BUENOS AIRES TODAY – Akhir pekan ini para pemimpin dunia dari kelompok negara-negara G-20 berkumpul di Kota Buenos Aires, Argentina. Mereka akan membahas sejumlah isu termasuk perang dagang yang diperkirakan menjadi perbincangan utama.

Bagi Indonesia, pertemuan tahunan negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunai itu bisa menghasilkan sentimen positif ke dalam negeri. Apabila ada pembicaraan signifikan antara para pemimpin dunia, maka hal itu akan meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar dan baik untuk stabilitas nilai tukar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan, rupiah berpotensi terus menguat bertepatan dengan penyelanggaraan konferensi tingkat tinggi (KTT) tersebut. Meski demikian, masih ada faktor global yang bisa mempengaruhi sehingga harus diantisipasi.

Sekadar catatan, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada 30 November 2018, rupiah tercatat berada di level Rp14.339 per dolar AS (USD). Angka tersebut menguat dibanding hari sebelumnya Rp14.408 per dolar AS.

“Masih banyak kejadian di dunia yang arahnya tidak bisa didiuga. Misalnya, hari ini G-20. Kalau Donald Trump (Presiden Amerika Serikat) tidak bertemu Xi Jinping (Presiden China) atau mereka bertemu tetapi tidak ada kesepakatan untuk meredakan perang dagang, ya akan tertekan lagi,” kata Darmin di Jakarta kemarin.

Darmin menuturkan, rupiah masih punya peluang untuk menguat menuju ke level Rp13.000. Namun hal tersebut dipengaruhi kondisi global yang akan berdampak langsung pada rupiah.

“Jadi kita sebenarnya tinggal menggunakan momentum ini untuk memperkuat,” ungkapnya.

Menurut Darmin, apabila rupiah menguat kemudian modal yang masuk lebih besar lagi maka transaksi modal dan finansial bisa mengimbangi defisit transaksi berjalan. “Itu sebabnya ke depan, kita harus fokus mengecilkan current account deficit (CAD),” tuturnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penguatan rupiah hingga Rp14.300 dikarenakan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dinilai mampu menarik aliran modal asing yang masuk dalam portfolio.

“Dengan aliran modal asing masuk tentu itu menambah suplai dan memperkuat nilai tukar rupiah. Kepercayaan investor juga tidak hanya terhadap kebijakan tetapi juga confident terhadap bagaimana ekonomi kita terus membaik dengan stabilitas yang terjaga,” ujarnya.

BACA JUGA :  Penemuan Mayat Wanita di Slogohimo Wonogiri, Gegerkan Warga Setempat

Menurut Perry, mekanisme pasar sudah berjalan semakin baik dan mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meski begitu, nilai tukar rupiah masih di bawah undervalue. “Meski nilai tukar rupiah stabil menguat, kami masih melihat bahwa rupiah itu masih undervalue,” ungkapnya.

Perry menuturkan, BI memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed di bulan Desember dan tiga kali di tahun depan akan tetap terjadi meski pasar melihat ada kemungkinan kebijakan moneter AS di 2019 tidak akan terlalu agresif.

Untuk menghadapi, BI menyatakan melalukukan tindakan antisipatif dengan menaikkan suku bunga di Desember dan Januari 2019. Terakhir, kenaikan suku bunga yang ditetapkan BI adalah sebesar 25 bps pada November sehingga posisi BI 7-Day Reverse Repo Rate menjadi 6%.

“Kami sudah sampaikan bahwa kenaikan kemarin sekaligus mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan,” tandasnya.

Isu Perang Dagang

Pada pertemuan ke-13 negara-negara G-20 yang diikuti oleh negara-negara dengan perkonomian terbesar di dunia itu, isu lain yang mencuat adalah terkait migrasi, dan perubahan iklim. Kedua itu itu ditambah perang dagang, diperkirakan mendapat porsi besar di tengah berbagai tantangan perekonomian dunia.

Perang dagang memang menjadi perhatian para pemimpin dunia karena dampaknya yang diperkirakan meluas, tidak saja terasa oleh Amerika Serikat (AS) dan China yang nota bene menjadi pencetusnya. Negara lain yang memiliki hubungan dagang diprediksi turut terimbas kebijakan kedua raksasa ekonomi itu.

“Tahun ini bukanlah waktu yang bagus untuk multilateralisme. Negosiasi diyakini akan berlangsung sangat alot di sejumlah isu,” ujar seorang sumber pemerintah Jerman seperti dilansir Reuters kemarin.

Pertemuan G-20 kali ini dinilai sebagai KTT paling penting sejak 2008. Pasar komoditas dan keuangan diperkirakan bakal merespons hasil dari KTT G-20 ini, khususnya pascapertemuan bilateral antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping hari ini waktu setempat. Kondisi ekonomi global akan memburuk jika Trump terus menekan rencana peningkatan tarif sebesar 25%.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang hadir pada pertemuan G-20 mengatakan, Indonesia berharap KTT tersebut dapat menghadirkan solusi terbaik untuk membuat perdagangan dunia yang lebih baik di tengah melesunya perekonomian dunia akibat perang dagang AS dan China.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, 27 April 2024

“Yang perlu dipahami bersama adalah kunci dari permasalahan ekonomi saat ini adalah bagaimana mencari jalan keluar dari perang dagang antara dua raksasa ekonomi yakni AS dan China. Diakui, perang dagang keduanya menyebabkan ekonomi dunia melambat termasuk di Indonesia,” kata JK di Buenos Aires

Dia menambahkan, akibat perang dagang saat ini harga-harga komoditas dunia menurun karena permintaan barang-barang produksi juga menurun khususnya di China yang menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) Angel Gurria mengatakan, dampak dari tarif perdagangan sebesar 10% yang sudah diberlakukan AS terhadap barang China akan mengurangi produk domestik bruto (PDB) dunia sebesar 0,2% pada 2020.

“Jika AS mendongkrak tarif hingga 25% dan negara lain melakukan retaliasi, dampaknya akan kian besar atau diperkirakan mencapai 1%,” ujar Gurria.

Di sela-sela KTT G-20, tiga negara yakni AS, Kanada dan Meksiko menyepakati kerja sama perdagangan yang disebut United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA) senilai USD1 triliun. Kerja sama terbaru ini untuk menggantikan kemitraan perdagangan sebelumnya yang bernama North American Free Trade Agreement (NAFTA).

Bagi Presiden AS Donald Trump, kesepakatan terbaru dengan Kanada dan Meksiko ini merupakan pemenuhan janji Saat kampanye 2016 lalu. Saat itu, Trump menyatakan akan melakukan negosiasi ulang terkait NAFTA.

“Nafta yang mengerikan akan segera hilang. USMCA akan fantastis untuk semua pihak,” ujar Trump dalam akun twitternya.

Kesepakatan USMCA dicapai setelah ketiga negara melakukan lobi-lobi lebih dari setahun. Pada kerja sama tersebut, disepakati sejumlah aturan main sektor perdagangan di industri mobil dan susu.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, pakta perdagangan regional baru yang disepakati bersama AS dan Meksiko akan menyelesaikan ancaman ketidakpastian ekonomi yang serius. Namun, di sisi lain, bukan tidak mungkin kemitraan baru itu justru akan lebih merusak. (net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================