Untitled-2JAKARTA, TODAY—Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2016 dipre­diksi lebih baik dari realisasi tahun 2015. Kuartal II- 2016 ini Indonesia berhasil mencatat­kan pertumbuhan ekonomi hingga 5,18%, membaik dari Kuartal II-2015 yang hanya tum­buh 4,66%.

Deputi bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangu­nan Nasional (PPN/Bappenas) Leonard VH Tam­pubolon mengatakan, pertumbuhan ekonomi masih akan bertumpu pada sektor industri dan jasa.

Menurut Leonard, imple­mentasi paket kebijakan ekonomi I-XII yang sudah mulai digulirkan sejak 2015, sudah mulai menam­pakkan hasil. “Perekonomian pada tahun 2016 diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2015. Percepatan pembangunan infra­struktur sesuai dengan agenda pembangunan tahun 2016 juga akan mendorong pembangunan dari sisi produksi,” kata Leonard dalam paparannya pada acara Round Table Discussion di kantor Kementerian PPN/Bappenas, Ja­karta, Selasa (9/8/2016).

Dalam paparannya, sektor ekonomi yang akan tumbuh paling mencolok adalah sektor jasa teleko­munikasi yang berpotensi tumbuh 10,5%. Lebih tinggi dari realisasi di tahun 2015 yang hanya 10,1%.

Sektor berikutnya adalah sek­tor konstruksi yang diperkirakan tumbuh 7,9% di akhir 2016. Real­isasi tahun 2015 hanya 6,7%. Sek­tor Perdagangan juga diprediksi tumbuh lebih tinggi di akhir 2016 bisa mencapai 3,4%, realisasi di tahun 2015 hanya 2,5%.

Program listrik 35.000 mw juga diproyeksi bisa mendongkrak peningkatan di sektor listrik dan gas hingga 2,3% di akhir 2016 leb­ih tinggi dari realisasi 2015 yang hanya 1,2%. Sektor pertanian jus­tru diprediksi melambat dari yang di tahun 2015 bisa mencatatkan pertumbuhan 4%, di tahun 2016 hanya diprediksi tumbuh 3,9%.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Udang Goreng Bawang Putih ala Restoran yang Gurih dan Harum

Begitu pula pada sektor pert­ambangan yang diprediksi hanya akan tumbuh 0,1% di tahun 2016. “Keterbatasan penyediaan energi dan proses perizinan yang belum efisien merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di sektor ini (pertanian dan pertambangan),” pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bam­bang Brodjonegoro mengatakan bahwa capaian itu menunjukkan bahwa kondisi Ekonomi Indonesia sudah mulai pulih. Bila diband­ingkan dengan sesama negara berkembang seperti Brasil, menu­rut Bambang, kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik berkat berbagai upaya yang dilakukan pemerintah.

“Tak banyak negara emerg­ing market (negara berkembang) yang seberuntung Indonesia. Per­tumbuhan ekonomi Brasil negatif, dengan defisit neraca perdagan­gan mencapai 8%. Defisit Indo­nesia hanya 2%,» kata dia saat membuka acara Round Table Discussion di kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Selasa (9/8/2016).

Sekedar catatan, sepanjang tahun 2015, pertumbuhan eko­nomi Brasil tercatat di bawah 0% alias negatif yakni hingga minus 3,8%. Hal tersebut turut disumbang oleh defisit neraca perdagangan yang terlampau dalam, tingginya inflasi, jatuhnya harga komoditas dan krisis politik berkepanjangan yang melanda negara tuan rumah Olimpiade 2016 tersebut.

Meski telah mencatat per­tumbuhan yang positif, menurut Bambang bukan berarti Pemerin­tah Indonesia bisa bersantai. Pas­alnya, hingga akhir tahun 2016, pertumbuhan ekonomi nasional dipatok pada angka 5,2% dan hanya tersisa 5 bulan untuk men­capai target tersebut. “Setidaknya kita harus mencapai pertumbu­han ekonomi semester II-2016 sebesar 5,36% supaya sampai akhir tahun pertumbuhan kita bisa mencapai 5,2%,” jelasnya.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Lolos ke Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Berkat Kerja Keras

Bambang menegaskan, ca­paian bisa tembus lantaran kerja keras yang dimaksud bisa dilihat dari berbagai upaya yang telah dilakukan. Pertama adalah mem­percepat belanja pemerintah se­jak akhir tahun.

“Pertumbuhan ekonomi 5,8% itu adalah karena pemerintah turun tangah. Cepat melaku­kan belanja pemerintah. Belanja pemerintah menjadi andalan,” kata Bambang.

Sejumlah kementerian sep­erti Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), telah melakukan lelang dini pem­bangunan infrastruktur sejak akh­ir tahun 2015. Hasilnya di tahun 2016, berbagai pekerjaan proyek infrastruktur bisa dimulai sejak awal tahun.

Imbasnya bukan saja peker­jaan konstruksi yang dimulai lebih awal, tetapi juga serapan ang­garan lewat belanja infrastruktur juga bisa dilakukan lebih awal. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat pun meningkat dan membuat roda ekonomi berputar.

Kerja keras kedua, sambung Bambang, bisa dilihat dari berbagai regulasi yang dikeluarkan pemer­intah untuk menjaga daya beli ma­syarakat tetap tinggi. “Pemerintah menurunkan suku bunga, menjaga inflasi supaya daya beli bisa dijaga. Dengan daya beli bisa dijaga maka pertumbuhan konsumsi bisa di-maintenance (dijaga) dia atas 5%,» kata Bambang.

Langkah-langkah Pemerintah Indonesia kata Bambang, bisa di­katakan efektif menjaga pertum­buhan ekonomi nasional tetap tumbuh positif di tengah per­lambatan ekonomi global. Meski demikian kata Bambang masih banyak pekerjaan rumah dan tan­tangan yang harus diatasi pemer­intah agar pertumbuhan ekonomi nasional tetap tetap bisa dijaga dalam jangka panjang.

(Yuska Apitya/dtk)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================