“Para mahasiswa pertanian harus kreatif mengajak masyarakat untuk kemudian bersama-sama menciptakan pertanian dengan gaya yang berbeda sehingga para generasi muda ikut tergerak dan tertarik pada bidang pertanian,” papar putri mantan bupati Bogor Ayip Rughby.

Dijelaskannya pula beberapa inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor melalui daerah-daerah binaan pertanian seperti Eco Village yang dikelola oleh kelompok Baraya Desa Bendungan Kecamatan Ciawi, juga verticulture yang dikelola oleh swasta seperti Agricon di Sentul, serta Yumina Bumina yang memadukan sayuran, buah-buahan dan perikanan yang dikelola oleh kelompok Sumber Rezeki Desa Jampang Kecamatan Kemang.

Sementara itu, Evy Syariefa Firstantinovi, SP dari Trubus sebagai pemateri kedua, memberikan gagasan-gagasan serta pengalaman dari berbagai stakeholder pertanian dalam mengembangkan inovasi teknologi dan kreatifitas di bidang pertanian.

Dijelaskannya, jumlah masyarakat saat ini yang bergerak di bidang pertanian mengalami penurunan yang sangat drastis. Pada tahun 2000 hingga saat ini jumlah masyarakat yang bergerak dibidang pertanian hanya dibawah 20%, hal ini jika dibandingkan pada sekitar tahun sebelum 1980-an mencapai 60-80%. Pertumbuhan pembangunan menyebabkan lahan-lahan pertanian yang mau tidak mau harus tergerus, atas dasar itulah kemudian pada saat ini muncul istilah Urban Farming.

Sentra pertanian mungkin masih identik dengan pedesaan, namun bukan hal yang tidak bisa dijalankan di daerah-daerah perkotaan walaupun mengingat sempitnya lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Tentu dari hal tersebut menjadikan kita harus terus berinovasi bagaimana caranya lahan yang sempit tetap dapat produktif menghasilkan berbagai budidaya tanaman. “Konsep dari urban farming itu sendiri adalah bagaimana memanfaatkan setiap jengkal tanah di pekarangan atau lingkungan kita itu dimanfaatkan untuk budidaya pertanian,” tutur Evy.

BACA JUGA :  Lanjutkan Program Nasional, PAN Kota Bogor dan Gerindra Koalisi Jelang Pilkada 2024

Ir. Iskandar Zulkarnain yang merupakan Alumni program studi Agroteknologi Universitas Djuanda Bogor berbicara mengenai pengalaman bergelut dalam bidang  pertanian. Pada saat ini, pola pertanian sudah berbeda dengan zaman dulu.  Adanya perubahan pola tersebut menyebabkan para pelaku pertanian harus dapat lebih pandai, baik dalam pendekatan produksi ataupun melakukan pendekatan kepada konsumen. “Kita harus tahu celahnya, kita berinovasi. Sekarang pola-nya terbalik, dimulai dari apa yang diinginkan oleh konsumen,” kata Iskandar.

BACA JUGA :  Dukung Sukseskan Lomba MTQ, Sekda Burhanudin Hadiri Langsung Pembukaan MTQ Ke-38 Tingkat Jawa Barat

Sebelum acara selesai, terlebih dahulu dilakukan penandatangan naskah kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor dengan PT. Trubus Swadaya. Perjanjian kerjasama tersebut meliputi kerjasama di bidang pelatihan-pelatihan dan mengarah kepada pemasaran serta sponsorship antara Unida dan PT. Trubus Swadaya.

“Acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta, baik dari mahasiswa Unida maupun mahasiswa Unsur, dosen, peneliti, juga dari tamu undangan seperti dari Balai Tanaman Holtikultura dan Balai Tanaman Rempah dan Obat. Harapannya adalah adanya kebangkitan semangat para mahasiswa pertanian untuk dapat berkiprah secara nyata dibidangnya, lalu adanya tindak lanjut kerjasama dengan kelembagaan yang berkaitan sehingga implementasi sesuai arahan dari Pak Rektor dapat terlaksana,” tandasny  Ir. Nurrochman, M.Si ketua pelaksana kegiatan. (Iman R Hakim /*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================