aaOleh Heru B Setyawan (Ketua Divisi Literasi Ikatan Guru Indonesia Kota Bogor)

Kota Bogor kembali mendapat rapor merah dalam hal kemacetan. Baru-baru ini aplikasi lalu lintas Waze merilis survei yang menyatakan Bogor masuk lima kota dengan pengalaman berkendara terburuk di dunia. Bogor berada di urutan kedua dengan poin 2,15. Rangking pertama adalah Kota Cebu, Filipina dengan poin 1,15 sedangkan di urutan ketiga dengan poin 2,85 ada kota San Salvador, Salvador. Peringkat ke empat  oleh Denpasar Bali dengan poin 2,89  dan peringkat ke lima Bandung dengan poin 3,00.

Survei ini dilakukan jutaan pengguna aktif aplikasi Waze dari 38 negara dan 235 daerah perkotaan. Survei dilakukan dengan memberikan penilaian dengan nilai 10 (kepuasan) hingga poin 1 (ketidakpuasan). Selain penilaian, ada enam indikator pada indeks kepuasaan pengemudi dalam aplikasi Waze yakni, tingkat frekuensi kemacetan lalu lintas, kualitas infrastruktur jalan, keselamatan pengemudi (jalan rawan kecelakaan dan cuaca), pelayanan pengemudi seperti akses mudah ke SPBU dan parkir, sosial ekonomi, dan Wazeyness atau tingkat pertolongan dan kebahagiaan komunitas Waze.

Dan hasil survei ini,  alhamdulillah diterima dengan lapang dada oleh Walikota Bogor Kang Bima Arya Sugiarto, jarang ada pemimpin seperti Kang Bima Arya Sugiarto, biasanya pemimpin alergi dan kebakaran jenggot jika dikritik, maka patut kita acungi jempol sikap ksatria dari Walikota Bogor ini.

Menurut beliau,”Survei Waze harus kami perhatikan. Bagaimanapun itu datanya, jangan disangkal,” kata Bima seperti dikutip dari grup WhatsApp Pemkot Bogor. “Tahun ini lebih buruk lagi, ini penting untuk kerja lebih keras lagi terutama reformasi angkutan kota,” katanya.

Menurutnya, ada beberapa penyebab utama, yakni tidak sebandingnya pertumbuhan kendaraan sebesar 13 persen setiap tahun, sementara pertumbuhan jalan 0,1 persen per tahun. “Disiplin pengguna jalan, hambatan samping antara lain PKL dan parkir liar,” katanya. Bima menyebutkan, Pemkot Bogor telah berupaya melakukan penanganan-penanganan dalam mengurai kemacetan di kota tersebut. Upaya terbagi jangka pendek dan jangka menengah/panjang.

Untuk jangka pendek, lanjutnya, upaya penempatan pengawas, pengaturan lalu lintas, penertiban penegakan hukum dan penertiban PKL.”Dalam waktu dekat pembangunan jalan layang Jl Marthadinata 2017, percepatan tol BORR dan penataan perparkiran,” katanya.

Untuk jangka menengah/panjang, lanjutnya, penanganan yang dilakukan percepatan jalan R-3 untuk distribusi jalan menuju Tajur. “Fly over Kebon Pedes dan Salmun, percepat re-routing dan pengembangan koridor Transpakuan dengan konversi angkot 3:1,” katanya.

Bima menambahkan, pihaknya kekurangan petugas lapangan. Saat ini hanya 30 petugas DLLAJ untuk seluruh kota. Personel Satpol PP Kota Bogor hanya 246 sudah termasuk kepala satuan,” ujarnya (Suara.com).

BACA JUGA :  HALAL BIHALAL HANYA ADA DI INDONESIA DAN BANYAK MANFAATNYA

Sebenarnya program Kang Bima Arya Sugiarto sudah bagus, tinggal aplikasi dilapangan saja dan program yang belum dilaksanakan segera mungkin direalisasikan. Kalau dilihat dari data diatas, terutama dari segi infrastruktur, tidak sebandingnya pertumbuhan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan jumlah jalan, kurang disiplin  masyarakat dan kondisi jalan  memang berat untuk mengurangi kemacetan di Bogor, tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja.

Menurut penulis masih ada solusi minimal untuk mengurangi kemacetan di Bogor, yang tanpa butuh dana yang banyak seperti misalnya pembangunan infrastruktur, tapi membutuhkan keseriusan, kedisiplinan  dan kesabaran, yaitu pembentukan karakter Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kepandaian sosial.

Pengertian dari kepandaian sosial adalah mengamalkan perilaku  senang menolong, peduli, gotong royong, kerja sama, toleran, santun, pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Inti dari kepandaian sosial adalah saling menyayangi sesama manusia, makhluk lain dan lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Kepandaian sosial juga mengandung arti  keberadaan manusia itu bisa menyelesaikan masalah, bukan sebaliknya yaitu keberadaannya justru menjadi masalah bagi orang lain atau lingkungannya.

Jika kita sudah punya kepandaian sosial, maka kita punya sifat peduli dan suka menolong pada orang kecil atau orang miskin, maka kita tidak mengumbar nafsu dengan mempunyai banyak mobil hanya untuk koleksi atau untuk gagah-gagahan saja. Ada contoh seorang PNS rendahan yang mempunyai 19 mobil, ini kan berlebihan dan perbuatan sia-sia serta menambah kemacetan. Bukankah uang yang digunakan untuk beli mobil itu, lebih baik untuk membantu modal orang tidak mampu untuk berdagang atau untuk kegiatan produktif yang lain.

Hal ini bisa terjadi karena kita sudah mempunyai kepandaian sosial, kita akan saling menyayangi sesama manusia, makhluk hidup lain dan lingkungannya. Bukankah pada ajaran agama Islam, belum dikatakan seseorang itu beriman, jika seseorang tersebut belum menyayangi orang lain seperti menyayangi dirinya sendiri. Atau dengan kata lain kepandaian sosial itu sama dengan pengertian rahmatan lil alamin (rahmat untuk seluruh alam semesta).

Jika kita sudah punya kepandaian sosial, maka misal kita sebagai PKL (Pedagang Kaki Lima) tidak mungkin berjualan di trotoar, karena akan mengganggu pejalan kaki, sehingga para pejalan kaki ini terpaksa berjalan  di tepi jalan dan hal ini akan menambah kemacetan.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Kalau kita sudah punya kepandaian sosial, maka kita punya keyakinan rejeki tidak akan tertukar, sehingga kita tetap berjualan, tapi tidak di trotoar, dengan pindah tempat tanpa mengganggu orang lain dan tidak menambah kemacetan. Sebagai PKL berjualan di trotoar saja malu, apalagi berjualan di pinggir jalan, pastilah super malu, karena hal ini akan menambah kemacetan.

Jika kita sudah punya kepandaian sosial, maka misal kita sebagai pejabat akan hidup sederhana saja. Pejabat hidup mewah itu biasa, tapi pejabat hidup sederhana itu baru luar biasa. Pejabat naik mobil ke tempat kerja itu biasa, tapi pejabat naik sepeda, motor atau angkot  ke tempat kerja itu baru luar biasa.

Sudah barang tentu dengan melihat agenda seorang pejabat, kalau hari itu hujan atau ada acara yang harus memakai mobil, ya harus pakai mobil. Minimal kalau pejabat lebih sering pakai sepeda, motor atau angkot akan mengurangi kemacetan. Ketentuan ini juga berlaku untuk orang kaya, maka hal ini akan mengurangi kemacetan.

Jika kita sudah punya kepandaian sosial, maka misal kita sebagai polisi lalu lintas, maka kita akan melayani masyarakat dengan penuh semangat dan keikhlasan, agar tidak terjadi kemacetan di jalan, sehingga masyarakat tidak terlambat sampai di tempat kerja atau pelajar tidak terlambat sampai di sekolah.

Dengan tidak macet, maka akan menghemat BBM (Bahan Bakar Minyak) dan membuat nyaman serta bahagia masyarakat di jalan. Ternyata  polisi lalu lintas perannya sangat luar biasa dan membawa kemaslahatan bagi masyarakat.

Jika kita sudah mempunyai kepandaian sosial, maka tidak mungkin kita melanggar rambu-rambu lalu lintas yang kemudian mengakibatkan kemacetan atau kecelakaan serta kita bertengkar dengan pengendara kendaraan yang lain.

Beberapa waktu yang lalu pernah terjadi karena adu mulut antara dua pengendara mobil lantaran rebutan masuk di pintu tol, yang akhirnya adu jotos yang berakibat kematian salah satu dari pengendara tersebut. Kejadian ini terjadi karena kedua pengendara ini belum memiliki kepandaian sosial.

Maka mulai dari sekarang, kita harus memiliki kepandaian sosial, agar kita nyaman, bahagia dan selamat dalam perjalanan di jalan, karena kondisi jalan lancar dan bebas dari kemacetan. Jayalah Bogorku.

 

 

 

 

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================