Pada tahap terakhir dan juga terpenting, pemenang akan mendapat proses bimbingan (mentoring) dari pengusaha sukses dalam mengembangkan ide-ide bisnis mereka. Uang hadiah yang diterima pemenang diharapkan bisa dijadikan modal awal usaha.

Di kemudian hari, para pemenang kompetisi juga akan difasilitasi jika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi untuk mengembangkan sisi enterpreneurship mereka, atau ingin mendapatkan pendanaan dari pemerintah.

“Kami dengan senang hati siap menerima calon mahasiswa yang memiliki jiwa wirausaha, dan tentunya akan memberikan beasiswa kepada mereka. Ini bukti kontribusi kami dalam melahirkan para entrepreneur. President University salah satu ciri khasnya adalah kewirausahaan, dan pendirinya yaitu S.D. Darmono, juga seorang pengusaha yang kapasitasnya tidak perlu diragukan,” ujar lulusan Doctor di Oregon State University, USA tahun 2004 dan Master di universitas yang sama pada tahun 1998, serta menyelesaikan gelar sarjana di Teknik Industri, ITB tahun 1989, itu.

BACA JUGA :  Lolos 8 Besar Piala Asia U-23, Erick Thohir Apresiasi Juang Pemain Timnas Indonesia

Kompetisi ini sebenarnya bagian dari rencana President University sebagai inkubator bisnis. President University juga membentuk Center for Innovation Entrepreneurship Studies yang bertujuan untuk membangun ekosistem wirausaha. President University memang sudah memiliki kurikulum entrepreneurship yang didukung dosen-dosen mumpuni di bidangnya. Namun membangun kewirausahawan tidak cukup hanya melalui kurikulum, tetapi harus membangun ekosistem. Juga perlu dukungan lembaga keuangan dan para mentor yang bisa menjadi teladan atau contoh sukses.

“President University sendiri sudah memiliki beberapa konferensi ilmiah yang mendukung penciptaan wirausaha, yaitu international conference for family business and entrepreneurship, dan conference on innovation, entrepreneurship, and small business kerjasama dengan ITB, “ ujar founder Program MBA-CCE ITB  yang menempati rangking 46 World Bank ini.

Dwi Larso menyebutkan, menurut data statistik, di Indonesia sendiri ada 50 juta lebih wirausaha. Ada dua tipe wirausaha, yaitu necessity entrepreneur atau wirausaha karena terpaksa atau desakan kebutuhan hidup, sementara yang kedua adalah opportunity based entrepreneurship, atau menjadi wirausaha karena ada peluang. Di Indonesia, sebagian besar masuk pada golongan necessity entrepreneur. Hal ini yang mendorong jumlah usaha kecil atau informal menjadi sangat besar dan bisa menyediakan 75% lapangan kerja.

BACA JUGA :  CLBK, Gerindra Kota Bogor Putuskan Koalisi Bersama PKB di Pilkada 2024

Namun, Dwi Larso melihat nilai tambah golongan necessity entrepreneur belum cukup besar, karena terkadang pemasukannya pun tidak cukup untuk menghidupi keluarga sendiri.

“Untuk itulah kami perlu mengembangkan wirausaha yang basisnya peluang, dan paling mudah melalui lembaga pendidikan. Kami sudah mulai ekspos tentang kewirausahaan ke sekolah-sekolah, sehingga ketika menjadi mahasiswa, tinggal melanjutkan yang sudah mereka rintis. Dan juga melalui kompetisi business plan yang akan dimulai pada bulan September mendatang,” ujarnya. (Yuska Apitya)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================