Menurutya ada dua hal yang cukup menarik yang muncul dari penelitian tersebut dalam dua kutub. Dimana kutub yang pertama adalah 88% anak muda di Indonesia itu sebenarnya tidak setuju dengan terorisme. Tidak menganggap terorisme itu wujud sebagai keberagamaan, bahwa ini adalah jihad atas nama tuhan, itu tidak dipercaya oleh mereka.

“Tapi  pada saat yang sama, sikap intoleran itu ternyata juga semakin menguat. Jadi walaupun tidak setuju dengan terorisme pada saat ini, tetapi ada sikap – sikap tidak menyukai atau tidak setuju kepada orang – orang yang berbeda agama, berbeda suku,” tuturnya.

Kelompok ekstrimis ini menurutnya menggunakan istilah-istilah yang menyulut kemarahan. Yang pertama adalah soal bagaimana kelompok agama tertentu itu ditindas dan memandang orang lain menjadi musuh.

BACA JUGA :  Warga Mengwi Digegerkan dengan Pria Misterius Penuh Luka Bagian Wajah Tergeletak di Jalanan

“Jadi bahan bakarnya adalah permusuhan, rasa takut dan kebencian. Jadi rasa takut diserang oleh kelompok yang berbeda, kemduian yang kedua yaitu benci. Benci kepada kelompok yang berbeda, lalu yang ketiga permuuhan dan upaya untuk menguasai. Jadi menyerang kelompok yang berbeda,” katanya.

Melihat hal tersebut, dirinya pun juga memberikan contoh pemikiran dan apa yang telah dilaksanakan oleh sang ayah, dimana Gus Dur tidak akan pernah membeda-bedakan agama masyarakat. Karena bagi sang ayah menurtnya, yang lebih penting bagaimana  mengutamakan kepentingan masyarakat luas.

“Dimana alm bapak saya dulu juga pernah memperkenalkan rukun kemanusiaan, yaitu keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Jadi kemanusiaan juga menjadi nilai yang dijunjung tinggi dalam bersikap saling toleransi antar sesama umat,” ucap wanita berkerudung itu.

BACA JUGA :  Rekonsiliasi Tokoh Politik Bumi Tegar Beriman, Jelang Pilkada 2024 Pajeleran dan Bilabong Kian Harmonis

Untuk itu dirinya mengingatkan agar kita sebagai umat manusia tidak perlu ketakutan dengan orang yang berbeda pendapat, kelompok, berbeda agama maupun berbeda latar belakang. Karena, justru perbedaan itu yang menjadi ruang untuk kita saling bekerjasama dan saling mengisi.

“Dan momentum bulan ramadhan ini adalah kesempatan buat kita semua untuk mengikis rasa benci, rasa curiga dengan memperkuat rasa saling percaya dan saling rasa keinginan untuk saling membantu sesama umat manusia,” pungkasnya. (Iman R Hakim / *)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================