c07lmtlvqaajwex

PENGEMBANGAN mobil listrik di Indonesia bukan hal baru. Sejumlah perguruan tinggi sudah memulainya, termasuk President University, sebagai universitas bertaraf internasional yang memiliki lembaga research and development.

President University telah membentuk Tim Pengembangan Mobil Listrik di bawah tanggung jawab Dr Eng Lydia Angraini, M.Eng, selaku Kepala Program Studi Mechanical Engineering President University. Dosen muda ini merupakan satu-satunya perempuan Indonesia dari 80 orang yang mendapat beasiswa Monbukagakusho dari Jepang pada 2006.

Lydia bergabung dengan President University pada 2013 setelah mendapat gelar doktor dari Ritsumeikan University di Kyoto, Jepang. Dia memilih President University karena terdapat Program Studi Mechanical Engineering dan berada di kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, yaitu Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, tempat 1.700 perusahaan industri multinasional dari 30 negara berada. Ini memudahkan para mahasiswa praktek langsung ke lapangan. “Masuk kuliah di teknik mesin karena saya tertarik mempelajari cara kerja mobil, tertarik menggambar, dan matematika adalah favorit saya. Namun ibu saya bilang, nanti kamu tidak feminin lagi, lho. Tapi saya buktikan bahwa saya tidak tomboi, karena teknik mesin tidak selalu identik dengan oli,” ujar perempuan yang lulus S-1 di perguruan tinggi di Indonesia pada 2005 ini.

BACA JUGA :  Kunjungi 8 Tempat Wisata Pantai Dekat Jakarta Ini dengan Keluarga saat Libur Hari Raya

Setelah sempat bekerja, Lydia mendapatkan beasiswa S-2 dari Jepang pada 2006 hingga 2008, kemudian melanjutkan ke S-3 pada 2008 hingga 2012. Saat menjalani program magister, Lydia mendalami Micro Electro Mechanical System (MEMS), juga belajar tentang sensor, transporter, dan transformator untuk teknologi ukuran mikro. Adapun pada program doktoral, Lydia fokus pada bidang advanced materials science and engineering, dengan riset unggulan di bidang powder metallurgy.

Pengembangan mobil listrik ini, menurut Lidya, dilatarbelakangi dari semakin menipisnya bahan bakar fosil. “Saat S-1 saya pernah mengembangkan bahan bakar alternatif, seperti dari minyak jarak, minyak jelantah, dan biodiesel, tapi terkendala bahan bakunya. Dari hal tersebut dan ilmu yang saya peroleh dari Jepang, di mana pembakaran tidak harus berasal dari minyak, saya mencoba mengembangkan kendaraan berbahan bakar listrik karena lebih murah dan ramah lingkungan,” tuturnya.

BACA JUGA :  Lauk Praktis untuk Makan Siang, Suun Goreng Telur dan Kol yang Enak dan Nikmat

Tim Pengembangan Mobil listrik President University terbagi atas working group. Ada yang mengerjakan manufacturing sasis, bodi, dan sistem kelistrikan.

Mobil listrik yang diberi nama EV PU (Electric Vehicle President University) ini ditargetkan selesai pada Agustus 2017. Adapun mobil ini memiliki panjang 2.380 milimeter, lebar 1.260 milimeter, tinggi 1.625 milimeter, dan berat 350 kilogram. Pada pengembangan awal, EV PU hanya untuk dua penumpang, dan diharapkan bisa menjadi kendaraan mahasiswa. “Setelah selesai dengan prototipe-nya dan dipatenkan, mobil akan dikembangkan dalam skala industri secara massal. Rencananya, untuk produksi massal, President University akan menggandeng Yamaha dan beberapa perusahaan Jepang,” kata Lydia.(Yuska Apitya)

 

============================================================
============================================================
============================================================