JAKARTA,TODAY-BuluÂtangkis kembali meÂnyumbang medali emas di Olimpiade. Di Tokyo 2020, cabang olahraga potensial lainnya diÂharapkan bisa menuai prestasi serupa.
Tadi malam (17/8/2016), Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengharumkan ‘Merah Putih’. Tontowi/Liliyana menyabet medali emas usai mengalahkan Chan Peng So0n/Goh Liu Ying asal Malaysia 21-14, 21-12 dalam final bulutangkis nomor ganda campuran.
Itu adalah medali emas pertama IndoneÂsia di Olimpiade 2016 sekaligus menyambung kembali tren emas buluÂtangkis Olimpiade. Sejak dipertandingkan pada 1992, bulutangkis selalu berhasil naik di podium tertinggi, tapi pada 2012 tren itu sempat terputus.
Dengan tambahan satu emas dari Tontowi/ Liliyana, Indonesia kini mengoleksi tiga medali di Rio de Janiero. Dua medali lainnya disumÂbangkan oleh Sri WahyuÂni dan Eko Yuli Irawan, yang sukses meraih perak dari angkat besi.
Selain buluÂtangkis, angkat besi juga terÂbukti menjadi lumbung prestasi bagi Indonesia di kejuaran multicabang tingkat dunia. Perhatian ekstra sepatutnya diberiÂkan pemerintah menuju pencapaian yang lebih tinggi.
Ketua KOI [Komite Olimpiade Indonesia] Erick Thohir memang gembira dengan medali emas yang baru saja diÂraih Indonesia. Namun, di masa depan medali emas juga seharusnya bisa diraih dari cabang lain.
“Yang terpenting adalah pemerintah berÂsama KOI Satlak Prima harus segera menÂgubah strategi kita bahwa OlimpiÂade merupakan tujuan utama, barulah Asian Games, SEA Games kemudian PON,†kata Erick Thohir.
“Wa l a u p u n bangga mendapatÂkan emas saat ini coba perbandÂingkan dengan Asia Tenggara yang performanya lebih bagus. Di Olimpiade ToÂkyo jangan sampai IndoÂnesia hanya bergantung kepada bulutangkis, tapi sudah harus bisa menÂgandalkan cabang lain seperti panahan, angkat besi, menembak.â€
“Itu semua perlu kita benahi. Harus disiapÂkan dengan baik. Kita mempunyai kesempaÂtan ujicoba Asian Games 2018 sebelum bersaing di Tokyo,†ucap Erick. (Imam/dtk)
Bagi Halaman