“Sebagai orang beragama kita harus selalu memiliki pikiran yang positif. Yang kemudian kita terjemahkan dengan pikiran pikiran yang  konstruktif untuk membangun bangsa,  postif yang memungkinkan kita untuk menjadi warga negara yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat luas dan lebih luas lagi untuk alam semesta,” tuturnya.

Dalam mengisi kemerdekaan, kita semua dituntut untuk aktif, dinamis. Karena sebagai warga negara kita tidak boleh membiarkan negara kita ini hancur karena masyarakatnya tidak ikut berpartisipasi. “Kita juga tidak boleh membiarkan pemerintah bekerja sendiri, sebagai masyarakat sipil dan sebagai warga negara kita wajib hukumnya untuk menjaga, membela dan membangun negara,” imbuhnya.

Bahkan menurutnya, dalam hadist Nabi dikatakan bahwa membela negara itu adalah bagian dari iman. Dan membela tanah air itu bukan berarti kita harus perang. “Kita membela negara dalam konteks kehidupan sehari – hari itu bagaimana menjaga perdamaian, bagaimana menjaga suasana yang kondusif, sehingga pemerintah  dapat menjalankan  tugasnya dengan sebaik-baiknya,’ bebernya.

BACA JUGA :  Taktik Jitu dan Profesionalisme Ala Shin Tae-yong

Namun bukan berarti malah membiarkan jika pemerintahnya berbuat salah. Manakala pemerintah melakukan perbuatan menyimpang maka kita harus ikut terlibat untuk meluruskan terhadapa kebijakan-kebijakan yang tidak benar. “Ini agar semuanya dapat berjalan dengan baik, tidak ada pemerintah yang tidak salah. Namun semuanya itu harus dimulai dari pemikiran positif terlebih dahulu dari masyarakatnya,” tuturnya.

Karena menurutnya, selama ini ada segelintir masyarakat yang memandang pemerintah sebagai thogut (musuh). “Kalau pemikiran yang jahat seperti itu maka akan susah menjadi warga negara yang baik karena selama ini mereka dipengaruhi oleh pemikirna-pemikiran jahat. Pemikiran seperti itu tentunya bertentangan dengan ajaran agama manapun,” ujarnya.

BACA JUGA :  Menu Bekal Simple dengan Ayam Tumis Saus Madu yang Lezat dengan Bumbu Meresap

Untuk itu, wanita yang selama ini dikenal sebagai pemikir Islam dan Aktivis sosial ini kemerdekaan ini harus dimaknai sebagai kemerdekaan diri dari semua belenggu pemikiran yang picik, destruktif, negatif ataupun pikiran-pikiran yang ingin menghancurkan.

“Karena dengan perpikir positif, kreatif dan konstruktif berarti kita memiliki pemikiran yang dapat melihat ke depan untuk kemajuan bangsa. Tidak hanya mengikuti pendapat orang lain dan pemikirannya, tetapi tekad yang kuat pula untuk membangun Indonesia yang lebih sejahtera dan damai,” katanya mengakhiri. (Iman R Hakim /*).

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================