Sehingga dapat disimpulkan pasangan ini kurang popular di Kota Bogor, terbukti banyak pemilih dari koalisi ini tidak memilih pasangan ini. Jika secara matematika hampir semua pemilih koalisi ini setia pada pasangan ini, harusnya pasangan Dody-Untung menang pada Pilkada 2013.

Jumlah Pileg 2014 pasangan Bima-Usmar 34.69 % sedang pasangan Dody-Untung 34.04 % hanya selisih 0.65 %. Sedang jumlah Pilkda 2013 pasangan Bima-Usmar 33.14 % sementara pasangan Dody-Untung hanya 16.89 % selisihnya  sangat tinggi yaitu 16.25 % sungguh terjadi anomali pemilih. Dari data ini juga bisa dikatakan, bahwa di PDI-P dan Golkar banyak pemilih masa mengambang, yang sewaktu-waktu bisa kabur dari Parpol ini, jika mereka dikecewakan oleh Parpol. Inilah koalisi terpanas Pilwalkot Kota Bogor, menurut versi penulis.

Pertama, pasangan Bima Arya Sugiarto-Sopian Ali Agam dengan koalisi PAN (3 kursi), Gerindra (6 kursi), PKS (5 kursi), dan PBB (1 kursi) total kursi 15 dan memenuhi persyaratan koalisi. Kekuatan koalisi ini adalah sebagai petahana yang didukung Parpol yang pro umat, Parpol yang nasionalis religious yaitu Partai Gerindra serta koalisi ini terkenal dengan pemilih yang loyal.

Gabungan antara Bima Arya yang petahana, doktor politik, pintar, gaul, pandai berkonunikasi, suka memotivasi, disenangi anak muda dan pemilih pemula didampingi oleh seorang Sopian yang nasionalis religius, 2 periode menjadi anggota DPRD, sekarang menjadi wakil ketua DPRD, ketua DPC Partai Gerindra, selalu turun ke bawah dengan revolusi putih yaitu memberi susu pada masyarakat, selalu melakukan pendidikan politik dengan Paradoks Indonesia.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Hadiri Kegiatan Prosesi Pengantar Tugas Sekjen Kementerian Dalam Negeri

Dengan diketuai oleh tim sukses PKS sebagai Parpol yang terkenal dengan mesin politik yang solid (ingat betapa hebatnya PKS dan Gerindra memenangkan Pilkada DKI Jakarta yang pada waktu itu di hanya PAN yang akhirnya mendukung koalisi ini dan semuanya mendukung Ahok, kecuali hanya Demokrat yang netral). Jadi pasangan ini kuat untuk menang.

Kedua, pasangan Usmar Harimar-Zaenul Mutaqin dengan koalisi Demokrat (5 kursi), PPP (5 kursi) dan PKB (1 kursi) total kursi 11 dan memenuhi persyaratan koalisi. Kekuatan koalisi ini adalah Usmar yang petahana, bijaksana, kebapakan, soleh, selalu turun ke bawah dengan suling (subuh keliling), rajin ke acara keagamaan, ketua DPC Demokrat, mantan anggota DPRD.

Sedang Zaenul Mutaqin adalah peraih suara terbanyak pada Pileg 2014. Popular dan modal besar, hampir disetiap sudut Kota Bogor ada poster Zaenul Mutaqin (ZM). Ketua DPC PPP, 2 periode menjadi anggota DPRD, Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat (FORMI) Kota Bogor, Ketua Umum Bandung Karate Club (BKC) Kota Bogor, Ketua Forum sepakbola Indonesia (FOSSBI) Jawa barat, Wakil Ketua DPW GP Ansor Jawa Barat. Jadi pasangan ini juga layak untuk menang.

Ketiga, pasangan Dadang Iskandar Danubrata–Heri Cahyono dengan koalisi PDI-P (8 kursi), Golkar (6 kursi) dan Nasdem (1 kursi) dan Hanura (4 kursi)  total kursi 19 dan memenuhi persyaratan koalisi. Kekuatan koalisi ini adalah nasionalis, pemenang Pileg 2014 yaitu PDI-P dan Golkar pemenang ke 2, pemilih non muslim akan nyaman jika memilih pasangan ini. Dadang ketua DPC PDI-P, secara rekam jejak baik, diterima semua kalangan, kreatif mengadakan kegiatan yang melibatkan massa banyak dan merakyat.

BACA JUGA :  Menu Bekal Simple dengan Ayam Tumis Saus Madu yang Lezat dengan Bumbu Meresap

Sedang Heri Cahyono adalah politisi muda Golkar yang flamboyan, wakil ketua DPRD, peduli pendidikan, aktivis lingkungan hidup dengan Gerakan Tanam Pohon, gaul dan cocok untuk menarik pemilih produktif dan pemilih pemula. Aktif di berbagai kegiatan sosial, masyarakat, dan komunitas. Koalisi ini juga terkenal kompak sampai tingkat pusat, yaitu PDI-P, Hanura dan Nasdem dan terakhir Golkar bergabung setelah Jokowi datang pada Musnaslub Golkar beberapa hari yang lalu. Dengan demikian pasangan ini juga layak untuk menang.

Tapi yang namanya politik tidak bisa lepas dari kepentingan, jadi sewaktu-waktu koalisi ini bisa berubah. Apalagi pengertian politik adalah siasat untuk merebut kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan.

Sementara untuk pasangan perseorangan Edgar Suratman dan Sefwelly Ginanjar Djoyodinigrat sangat sulit bersaing dengan 3 pasangan di atas, karena secara budaya politik, masyarakat Bogor dan Indonesia belum terbiasa dengan jalur perseorangan ini. Terbukti pada Pilwalkot Kota Bogor 2013 pasangan perseorangan (Independen) Firman Sidik Halim-Gartono  hanya mendapat 25.793  (6.43 %) dan pasangan Syaiful Anwar- Muztahidin Al Ayubi (Independen) mendapat 43.448 (10.83 %). Jadi total pasangan perseorangan 69.241 (17.26 %)

Baiklah kita tunggu saja, helatan Pilwalkot Kota Bogor 2018 dengan beaya sekitar 47 milyar rupiah ini, semoga lancar, menghasilkan pemimpin yang amanah yang sesuai keinginan rakyat. Jayalah Bogorku. (*)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================