JAKARTA TODAY- Kabar kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) Fed Fund Rate (FFR) di tahun ini kian jelas. Bank Indonesia (BI) sendiri memprediksi kenaikan suku bunga acuan AS terjadi sebanyak dua kali di tahun ini dan tiga kali di 2018.

Kenaikan suku bunga acuan AS tentu menjadi kekhawatiran karena memicu keluarnya modal asing dari Indonesia. Risiko nilai tukar rupiah salah satunya menjadi ancaman.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan suku bunga acuan AS terjadi di pertengahan dan akhir tahun 2017. Bahkan, kenaikan tersebut diprediksi terjadi lebih awal lagi.

BACA JUGA :  Kemenangan Timnas Indonesia jadi Modal Penentu Kontra Jordania

“Kemungkinannya bulan Juni dan triwulan IV-2017. Bacaan terakhir kita bisa maju, nanti kita diskusikan lebih lanjut,” kata Perry dalam acara BI-APEC Financial Regulators Training Initiative di The Westin Hotel, Nusa Dua, Kamis (2/3/2017).

Perry menambahkan, ancaman terjadinya capital outflow atau keluarnya modal asing dari Indonesia bisa diredam. Selain itu, risiko nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga semakin kecil karena fundamental ekonomi Indonesia yang positif.

BACA JUGA :  Jaro Ade Kantongi 10 Nama Pendamping di Pilkada 2024

“Aliran modal asing pasca The Fed enggak terlalu besar. Pasar valas kita supply demand sudah bagus, jadinya nilai tukar lebih stabil,” ujar Perry.

Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami gejolak yang cukup mengkhawatirkan, maka BI tidak segan untuk melakukan intervensi ke pasar uang.

“BI juga tidak terlalu banyak melakukan intervensi, tetapi kalau ada kejutan BI akan selalu siap masuk ke pasar untuk stabilitas nilai tukar rupiah,” tutup Perry.(Yuska Apitya/dtk)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================