Untitled-17Orang kalau memiliki hobi apapun caranya akan ditempuh agar terpenuhi, apalagi hobinya mampu menghasilkan pundi-pundi uang. Tak banyak yang berani memutuskan un­tuk meninggalkan profesi yang dicita-citakan.

Bekal keahlian seorang mantan teknisi maskapai pen­erbangan, Deden Sopian (47) warga Kota Cimahi, Jawa Barat ini rela banting setir menjadi pembuat miniatur pesawat ter­bang.

Dunia dirgantara seolah telah mendarah daging dalam dirinya. Berawal dari sekedar iseng membuat pesawat dalam porsi mini, kini hobinya malah jadi lahan usaha yang men­janjikan. Kerap lirikan mata

untuk dibuatkan replika pesawat terbang sesuai dengan selera maskonsumen banyak yang memesan ing-masing. ­

“Pertama dari hobi, saya iseng coba untuk membuat miniatur pe­sawat, dan menawarkan pada te­man di kantor. Ternyata mereka pada suka jadi banyak yang pesen sama saya, buat lagi dan terus ber­lanjut sampai sekarang,” ucap Deden di kediamannya sekaligus tempat produksi, Jalan KH. Usman Dhomiri, Padasuka, Kota Cimahi, Senin (1/8/2016).

Debutnya ia mulai sejak tahun 2007 silam. Deden sendiri merupak­an lulusan SMK Penerbangan, dan sempat bekerja di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. Setiap hari ada saja pesanan yang diterima untuk membuat pesawat berbahan fiber glass. Beragama kalangan baik dari profesi penyuka pesawat mau­pun dari pihak luar yang memesan sebagai cinderamata.

“Mungkin banyak yang ngasih tahu dari mulut ke mulut jadi ban­yak yang pesan, jadi saya perban­yak lagi produksinya karena untuk memenuhi permintaan,” terangnya.

Deden mengaku menggeluti bisnisnya ini sangat menjanjikan. Karena saingan usahanya masih ja­rang, sehingga peluang ia untuk me­masarkan hasil produksinya masih terbuka lebar. Terbukti tak hanya pembeli dalam negeri saja yang membawa pulang hasil pesawat buatannya, beberapa warga negara asing pun banyak berminat.

“Penjualan sih sudah sampai ke luar negeri ke Bangladesh, In­dia, terakhir kemarin ada juga dari orang Singapura yang pesan buat oleh-oleh. Bandung dan Jakarta juga ada banyak yang minta dibuatkan pesawat, macam-macam jenisnya,” ucap pemilik usaha dengan nama Tiara Flight Miniatur ini.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Sup Ayam Kembang Tahu yang Simple dan Menggugah Selera

Sebelumnya, Deden secara resmi telah melayangkan surat pengunduran diri dari pekerjaan­nya sebagai teknisi pesawat terbang sejak bulan Desember 2015 tahun lalu. Kini, ia lebih memilih men­jalankan usahanya karena hasilnya dianggap lebih besar terlebih waktu bersama keluarga lebih banyak. “Keluar kerja sejak akhir tahun lalu, karena lebih banyak waktu juga bersama keluarga di rumah. Kalau kerja bisa sampai jam 4 subuh baru pulang,” ujarnya.

Pesawat yang ia buat beragam bentuk dan ukuran, dari mulai pesawat komersil hingga pesawat militer. Paling kecil berukuran 8 cm sedangkan yang besar pernah dibuatnya mencapai 1,5 meter. Har­ganya pun bermacam-macam ter­gantung ukuran dan tingkat kesuli­tan saat pembuatan.

Paling besar pernah ia terima pembuatan pesawat jet jenis Sukhoi dengan ukuran 1,5 meter. Pesawat tersebut dipesan oleh pihak Instansi dari Rumah Sakit Salamun untuk di­pasang di depan Gapuranya.

Miniatur yang saat ini sedang dikerjakan oleh Deden adalah pe­sawat Jabiru J-430 hasil rakitan siswa-siswa SMK Negeri 12 Band­ung. Menurutnya puluhan pesawat ini ia buat untuk cinderamata dalam kegiatan yang akan diadakan oleh sekolah tersebut. Selain itu ada pe­sawat Piper Warrior pesanan dari luar kota, yang dibuat dengan skala 1:48,4 cm.

“Ada Helikopter, Hercules, yang banyak diminati adalah Boeing dari yang paling kecil ukurannya 8 cm sampai yang 1,5 meter tadi,” pung­kasnya.

“Harganya bermacam-macam ada yang Rp 50.000 untuk ukuran kecil sampai yang besar tadi itu pe­sawat tempur Sukhoi harganya Rp 17,5 Juta,” lanjutnya.

Sehari Deden bisa membuat pal­ing sedikit 2 miniatur, dan dalam seminggu bisa menghasilkan pulu­han pesawat dengan omset menca­pai Rp 10 Juta. Bahan fiber glass atau serat kaca dipilih sebagai bahan utama. Ia menilai bahan ini mampu membuat pesawat ciptaannya tetap ringan dan kokoh.

“Kebetulan pernah mempelajari tentang komposit, fiber glass kemu­dian dikembangkan membuat pe­sawat. Karena bahannya tidak ter­lalu mahal tapi hasilnya kuat. Sehari pembuatan tergantung dari jenis pesawatnya dulu, kalau sulit paling 2 kalau yang gampang 10 itu baru cetak belum finishing,” kata dia.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Sop Buntut Sapi yang Empuk Dijamin Menggugah Selera

Kebanyakan para pembeli meru­pakan sesama penggemar dan kole­ktor pesawat terbang. Ada juga be­berapa orang yang meminta jasanya untuk dibuatkan pesawat tiruannya jika ada pembuatan pesawat ter­bang terbaru.

Pernah Buat Miniatur Pesawat Kepresidenan RI

Teranyar, dirinya mengaku mendapatkan pesanan untuk mem­buat pesawat Kepresidenan Indone­sia. Replika pesawat dalam ukuran mini tersebut telah rampung ia ker­jakan dalam kurun waktu dua min­ggu saja.

“Itu ada pesanan buat pesawat Kepresidenan sebanyak 20 pesawat, untuk cinderamata saja sekitar bu­lan lalu,” ungkap Deden.

Kendati bukan pihak dari Istana Negara langsung yang memesan­nya, namun dirinya mengaku bang­ga bisa membuat miniatur pesawat yang ditumpangi oleh orang nomor 1 di Indonesia. Menurutnya orang yang memesan miniatur jenis Boe­ing 737-800 Business Jet ini adalah pilot dari pesawat tersebut.

“Bukan dari sana sih (Istana Negara) tapi pilotnya yang pesan, jadi ada adiknya yang datang ke­mari dia orang Leuwi Gajah, pesan katanya untuk dibawa oleh-oleh untuk keluarganya,” jelas pria yang lulusan SMK Penerbangan di Kota Bandung ini.

Ia mengaku dalam proses pengerjaannya tidak begitu rumit. Kesulitan hanya terjadi saat melaku­kan finishingpada pesawat yang dibuatnya, karena detail pesawat mini ini harus sama persis dengan pesawat aslinya.

“Sudah jadi dan beberapa hari kemarin sudah dikirim kepada pemesannya. Kalau sekarang lagi bikin pesanan pesawat lain yang baru saja ini lagi diproses,” jelasnya.

Menurutnya pembuatan pe­sawat seperti ini tidak bisa asal-asa­lan. Memerlukan keahlian khusus dalam merancang hingga penyele­saian tahap akhir agar pesawat men­jadi sempurna. “Yang paling rumit bikin pesawat Twin Otter (pesawat komersil), karena pesawat ini ada pelampungnya di bawah un­tuk mendarat di air, sama ini juga pesanan dari perseorangan,” tan­dasnya.(Yuska Apitya/dtk)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================