jawa-barat

PENCARIAN terhadap korban banjir bandang di Garut masih terus dilakukan hingga Kamis (22/9/2016) petang. Jumlah korban meninggal sementara berjumlah 26 orang. Sementara 12 orang lagi masih dicari keberadaannya.
Yuska Apitya Aji

[email protected]

“Korban meninggal dunia bencana banjir bandang Garut yang masuk ke Rumah Sakit Guntur Sementara jumlahnya 26 orang,” ujar Juru Bicara Basarnas Jabar, Joshua Banjarnahor, kemarin.

        Korban terdiri dari korban laki-laki dewasa 4 orang, anak-anak 4 orang. Korban perempuan dewasa 13 orang, anak-anak 5 orang. 11 Sekolah rusak imbas banjir bandang Garut, 2 di antaranya rusak parah. Murid diliburkan dan gedung sekolah yang selamat dipakai bersama. “Sekolah pada hari pertama pascabencana libur, sedangkan pada hari kedua dilakukan pemanfaatan gedung secara bersama-sama. Sementara itu, sekolah-sekolah yang lain masih tetap menggunakan sekolahnya masing-masing,” jelas Humas BNPB Pusat, Sutopo, kemarin.

        Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Haryadi Wargadibrata mengatakan lembaganya meminta semua daerah yang menyimpan pontensi bencaan longsor dan banjir bandang untuk mulai waspada. “Sekarang sudah mulai tampak, ktia harus waspada terhadap banjir dan longsor karena biasanya bulan ini kemarau, ternyata seperti ini,” kata dia, kemarin.

        Bencana banjir dan longsor terjadi nyaris bersamaan, Selasa, 20 September 2016. Haryadi mengatakan, kendati potensi bencananya sudah dipetakan sejak lama, tapi kejadiannya berlangsung tiba-tiba. “Kejadian alam ini begitu tiba-tiba, meluapnya di luar perkiraan,” kata dia.
Haryadi mengatakan, banjir bandang dan longsor adalah bencana yang berpotensi terjadi di Garut. Sebagian besar daerah Jawa Barat di selatan konturnya berbukit sehingga berpeluang longsor. “Potensinya begitu, kita harus tetap waspasa,” kata dia.
Pada penanganan pascabanjir bandang di Garut misalnya, BPBD Jawa Barat membantu penanganan bencana yang dilakukan pemerintah kabupaten. Selain membantu pencarian korban, hingga penyediaan posko bagi warga yang mengungsi. “Fokus saat ini masih melakukan pencarian korban karena dari 15 yang dinyatakan hilang baru ditemukan tiga orang,” kata Haryadi.
Haryadi mengatakan, pencarian relatif sulit karena areal pencarian korban yang luas kendati berada di tengah areal perkotaan Garut. “Hambatan itu contohnya jalan yang macet, sehingga perlu merekayasa lalu-lintas terutama di titk-titik terdampak,” sambungnya.
Menurut Haryadi, kondisi terdampak kerusakan akibat banjir bandang di Garut tidak merata di sepanjang Sungai Cimanuk kendati membentang di aliran sungai itu yang membelah 6 kecamatan. Kerusakan terjadi di permukiman warga yang berada di tepian sungai yang kontur arealnya cekung. “Daerahnya meliputi enam kecamatan, tapi tidak semuanya, nyempil-nyempil, tersebar. Ini juga menyulitkan karena setiap daerah belum tahu warganya yang hilang siapa,” kata dia.
Kepala Pusat Vulkanologoi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kasbani mengatakan, sudah mengirim tim sejak kemarin untuk memeriksa lokasi bencana banjir bandang di Garut. “Tim masih menelusuri,” katanya, kemarin.
Kasbani mengatakan, banjir bandang itu diduga akibat pembendungan sungai karena tertimbun longsor. Material yang membendung itu kemudian bobol karena sudah tidak kuat lagi menahan debit air. Tim tanggap darurat darr PVMBG misalnya, menyusuri hingga ke hulu sejumlah sungai untuk mencari sumber pemicu banjir bandang itu. “Tim tadi menelusuri sungai-sungai di sana dan belum ditemukan adanya longsoran yang besar, masih yang kecil-kecil,” kata dia.
Menurut Kasbani, lembaganya akan memberikan rekomendasi teknis untuk penanganan bencana banjir bandang Garut itu setelah tim tanggap darurat merampungkan pemeriksaannya. “Kami akan berikan rekomendasi teknisnya setelah tim ini selesai,” kata dia.
Sebelumnya, Kasbani mengatakan, Sungai Cimanuk merupakan daerah yang rawan longsor karena sejumlah areal rawan longsor berada di bagian hulu sungai itu. Identifikasi itu dituangkan dalam peta pontensi kerentanan gerakan tanah yang dikirim lembaganya tiap bulan pada pemerintah daerah di seluruh Indonesia. “Sudah kami sampaikan informasi itu tiap awal bulan pada pemda setempat.”
Menurut Kasbani, indikasi itu dilihat dari adanya sejumlah titik-titik lokasi rawan longsor di daerah hulu Sungai Cimanuk. Indikasi itu dilihat dari kontur tanah di pinggiran alur Sungai Cimanuk, kondisi vegetasinya yang didominasi oleh tanaman bukan berakar kuat, hingga jenis bebatuannya.
Kasbani mengatakan, banjir bandang umumnya terjadi karena alur sungai terbendung sementara oleh material longsoran. “Longsor itu pemicunya. Begitu ada longsor di sekitar alur sungai itu, berpotensi membendung aliran sungai, dan kalau sudah tidak kuat membendungnya kan mendobraknya dan menyebabkan banjir bandang,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan pendidikan merupakan salah satu prioritas dalam penanganan darurat pascabanjir bandang. Willem memberikan arahan terkait pendidikan. “Perlu diadakan tempat darurat untuk sekolah,” papar Willem, kemarin.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Rabu 24 April 2024

        BNPB pun telah mengirimkan bantuan pakaian sekolah kepada anak-anak yang terdampak banjir bandang. Di samping pendidikan, prioritas utama Posko Tanggap Darurat berfokus pada pencarian dann penyelamatan korban yang masih hilang serta pelayanan kebutuhan dasar bagi 433 jiwa pengungsi.

BACA JUGA :  Ketua PWI Kabupaten Bogor Menyeru Siswa SMPN 1 Bojonggede: Bijak dalam Bermedsos

        Banjir bandang Garut dipicu hujan dengan intensitas tinggi di daerah hulu pada Senin lalu (20/9) sekitar pukul 22.00 WIB. Banjir bandang terlebih dulu melanda Desa Mulya Sari, Kecamatan Bayongbong dan berlanjut ke Kecamatan Tarongong Kidul, Garut Kota hingga Cibatu.
Daerah yang paling parah terlanda banjir bandang adalah Desa Haurpanggung Kelurahan Sukakarya Kecamatan Tarogong Kidul dan Kelurahan Sukamentri dan Kelurahan Paminggit Kecamatan Garut Kota.Banjir ini juga menyebabkan 23 orang tewas.

        Banjir bandang di Garut, Jawa Barat pada Selasa (20/9) malam, menewaskan puluhan korban jiwa. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melihat kemungkinan adanya aktivitas penebangan hutan (illegal logging) di kawasan tersebut. “Saya tidak memungkiri terjadi ilegal logging, karena terjadi di mana-mana. Itu kan sudah puluhan tahun terjadi dan sekarang sedang kita beresi,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar kepada wartawan di Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (22/9/2016).
Meski begitu, pihaknya belum bisa menunjuk siapa pelaku perambahan hutan di Garut. KLHK sedang melakukan pengecekan di lapangan guna memastikan penyebab terjadinya banjir bandang. “Kalau soal hutan konservasi dirambah dan sebagainya, saya sangat paham. Ini tentu menjadi keresahan kita semua,” kata Siti.
Di Garut, ada kawasan konservasi dan hutan lindung yang dikelola Balai Konservasi KLHK. Bukan saja ada potensi pembalakan hutan yang menyebabkan terjadinya bencana, namun ada pula aktivitas lainnya yang mungkin berkontribusi terhadap banjir bandang itu, yakni aktiivitas masyarakat setempat. “Bisa saja sebabnya dari sini (hutan negara yang dibabat), tapi bisa saja sebabnya dari lahan masyarakat juga. Makanya harus dilihat betul di lapangan seperti apa,” ujar Siti.
Soal potensi pembalakan liar, Siti belum mendapat informasi perusahaan atau pihak yang beraktivitas di wilayah tersebut. “Belum, aku masih tunggu datanya,” tandasnya.(*)

 

============================================================
============================================================
============================================================