SULAWESI UTARA TODAY – Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang, Sulawesi Utara diminta tetap waspada. Selain itu warga dan wisatawan dilarang mendekati gunung di Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) ini.

Peningkatan kesiapsiagaan ini untuk mengantisipasi potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang dari puncak Gunung Karangetang yang dapat mengalir hingga ke pantai.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Karangetang Yudia Prama Tatipang menjelaskan, hasil pengamatan periode Senin (18/11/2019) sejak pukul 00.00 hingga 06.00 Wita, secara visual kondisi gunung masih jelas.

Sementara asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

BACA JUGA :  Cemilan Kreasi dengan Bakso Rambutan Goreng yang Renyah Bikin Nagih

“Sinar api kawah utama dan kawah dua tampak di dalam tiang kolom asap tinggi lebih kurang 10 meter. Guguran lava pijar dari puncak kawah utama dan dari beberapa titik leleran lava masih berlansung ke arah kali Sense Nanitu dan Sesepe dengan jarak luncur sekitar 1.000-1.500 meter batang/beha barat sekitar 800 meter bunyi gemuruh longsoran lava terdengar agak kuat,” jelas Yudia, Senin (18/11/2019).

Sedangkan kegempaan terdeteksi dengan guguran berjumlah 68, amplitudo 4-10 mm, dengan durasi 50-80 detik. Namun meski gempa guguran masih tinggi tingkat aktivitas Gunung Karangetang masih di level III (siaga).

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Lele Bumbu Cabe yang Lezat dan Pedas Nampol

Seperti yang di kutip dari sindo news.com, Yudia mengingatkan agar masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 2,5 km dari puncak Kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (selatan) serta area perluasan sektoral dari Kawah Dua ke arah Barat Laut-Utara sejauh 4 km, dan dari kawah utama sejauh 3 km ke arah barat.

“Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu,” tandasnya. (Selvi/PKL/net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================