JAKARTA TODAY – Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) mendapat sorotan warganet di media sosial. Pemicunya adalah Seleksi Mandiri (SEMA UPNVJ) tahun ajaran 2019 yang menetapkan syarat bagi Youtube Content Creator dengan minimal 10.000 subscriber dapat mendaftar di jalur prestasi.

Informasi tersebut pertama kali diunggah melalui akun instagram @infomasukptn. Hinggi Rabu (13/6/2019) pukul 20.39 WIB, unggahan tersebut telah dibanjiri 23.481 likes, dan sekitar 1.349 komentar warganet. Reaksi warganet pun beraneka ragam: sebagian menyambut gembira, tapi sebagian yang lain menilainya dengan skeptis.

Selain menetapkan syarat Youtuber Content Creator minimal 10.000 subscriber, SEMA UNVJ untuk jalur mandiri juga sebetulnya menetapkan syarat lainnya seperti Prestasi Akademik/Nonakademik. (Prestasi bidang olimpiade sains, olahraga dan seni peringkat 1-3 tingkat kabupaten/kota, Provinsi, Nasional, dan Internasional 3 tahun terakhir, Hafiz Al-Quran Minimal 5 Juz, Ketua OSIS selama sekurang-kurangnya satu periode).

Namun, Rektor UPNVJ Erna Hernawati mengaku tidak mengetahui kalau persyaratan khusus yang dibuat rektorat itu ramai di media sosial.

“Belum tahu saya, soal itu [ramai di medsos]. Di Instagram apa? Coba nanti kasih linknya ke saya,” kata dia, Kamis (13/6/2019).

Korelasi Youtube dan Akademik

Pendiri Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) Najeela Shihab menilai belum memahami korelasi antara calon mahasiswa baru yang memiliki subscriber dalam kanal Youtube dengan kampus UPNVJ yang dikenal dengan jargon “Bela Negara” tersebut.

BACA JUGA :  Usai Diguyur Hujan Deras, Jalan Raya Rangkasbitung-Bogor Ambles, Kondisinya Mengkhawatirkan

“Saya belum melihat kaitan langsung. Tapi mungkin ada beberapa paradigma atau rencana jangka panjang berkait kurikulum UPNVJ yang belum disampaikan dan menjadi dasar kebijakan ini,” kata Najeela.

Sebab, kata Najeela, seleksi masuk perguruan tinggi itu bertujuan untuk menemukan kandidat yang paling sesuai dengan universitas juga fakultas yang diinginkan.

“Dalam arti paling besar kemungkinan suksesnya dalam menjalani program pendidik di tempat yang bersangkutan,” kata Najeela.

Sementara itu, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji justru mempertanyakan soal youtube dan konten seperti apa yang dimaksud oleh pihak UPNVJ. Sebab, kata dia, memang pihak universitas hanya menulis secara implisit.

“Perlu diperjelas soal kontennya. Harus yang mendidik dan bernilai positif,” ujarnya.

Alasannya, kata Ubaid, banyak juga pemilik akun youtube dengan jumlah pengikut ribuan bahkan jutaan, tapi tidak memproduksi konten yang edukatif. Bahkan isinya cenderung menjurus hatespeech, berisi konten porno, dan sejenisnya.

“Kualifikasinya tidak bisa asal-asalan,” kata Ubaid menambahkan.

Ubaid juga mengatakan, hal yang tidak kalah pentingnya lagi kuota penerimaan melalui jalur ini juga harus transparan. Hal ini untuk menghindari penyalahgunaan.

“Harus jelas kuotanya. Ini bisa menjadi celah jual-beli kursi dan transaksional,” kata dia.

BACA JUGA :  Simak 5 Menu Sarapan Terbaik Ini untuk Berikan Energi dan Tingkatkan Suasana Hati

Rektor UPNVJ: Sesuai Semangat Zaman 4.0

Rektor UPNVJ Erna Hernawati mengatakan keputusan menyertakan Youtube Content Creator dengan minimal 10.000 subscriber sebagai syarat menempuh jalur prestasi pada pendaftaran mahasiswa baru SEMA UPNVJ 2019 berasal dari pihak rektorat.

“Itu, kan, sudah SK rektor. Kami baru memulainya tahun ini. Segala sesuatu sudah diputuskan rektor, tapi untuk teknis bisa ke ketua panitia,” kata Erna, Kamis (13/6/2019).

Persyaratan bagi calon mahasiswa baru tersebut, kata Erna, untuk menyesuaikan dengan semangat zaman yakni revolusi industri 4.0 yang memang sedang berkembang di Indonesia.

“Kami ingin mahasiswa-mahasiswa di sini itu termotivasi agar lebih kreatif. Makanya kami beri penghargaan khusus Youtube Creator melalui jalur prestasi,” ujar dia.

Perihal akun youtube dengan konten seperti apa, yang akan diterima oleh pihak universitasnya, Erna berkata, hal tersebut akan dikuratori secara ketat oleh tim internal mereka.

Setelah calon mahasiswa baru tersebut mendaftarkan data diri beserta link youtubenya di website universitas, kata dia, maka tim tersebut yang nanti akan melakukan proses seleksi dan mempertimbangkannya lebih lanjut.

“Tim internal kami akan mempertimbangkan soal kontennya. Tidak konten yang abal-abal. Jadi kontennya yang lebih edukatif dan berguna bagi masyarakat. Bukan provokasi,” ujar Erna. (net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================