih untuk bisa survive di tengah-tengah hutan,’’ kata Fazri.
Pada hari pertama di ‘’huÂtan’’ para siswa diberikan penÂgenalan bagaimana cara berÂtahan hidup ketika berada di hutan. ‘’Mereka diajari memÂbuat jerat untuk binatang,’’ kata Fazri.
Parasiswa juga diberikan pelajaran cara melarikan diri dari ancaman binatang buas. Selain itu, para siswa juga diÂberikan pelajaran bagaimana cara mudah menguliti binaÂtang dan memasak binatang hasil jeratan. ‘’Setelah itu, para siswa juga diajari cara turun dari tebing yang ada di hutan,’’ katanya.
Pada malam hari, menuÂrut Fazri, para siswa melakÂsanakan caraka malam, membawa pesan untuk disÂampaikan kepada orang yang benar. Mereka juga diajari cara menggunakan kompas pada malam hari. ‘’Ada acara renungan suci juga untuk mengokohkan keteguhan hati mereka dalam menghadapi tantangan,’’ katanya.
Pada hari kedua, yakni siang hari para siswa diajari menggunakan kompas siang, yaitu mencari jalan keluar menggunakan kompas. Para siswa tampak tetap bersemanÂgat hingga hari terakhir. Saat menyenangkan bagi mereka adalah acara hiburan. ‘’Para siswa boleh berjoget ria dan disiram air dari mobil damÂkar,’’ katanya.
Yang paling membangÂgakan bagi para siswa yang selesai mengikuti masa pengeÂnalan lingkungan dan survival ini, mereka dipertemukan dengan orang tua mereka di lapangan. ‘’Para orang tua memasang brevet kepada anak mereka masing-masing,’’ kata Fazri. Para siswa baru itu benar-benar mendapat pelajaÂran ilmu kehidupan.
Bagi Halaman