SENTUL TODAY- Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02% selama 2016. Realisasi tersebut memang tidak setinggi yang diharapkan. Akan tetapi bila dibandingkan dengan banyak negara berkembang di dunia, posisi Indonesia masih berada di posisi ketiga tertinggi.

“Pertumbuhan ekonomi kita itu nomor ketiga tertinggi di dunia,” kata Jokowi, saat memberikan sambutan di acara pelantikan pengurus Partai Hanura di Gedung Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/2/2017).

Pada urutan pertama dan kedua, diisi oleh China dan India. Berdasarkan data Bank Dunia, posisi tertinggi masih dipegang oleh India dengan proyeksi pada tahun ini bisa mencapai 7,6% atau naik dari estimasi pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 7%. India menjadi salah satu negara yang bergantung terhadap Amerika Serikat (AS). Kebijakan Presiden AS Donald Trump dinilai bisa menjadi efek buruk terhadap India.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Bus Pahala Kencana di Tol Jambang

China dengan estimasi pertumbuhan 6,7% pada 2016 dan proyeksi 6,5% tahun ini. Perlambatan ekonomi China dimungkinkan masih akan terus berlanjut seiring dengan perubahan struktur perekonomian negeri tirai bambu tersebut.

Rusia diproyeksi bisa tumbuh positif pada 2017 dengan 1,5%, setelah dalam dua tahun terakhir ekonominya bergerak di posisi negatif. Sebesar -3,7% pada 2016 dan -0,6% pada 2017. Brasil juga diproyeksikan bisa lepas dari resesi pada tahun ini, dengan pertumbuhan 0,5%.Afrika Selatan diproyeksi akan meneruskan perlambatannya pada tahun ini, dengan 1,1%.

Sementara itu negara-negara maju masih harus berjuang lebih keras pada tahun ini Seperti Amerika Serikat (AS) diproyeksi ekonominya hanya mampu tumbuh 2,2%, Uni Eropa sebesar 1,5% dan Jepang 0,9%.

BACA JUGA :  Cah Kangkung Ikan Asin, Menu Makan Sederhana saat Tanggal Tua

“Tidak banyak negara yang bisa tumbuh tinggi ketika ekonomi global masih dipenuhi ketidakpastian,” terang Jokowi.

Pada 2017, Jokowi memproyeksikan ekonomi tumbuh 5,1% atau lebih tinggi dibandingkan realisasi sebelumnya. Target itu juga lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi banyak lembaga internasional seperti Bank Dunia maupun ADB.

Di sisi lain, ketimpangan pendapatan antar masyarakat dan wilayah di Indonesia juga terus dibenahi. Gini ratio masih perlu diturunkan dengan cara implementasi kebijakan yang mampu berefek kepada seluruh masyarakat di Indonesia.

“Kita inginkan agar ada pemerataan ekonomi, sehingga tidak ada lagi ketimpangan,” pungkasnya.(Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================