Kemiskinan bertambah buruk sebab banyak rumah warga yang tertimbun longsor, kebanjiran, dan letusan gunung api. Untuk mengembalikan rumah dalam kondisi baik butuh modal sedangkan mata pencaharian rusak total. Hal ini bukan hanya terjadi dipedesaan, warga yang tinggal diperkotaan juga berdampak kemiskinan.

Rumah yang rusak parah butuh renovasi dan warga sudah banyak kehilangan harta benda. Efeknya bisa menimbulkan masalah sosial baru dan bukan hanya kemiskinan. Mengatasi hal ini perlu beberapa upaya-upaya mitigasi bencana dan pertanian. Pertama, menyusun kalender tanam. Kalender tanam ini berkaitan dengan jenis tanaman apa saja yang harus ditanam.

Kemudian umur dari tanaman harus diketahui kemudian dicocokkan dengan jadwal musim dan prediksi gunung meletus. Jika musim tidak bagus maka menanam ditunda. Jika prediksi panen sesuai dengan waktu gunung meletus maka usahakan sudah dipanen sebelum gunung erupsi. Kerap kali jadwal musim tanam tidak sesuai dengan jadwal terjadinya musim penghujan dan kemarau. Misalkan, menanam pada saat musim kemarau.

BACA JUGA :  DARI PREMAN TERMINAL, SEKDES HINGGA ANGGOTA DPRD PROVINSI JABAR

Kedua, monitoring iklim secara berkala. Pengalaman masalah iklim tahun lalu dijadikan sebagai acuan untuk beraktivitas pada tahun sekarang. Disini sangat penting peran dari penyuluh pertanian sebagai penyambung informasi kepada petani dari berbagai sumber termasuk Badan Meteorologi dan Geofisik (BMKG) dan dinas lingkungan.

Ketiga, adaptasi iklim. Petani sudah seharusnya beradaptasi dengan kondisi iklim yang tidak baik. Mulai menggunakan input organik agar tidak memperburuk masalah iklim karena aktivitas produksi pertanian. Sekaligus untuk mempertahankan kesuburan tanah.

Keempat, sosialisasi dampak lokasi lahan pada lokasi rawan bencana. Petani kadang tidak sadar karena harus memenuhi kebutuhan secara ekonomi. Pada akhirnya petani menggarap lahan pertanian berada persis dipinggiran sungai. Mulai saat ini, menanam jangan sampai persis dipinggiran. Berikan jarak sehingga terdapat ruang hijau dipinggiran sungai dan tidak habis untuk lahan pertanian saja.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Lolos ke Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Kelima, literasi bencana dan pertanian. Masyarakat butuh literasi ekologis dan bencana. Informasi lingkungan sebagai langkah awal sehingga masyarakat dapat info bagaimana kaitan antara kerusakan lingkungan, perubahan iklim dan bencana alam. Semain jarang literasi ini disampaikan maka semakin tertunda masyarakat melek literasi ekologis dan bencana.

Bahkan, literasi bencana dan lingkungan masih sangat jarang. Buktinya, bencana itu terjadi dan menelan korban maka korban bencana tidak dapat literasi lingkungan. Terakhir, pemerintah perlu segera mengatasi kawasan perumahan pada wilayah rawan bencana. Masih banyak rumah warga berada dipinggiran tebing, sungai, dan lembah.Ukuran masalah kemiskinan juga bisa dikur dari letak suatu rumah. Lahan pinggiran sungai dipilih menjadi tempat perumahan karena lebih murah. Pada saat ini lahan perumahan tidak lagi terkendali harganya. Dampaknya kepada warga miskin. Banyak mereka tidak punya rumah dan membangun rumah pada kawasan rawan bencana. (*)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================